Khidmah pada Guru, Meretas Cinta Meraih Ridla Ilahi - HWMI.or.id

Friday, 10 October 2025

Khidmah pada Guru, Meretas Cinta Meraih Ridla Ilahi

Dokumen : Qiyamullail dalam Kegiatan Pelatihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Selasa-Jumat (7-10 Oktober 2025)

Akhir-akhir ini banyak yang mengkritik pesantren dengan istilah “perbudakan” satu hal, yang Rasulullah sendiri menolak istilah perbudakan dan mengganti istilah abdun menjadi fata kepada mereka yang berkhidmah pada Guru. Dalam tradisi pesantren, khidmah kepada guru atau ulama adalah prinsip fundamental yang menjadi pondasi dalam menuntut ilmu agama. Khidmah bukan sekadar pelayanan fisik, melainkan ekspresi kesungguhan hati, kerendahan diri, serta pengabdian ikhlas sebagai bentuk penghormatan tertinggi terhadap guru sebagai pewaris ilmu dan pembimbing spiritual.

Bagi mereka yang tidak pernah mengenyam Pendidikan di pesantren, tentu tidak akan pernah merasakan Pendidikan adab, dan asah ruhani ala pesantren. Pendidikan pesantren memiliki kekhasan meretas hubungan batin guru dan murid. Bagaimana guru pesantren, senantiasa merasa “harus membebani diri” dengan mendoakan murid atau dengan tirakatan demi kesuksesan sang murid. Saya pernah bertanya kepada guru saya dipesantren, “kenapa beliau setiap hari berpuasa?” Beliau menjawab: “guru itu tidak hanya transfer ilmu, dia harus menghantar muridnya mengenal Allah dan kesejatian belajar ilmu. Guru sejati tidak akan pernah berhenti menangis bermohon pada Allah untuk kesuksesan anak muridnya, sebagaimana Rasulullah menganggap umatnya sebagai anaknya yang terus dimintakan keringanan pada Allah.”

Kyai Cholil Bisri Leteh Rembang pernah menyampaikan: “mengajar di pesantren adalah Khidmah pada Allah dan Rasulnya melalui kyai, makanya jangan mencari uang di pesantren. Kalau niat kerja, bekerjalah di luar pesantren.” Ilmu adalah cahaya Allah, ia diajarkan guru dan diambil oleh murid melalui upaya mendekat pada Allah. Dalam upaya mendekat pada Allah dengan meletakkan Hasrat keduniaan itulah yang disebut “Khidmah”.

Di Lirboyo, semua hal yang memberatkan para santri dihindarkan. Hingga untuk menaikkan syahriah atau spp bulanan seribu rupiah saja, harus dirapatkan oleh seluruh Kyai dan lebih sering pada penolakan kenaikan. Maka bandingkan saja biaya sekolah di luar pesantren dengan di Lirboyo atau pesantren salaf lainnya. Dulu saat di pesantren, saya ingat ada yang namanya Kyai Thoha, warung beliau terkenal paling murah, karena beliau senantiasa mengontrol warungnya agar tidak memberatkan para santri. Dipesantren salaf, tidak pernah ditemui pesantren menahan ijasah karena belum bayar sekolah. Bahkan tidak jarang para santri ini kehidupan sehari-harinya ditanggung oleh kyai.

Pengertian Khidmah dalam Ilmu Agama dan Pesantren

Secara terminologis, khidmah berarti “pengabdian” atau “pelayanan.” Dalam konteks pesantren, khidmah adalah kesetiaan santri untuk membantu dan melayani kyai dengan tujuan utama meraih ridha Allah SWT dan keberkahan ilmu. Khidmah mensyaratkan ketulusan hati dan pengorbanan waktu serta tenaga tanpa mengharap imbalan duniawi. Guru (kyai/ulama) dipandang sebagai figur yang memiliki derajat ilmu dan akhlak tinggi, sehingga hubungan khidmah merupakan relasi spiritual dan moral yang sakral di antara murid dan guru.

Bagi guru “Khidmah” adalah upaya mereka memandang murid sebagai anak spiritualnya dan berusaha menjauhkan diri dari hasrat keduniaan. Pesantren bukan industri Pendidikan untuk menghasilkan uang bagi sang kyai. Bahkah kyai lebih sering harus merelakan hartanya untuk kesejahteraan santrinya.

Inilah yang tidak bisa dirasakan orang di luar pesantren, ikatan batin guru dan murid, kadang melebihi orang tua dan anak. Hingga bila para santri melakukan kerja bakti atau lebih dikenal ro-an, untuk membangun pesantren, tempat yang akan mereka gunakan sendiri menjadi kebanggaan dan seolah digunakan dalil para santri bahwa mereka adalah bagian dari kyai dan pesantren.

Khidmah sebagai Adab Ilmiah dan Spiritualitas

Dalam disiplin ilmu agama, khidmah merupakan perwujudan adab seorang penuntut ilmu, yang wajib menempatkan dirinya dalam posisi tawadhu’ (rendah hati) dan ikhlas. Melayani guru dengan sepenuh hati akan membuka pintu keberkahan dan kemudahan dalam menerima ilmu, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW bahwa jalan menuju ilmu seringkali harus ditempuh dengan pengorbanan dan kesungguhan.

Guru di pesantren bukan hanya pengajar ilmu, tetapi penjaga keilmuan dan moral anak muridnya. Mereka adalah pewaris para nabi dan pembimbing umat dalam persoalan keagamaan. Oleh karena itu, keberlangsungan lembaga pesantren dan kualitas ilmu yang diajarkan sangat bergantung pada spirit khidmah yang dijalankan oleh para santri. Khidmah membentuk karakter santri yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual.

Khidmah dalam tinjauan Al-Qur’an dan Hadits

Konsep khidmah didukung secara kuat oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Surat Al-Kahfi (18): 60-64 menggambarkan kisah Nabi Musa yang berkhidmah kepada Nabi Khidir dengan penuh kesabaran dan pengabdian. Ini mengajarkan bahwa khidmah adalah proses pembelajaran intensif dengan mengedepankan kesetiaan dan ketulusan.

Selain itu, dalam Surat Al-Mujadilah (58:11), Allah menegaskan akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, memotivasi murid untuk menjunjung tinggi guru yang menjadi perantara ilmu tersebut. Hadits Rasulullah SAW menyatakan, “Barang siapa menempuh jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga” (HR. Muslim), menegaskan pentingnya etika dan sikap dalam menuntut ilmu.

Aktualisasi Khidmah di Pesantren

Tradisi pesantren mengajarkan bahwa khidmah bukan sekadar kewajiban formal, melainkan manifestasi keikhlasan dan cinta antara santri dan kyai. Khidmah meliputi pengabdian dalam segala aspek seperti membantu kebutuhan kyai, menjaga pesantren, belajar dengan disiplin, dan mengamalkan ilmu yang diperoleh. Studi di berbagai pesantren menunjukkan bahwa hubungan khidmah memperkuat ikatan sosial dan spiritual, membentuk atmosfir belajar yang harmonis dan penuh barakah. Maka bangunan-bangunan pesantren secara tidak langsung adalah monumen cinta santri dan kyai melalui ro-an dan perhatian kyai.

Menurut kajian keislaman di jurnal-jurnal pesantren, khidmah juga mengandung dimensi teologis dan sosial; ia menanamkan rasa tanggung jawab moral murid terhadap kelangsungan dakwah dan ilmu yang diwariskan guru.

Manfaat dan Keutamaan Khidmah Dalam Islam

Khidmah menumbuhkan sifat tawadhu’, kerendahan hati, dan kesabaran yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran agama. Dengan berkhidmah, murid tidak sekadar mendapatkan ilmu, tetapi memperoleh keberkahan, perlindungan, dan istiqamah dalam iman dan amal.

Guru yang menerima khidmah dengan ikhlas akan semakin terpanggil untuk membimbing dengan sepenuh hati. Ini menciptakan siklus berkelanjutan yang memperkokoh tradisi keilmuan dan spiritual di pesantren.

Kesimpulan

Khidmah pada guru atau ulama dalam kajian disiplin ilmu agama dan tradisi pesantren adalah prinsip esensial yang mengikat hubungan spiritual, moral, dan intelektual antara murid dan guru. Khidmah adalah sarana utama untuk meraih keberkahan ilmu dan keberlangsungan dakwah Islam melalui pengabdian sepenuh hati dan keikhlasan.

Melalui khidmah, pesantren membentuk generasi yang mumpuni secara ilmu dan beradab luhur, menjaga tradisi keilmuan yang berakar kuat pada Al-Qur’an, Sunnah, dan ajaran para ulama. Khidmah bukan hanya kewajiban, tetapi jalan menuju kesucian ilmu dan kehidupan yang diridhoi Allah. Hal ini sering tidak dipahami mereka yang terbiasa meretas hubungan guru dan murid secara transaksional. “ane bayar, ajari anakku” “ada uang, kuajari anakmu”. Hal yang sangat jauh berbeda dengan apa yang diajarkan orang-orang pesantren. Wallahu a’lam.

Penulis : KH. Achmad Shampton,S.HI ,M.Ag. (pengasuh PP. Dzinnuha)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda