HWMI.or.id

Friday, 10 October 2025

Khidmah pada Guru, Meretas Cinta Meraih Ridla Ilahi

Dokumen : Qiyamullail dalam Kegiatan Pelatihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Selasa-Jumat (7-10 Oktober 2025)

Akhir-akhir ini banyak yang mengkritik pesantren dengan istilah “perbudakan” satu hal, yang Rasulullah sendiri menolak istilah perbudakan dan mengganti istilah abdun menjadi fata kepada mereka yang berkhidmah pada Guru. Dalam tradisi pesantren, khidmah kepada guru atau ulama adalah prinsip fundamental yang menjadi pondasi dalam menuntut ilmu agama. Khidmah bukan sekadar pelayanan fisik, melainkan ekspresi kesungguhan hati, kerendahan diri, serta pengabdian ikhlas sebagai bentuk penghormatan tertinggi terhadap guru sebagai pewaris ilmu dan pembimbing spiritual.

Bagi mereka yang tidak pernah mengenyam Pendidikan di pesantren, tentu tidak akan pernah merasakan Pendidikan adab, dan asah ruhani ala pesantren. Pendidikan pesantren memiliki kekhasan meretas hubungan batin guru dan murid. Bagaimana guru pesantren, senantiasa merasa “harus membebani diri” dengan mendoakan murid atau dengan tirakatan demi kesuksesan sang murid. Saya pernah bertanya kepada guru saya dipesantren, “kenapa beliau setiap hari berpuasa?” Beliau menjawab: “guru itu tidak hanya transfer ilmu, dia harus menghantar muridnya mengenal Allah dan kesejatian belajar ilmu. Guru sejati tidak akan pernah berhenti menangis bermohon pada Allah untuk kesuksesan anak muridnya, sebagaimana Rasulullah menganggap umatnya sebagai anaknya yang terus dimintakan keringanan pada Allah.”

Kyai Cholil Bisri Leteh Rembang pernah menyampaikan: “mengajar di pesantren adalah Khidmah pada Allah dan Rasulnya melalui kyai, makanya jangan mencari uang di pesantren. Kalau niat kerja, bekerjalah di luar pesantren.” Ilmu adalah cahaya Allah, ia diajarkan guru dan diambil oleh murid melalui upaya mendekat pada Allah. Dalam upaya mendekat pada Allah dengan meletakkan Hasrat keduniaan itulah yang disebut “Khidmah”.

Di Lirboyo, semua hal yang memberatkan para santri dihindarkan. Hingga untuk menaikkan syahriah atau spp bulanan seribu rupiah saja, harus dirapatkan oleh seluruh Kyai dan lebih sering pada penolakan kenaikan. Maka bandingkan saja biaya sekolah di luar pesantren dengan di Lirboyo atau pesantren salaf lainnya. Dulu saat di pesantren, saya ingat ada yang namanya Kyai Thoha, warung beliau terkenal paling murah, karena beliau senantiasa mengontrol warungnya agar tidak memberatkan para santri. Dipesantren salaf, tidak pernah ditemui pesantren menahan ijasah karena belum bayar sekolah. Bahkan tidak jarang para santri ini kehidupan sehari-harinya ditanggung oleh kyai.

Pengertian Khidmah dalam Ilmu Agama dan Pesantren

Secara terminologis, khidmah berarti “pengabdian” atau “pelayanan.” Dalam konteks pesantren, khidmah adalah kesetiaan santri untuk membantu dan melayani kyai dengan tujuan utama meraih ridha Allah SWT dan keberkahan ilmu. Khidmah mensyaratkan ketulusan hati dan pengorbanan waktu serta tenaga tanpa mengharap imbalan duniawi. Guru (kyai/ulama) dipandang sebagai figur yang memiliki derajat ilmu dan akhlak tinggi, sehingga hubungan khidmah merupakan relasi spiritual dan moral yang sakral di antara murid dan guru.

Bagi guru “Khidmah” adalah upaya mereka memandang murid sebagai anak spiritualnya dan berusaha menjauhkan diri dari hasrat keduniaan. Pesantren bukan industri Pendidikan untuk menghasilkan uang bagi sang kyai. Bahkah kyai lebih sering harus merelakan hartanya untuk kesejahteraan santrinya.

Inilah yang tidak bisa dirasakan orang di luar pesantren, ikatan batin guru dan murid, kadang melebihi orang tua dan anak. Hingga bila para santri melakukan kerja bakti atau lebih dikenal ro-an, untuk membangun pesantren, tempat yang akan mereka gunakan sendiri menjadi kebanggaan dan seolah digunakan dalil para santri bahwa mereka adalah bagian dari kyai dan pesantren.

Khidmah sebagai Adab Ilmiah dan Spiritualitas

Dalam disiplin ilmu agama, khidmah merupakan perwujudan adab seorang penuntut ilmu, yang wajib menempatkan dirinya dalam posisi tawadhu’ (rendah hati) dan ikhlas. Melayani guru dengan sepenuh hati akan membuka pintu keberkahan dan kemudahan dalam menerima ilmu, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW bahwa jalan menuju ilmu seringkali harus ditempuh dengan pengorbanan dan kesungguhan.

Guru di pesantren bukan hanya pengajar ilmu, tetapi penjaga keilmuan dan moral anak muridnya. Mereka adalah pewaris para nabi dan pembimbing umat dalam persoalan keagamaan. Oleh karena itu, keberlangsungan lembaga pesantren dan kualitas ilmu yang diajarkan sangat bergantung pada spirit khidmah yang dijalankan oleh para santri. Khidmah membentuk karakter santri yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual.

Khidmah dalam tinjauan Al-Qur’an dan Hadits

Konsep khidmah didukung secara kuat oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Surat Al-Kahfi (18): 60-64 menggambarkan kisah Nabi Musa yang berkhidmah kepada Nabi Khidir dengan penuh kesabaran dan pengabdian. Ini mengajarkan bahwa khidmah adalah proses pembelajaran intensif dengan mengedepankan kesetiaan dan ketulusan.

Selain itu, dalam Surat Al-Mujadilah (58:11), Allah menegaskan akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, memotivasi murid untuk menjunjung tinggi guru yang menjadi perantara ilmu tersebut. Hadits Rasulullah SAW menyatakan, “Barang siapa menempuh jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga” (HR. Muslim), menegaskan pentingnya etika dan sikap dalam menuntut ilmu.

Aktualisasi Khidmah di Pesantren

Tradisi pesantren mengajarkan bahwa khidmah bukan sekadar kewajiban formal, melainkan manifestasi keikhlasan dan cinta antara santri dan kyai. Khidmah meliputi pengabdian dalam segala aspek seperti membantu kebutuhan kyai, menjaga pesantren, belajar dengan disiplin, dan mengamalkan ilmu yang diperoleh. Studi di berbagai pesantren menunjukkan bahwa hubungan khidmah memperkuat ikatan sosial dan spiritual, membentuk atmosfir belajar yang harmonis dan penuh barakah. Maka bangunan-bangunan pesantren secara tidak langsung adalah monumen cinta santri dan kyai melalui ro-an dan perhatian kyai.

Menurut kajian keislaman di jurnal-jurnal pesantren, khidmah juga mengandung dimensi teologis dan sosial; ia menanamkan rasa tanggung jawab moral murid terhadap kelangsungan dakwah dan ilmu yang diwariskan guru.

Manfaat dan Keutamaan Khidmah Dalam Islam

Khidmah menumbuhkan sifat tawadhu’, kerendahan hati, dan kesabaran yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran agama. Dengan berkhidmah, murid tidak sekadar mendapatkan ilmu, tetapi memperoleh keberkahan, perlindungan, dan istiqamah dalam iman dan amal.

Guru yang menerima khidmah dengan ikhlas akan semakin terpanggil untuk membimbing dengan sepenuh hati. Ini menciptakan siklus berkelanjutan yang memperkokoh tradisi keilmuan dan spiritual di pesantren.

Kesimpulan

Khidmah pada guru atau ulama dalam kajian disiplin ilmu agama dan tradisi pesantren adalah prinsip esensial yang mengikat hubungan spiritual, moral, dan intelektual antara murid dan guru. Khidmah adalah sarana utama untuk meraih keberkahan ilmu dan keberlangsungan dakwah Islam melalui pengabdian sepenuh hati dan keikhlasan.

Melalui khidmah, pesantren membentuk generasi yang mumpuni secara ilmu dan beradab luhur, menjaga tradisi keilmuan yang berakar kuat pada Al-Qur’an, Sunnah, dan ajaran para ulama. Khidmah bukan hanya kewajiban, tetapi jalan menuju kesucian ilmu dan kehidupan yang diridhoi Allah. Hal ini sering tidak dipahami mereka yang terbiasa meretas hubungan guru dan murid secara transaksional. “ane bayar, ajari anakku” “ada uang, kuajari anakmu”. Hal yang sangat jauh berbeda dengan apa yang diajarkan orang-orang pesantren. Wallahu a’lam.

Penulis : KH. Achmad Shampton,S.HI ,M.Ag. (pengasuh PP. Dzinnuha)

Wednesday, 8 October 2025

Filosofi Logo Hari Santri 2025

Logo resmi Hari Santri 2025
Logo Hari Santri 2025 bukan sekadar karya visual, melainkan sebuah pernyataan sikap, doa bersama, serta penanda arah peradaban. Dengan mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”, logo ini merepresentasikan tekad kaum santri untuk senantiasa berada di garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa, sekaligus meneguhkan peran Indonesia di kancah global.

Filosofi yang melandasi desain logo ini mencerminkan perjalanan panjang kaum santri, sejak Resolusi Jihad 1945 hingga era digital pada masa kini. Elemen pita cakrawala yang membentang menggambarkan keterbukaan santri dalam merespons perkembangan dunia, tanpa meninggalkan akar tradisi serta nilai-nilai pesantren yang menjadi landasan moral dan spiritualnya.

Setiap warna dalam logo ini memiliki makna yang mendalam. Hijau merepresentasikan kesucian, kedamaian, dan identitas santri. Biru serta merah melambangkan keberanian, semangat juang, dan optimisme dalam menghadapi tantangan global. Keseluruhan palet warna tersebut menegaskan harmoni antara ketenangan spiritual dan semangat kemajuan.

Slogan “Mengawal Indonesia Merdeka” menegaskan komitmen santri sebagai benteng moral, spiritual, dan intelektual bangsa. Sementara itu, frase “Menuju Peradaban Dunia” mencerminkan visi besar santri yang melampaui batas geografis dan kultural — berkontribusi aktif dalam membangun peradaban global melalui pemikiran, inovasi, serta karya nyata di berbagai bidang kehidupan.

Dengan penerapan tipografi modern dan elemen desain yang dinamis, logo ini menjadi simbol perpaduan antara tradisi dan modernitas. Ia menegaskan bahwa santri adalah generasi yang adaptif, progresif, dan siap berdialog dengan perkembangan zaman, tanpa melepaskan jati diri keindonesiaan yang melekat kuat dalam setiap langkah pengabdiannya.

Saturday, 4 October 2025

MWCNU Lowokwaru Gerakkan GKMNU: Wujudkan Keluarga Maslahah Berbasis Ahlussunnah wal Jama'ah

Malang — Menindaklanjuti hasil Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) PCNU Kota Malang bersama Ning Alissa Wahid dari PBNU, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Lowokwaru menggelar kegiatan Pencerahan Program Gerakan Keluarga Maslahah Nahdlatul Ulama (GKMNU). Kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam membumikan nilai-nilai kemaslahatan keluarga di tengah masyarakat.

Program GKMNU yang digagas oleh PBNU melalui Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK PBNU) menempatkan keluarga sebagai poros utama perubahan sosial menuju masyarakat yang adil, sejahtera, dan berkeadaban. Dalam konteks tersebut, MWCNU Lowokwaru menegaskan komitmennya untuk menggerakkan seluruh lembaga dan banom dalam mendukung gerakan ini.

Ustadz Fauzi, Ketua LP Ma’arif NU MWCNU Lowokwaru menegaskan bahwa peran lembaganya sangat strategis dalam menyukseskan GKMNU, terutama melalui pendidikan nilai-nilai Aswaja di lingkungan sekolah dan keluarga. 

“Dengan partisipasi aktif dalam program GKMNU, kami berharap dapat mengawal jamaah NU menjadi pelopor, pegiat, dan pelaku dalam membentuk keluarga yang maslahah, sejahtera, sehat, terdidik, moderat, serta cinta alam. Semua itu berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah dan semangat rahmatan lil ‘alamin, menuju Indonesia yang maju dan bermartabat,” ujarnya.

Jadwal Gerakan Keluarga Maslahah MWCNU Lowokwaru Kota Malang

Gerakan ini juga sejalan dengan enam dimensi utama GKMNU — Relasi Maslahat, Keluarga Sehat, Keluarga Sejahtera, Keluarga Terdidik, Keluarga Moderat, dan Keluarga Cinta Alam. MWCNU Lowokwaru menargetkan agar setiap ranting dan lembaga pendidikan di bawah naungan Ma’arif NU menjadi pusat pembelajaran keluarga maslahat.

Melalui kolaborasi lintas lembaga ini, NU diharapkan semakin hadir dalam kehidupan umat secara nyata — dari keluarga, masyarakat, hingga pembangunan bangsa.

“Keluarga maslahat bukan hanya keluarga yang baik untuk dirinya sendiri, tetapi juga menjadi sumber kemaslahatan bagi sesama,” pungkas Ketua LP Ma'arif MWCNU Lowokwaru. (Zain)

Friday, 26 September 2025

Muskercab III NU Malang: Perkuat Keluarga Maslahat, Inovasi Digital, dan Konsolidasi Jam’iyyah

Dokumen: Pengurus MWCNU Lowokwaru saat menghadiri Muscab PCNU Kota Malang, Ahad (21/09/2025)


MALANG – Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) III PCNU Kota Malang yang digelar Ahad (21/9/2025) di Kantor PCNU Kota Malang berlangsung hangat dan penuh semangat kebersamaan. Forum tahunan ini bukan sekadar agenda administrasi, tetapi juga ruang refleksi untuk memperkuat arah gerakan NU ke depan.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah Gerakan Keluarga Maslahah NU (GKMNU). Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Nyai Hj. Alissa Wahid, mengingatkan bahwa khidmah NU harus dijalankan secara solid dan terintegrasi agar berdampak nyata. Ia menilai, meski sudah diluncurkan sejak 2022, implementasi GKMNU di lapangan masih minim.

“Isu keluarga ini strategis dan menyentuh hampir semua aspek kehidupan umat. Jangan jalan sendiri-sendiri, NU harus bergerak terintegrasi,” tegas putri sulung Gus Dur itu.

Pesan senada datang dari Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang, KH. Dr. Isroqunnajah (Gus Is). Ia menekankan, fondasi bangsa terletak pada keluarga. “Kalau keluarga kuat, masyarakat dan bangsa ikut kuat. Karena itu, ikhtiar kita harus dimulai dari membangun keluarga maslahah,” jelasnya. Gus Is kemudian merinci enam dimensi keluarga maslahat: relasi maslahat, keluarga sejahtera, sehat, terdidik, moderat, dan cinta alam.

Selain menyoroti isu keluarga, Muskercab kali ini juga mencatat langkah baru dalam tata kelola organisasi. Untuk pertama kalinya, PCNU Kota Malang melaksanakan evaluasi program lembaga secara digital lewat aplikasi Evaluasi Kinerja NU (EVKINU). Sebanyak 17 lembaga terlibat dalam asesmen ini yang berlangsung pada 9–16 September 2025. Inovasi tersebut diharapkan membuat evaluasi lebih transparan, akuntabel, dan adaptif dengan perkembangan zaman.

Muskercab III juga menjadi ajang konsolidasi seluruh struktur NU di Kota Malang. Pengurus MWCNU Lowokwaru hadir bersama jajaran MWC, ranting, badan otonom, dan lembaga. Kehadiran ini mempertegas pentingnya soliditas jam’iyyah—bahwa khidmah NU tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus dirancang bersama-sama untuk kepentingan umat.

Dengan spirit integrasi, inovasi, dan konsolidasi, Muskercab III diharapkan mampu melahirkan keputusan strategis. NU Malang tidak hanya menjaga tradisi dan nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, tetapi juga memberi solusi nyata di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan penguatan keluarga sebagai fondasi masyarakat maslahat.

Jumat Wekasan MWC NU Lowokwaru Berjalan Khidmat dan Produktif

Dokumen : Para Masyayikh MWCNU Lowokwaru memimpin Dzikr Rutin Jum'at Wekasan.
Malang – Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Lowokwaru kembali menggelar kegiatan rutin Jumat Wekasan dengan penuh kekhidmatan dan semangat kebersamaan. Acara yang berlangsung pada Jumat (tanggal tidak disebutkan) ini dihadiri oleh jajaran pengurus ranting, pengurus MWC, serta kader muda NU dari kalangan santri pondok pesantren di wilayah Lowokwaru.

Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan sholawat yang dipimpin oleh santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin bersama Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) MWC, di bawah bimbingan Ustadz Sholihin. Suasana semakin khusyuk saat dilanjutkan dengan riyadhoh yang dipimpin oleh KH. Jumadiono.

KH. Sudari kemudian memimpin pembacaan 100 kali surat Al-Fatihah, disusul pembacaan 1000 sholawat oleh KH. Ahmad Fauzi selaku Ketua LP Ma’arif. Rangkaian ketiga berupa pengajian kitab Ta’limul Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari disampaikan oleh KH. Hilmi Muhammad, Katib Rois Syuriyah MWC NU Lowokwaru. Kehadiran beliau sekaligus menjadi pengganti sementara karena KH. Nurul Azhar dan KH. Aziz Damanhuri berhalangan hadir karena udzur syar’i.

Acara kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH. Gufron Hambali, menambah keberkahan pertemuan tersebut.

Tak berhenti di situ, selepas pengajian dilanjutkan dengan jagongan maton sekaligus rapat penyelesaian pembangunan kantor MWC NU Lowokwaru tahap ke-4. Rapat dipimpin oleh Abah H. Muarib dan menghasilkan beberapa keputusan terkait kebutuhan material pembangunan, di antaranya:

  1. Pasir hitam 1 truk
  2. Pasir merah 1 truk
  3. 3.000 bata merah
  4. Keramik tangga 45 meter
  5. Keramik kamar mandi 40 meter
  6. Satu kloset duduk dan satu kloset jongkok
  7. Pagar tangga
  8. 100 sak semen
  9. Pembiayaan tukang
  10. Keputusan tersebut diambil guna mempercepat penyelesaian pembangunan kantor MWC yang menjadi pusat aktivitas organisasi.

Dengan demikian, kegiatan Jumat Wekasan MWC NU Lowokwaru bukan hanya menjadi wadah ibadah dan penguatan spiritual, melainkan juga ajang konsolidasi organisasi serta produktivitas dalam membangun kelembagaan NU di tingkat kecamatan. (Zain)

Sunday, 21 September 2025

Alissa Wahid Dorong NU Malang Perkuat Gerakan Keluarga Maslahat di Muskercab III

Dokumen : Ning Alisa saat memberikan pandangan strategis program GKM PBNU di PCNU Kota Malang
MALANG – Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) III Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang yang digelar pada Ahad (21/9/2025) menjadi momentum penting bagi konsolidasi arah gerakan NU ke depan. Bertempat di Kantor PCNU Kota Malang, forum ini menghadirkan semangat refleksi sekaligus peneguhan komitmen khidmah.

Salah satu tokoh yang memberikan pandangan strategis adalah Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Nyai Hj. Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid. Dalam sambutannya, putri sulung KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menekankan perlunya NU menjalankan khidmah yang solid, terintegrasi, dan berdampak nyata bagi masyarakat.

Menurut Alissa, NU tidak cukup hanya mengandalkan struktur organisasi yang mapan, melainkan harus menghadirkan kerja kolektif yang konsisten dan saling melengkapi. Ia menyoroti secara khusus Gerakan Keluarga Maslahah Nahdlatul Ulama (GKMNU) yang sejak diluncurkan akhir 2022 masih belum berjalan optimal di lapangan. 

“GKMNU ini sangat strategis, tapi masih terasa vakum. Padahal isu keluarga menyentuh hampir semua aspek kehidupan umat. Karena itu, NU perlu bergerak secara terintegrasi, tidak sibuk sendiri-sendiri,” tegasnya.

Alissa menekankan bahwa keluarga merupakan fondasi peradaban. Jika keluarga kuat dan berdaya, masyarakat juga akan kokoh. Sebaliknya, rapuhnya keluarga akan memunculkan problem sosial mulai dari kemiskinan, pendidikan yang tertinggal, krisis kesehatan, hingga kerentanan terhadap radikalisme.

Ia mendorong agar GKMNU diposisikan bukan hanya sebagai program formal, tetapi sebagai gerakan kultural yang menyentuh kebutuhan riil di akar rumput. Keberhasilan program, lanjutnya, hanya bisa diwujudkan dengan dukungan SDM yang kapabel, peta kerja yang jelas, serta sinergi antar lembaga NU.

Alissa juga mengingatkan adanya tumpang tindih program di berbagai lembaga NU karena kurang koordinasi. Dengan konsolidasi jam’iyyah, program kesejahteraan keluarga dapat diarahkan lebih efektif dan berkelanjutan.

“NU harus menghadirkan keluarga maslahat, bukan hanya keluarga sakinah dalam arti sempit. Keluarga maslahat artinya keluarga yang mampu membawa kebaikan, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga masyarakat luas,” ujarnya.

Di hadapan peserta Muskercab, Alissa mengajak seluruh elemen NU—mulai IPNU-IPPNU, badan otonom, hingga lembaga-lembaga PCNU—untuk mengakhiri pola kerja sektoral. Kolaborasi, konsolidasi, dan satu visi besar menjadi kunci keberhasilan khidmah NU di masa depan.

Pesan tersebut memberi nuansa reflektif bagi Muskercab III PCNU Kota Malang, yang tak hanya membahas agenda rutin organisasi, tetapi juga mengarahkan NU agar semakin relevan dengan tantangan zaman. Dengan mengokohkan keluarga sebagai fondasi masyarakat, NU diharapkan semakin hadir sebagai pengayom umat dalam bidang agama, pendidikan, sosial, kesehatan, hingga ekonomi. (Zain)

Wednesday, 17 September 2025

Pelantikan dan LKD Fatayat NU Seputih Raman, Nuraeni Tekankan Pentingnya Perempuan Berilmu dan Mandiri

Pelantikan Pengurus Anak Cabang (PAC) dan Ranting Fatayat NU se-Kecamatan Seputih Raman
Lampung Tengah – Pengurus Anak Cabang (PAC) dan Ranting Fatayat NU se-Kecamatan Seputih Raman resmi dilantik sekaligus mengikuti kegiatan Latihan Kader Dasar (LKD), Minggu (14/09/2025). Acara yang berlangsung di Gedung MWC NU Seputih Raman ini dihadiri jajaran pengurus Fatayat NU, tokoh masyarakat, serta puluhan kader muda Nahdlatul Ulama.

Dalam sambutannya, Ketua PC Fatayat NU Lampung Tengah, Nuraeni, M.E., menyampaikan pesan penting tentang peran strategis perempuan di era modern. Ia menegaskan bahwa perempuan Fatayat harus berdaya, tidak hanya secara spiritual, tetapi juga secara intelektual, sosial, dan ekonomi.

“Kita usahakan menjadi perempuan yang di otaknya ada ilmu, di hatinya ada kebaikan, di dalam jiwanya ada tanggung jawab, di wajahnya ada kepercayaan diri, dan di dompetnya ada uang,” tegas Nuraeni disambut tepuk tangan meriah para peserta.

Lebih lanjut, Nuraeni mengajak seluruh kader Fatayat NU untuk senantiasa menjaga semangat berkhidmat, memperkuat solidaritas, serta menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat. Menurutnya, perempuan Fatayat harus mampu mengambil peran nyata dalam keluarga, lingkungan, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kegiatan LKD ini menjadi momentum penting untuk memperkokoh militansi kader Fatayat NU dalam mengamalkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah, sekaligus membekali mereka dengan kemampuan kepemimpinan, keterampilan organisasi, dan semangat perjuangan.

Dengan pelantikan dan LKD tersebut, diharapkan lahir kader-kader perempuan NU yang tidak hanya religius, tetapi juga mandiri, tangguh, dan berkontribusi besar bagi kemajuan masyarakat.

Wednesday, 10 September 2025

Kemenag Lampung Tengah dan LAZISNU PCNU Lampung Tengah Jalin Sinergi untuk Perkuat Peran Filantropi Islam

Dokumen:Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lampung Tengah menerima audiensi dari Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) PCNU Lampung Tengah
Lampung Tengah – Selasa, 9 September 2025 Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lampung Tengah menerima audiensi dari Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) PCNU Lampung Tengah, bertempat di ruang rapat Kemenag, Gunung Sugih. Pertemuan ini membahas peluang sinergi dan kolaborasi dalam memperkuat peran filantropi Islam guna meningkatkan pelayanan sosial-keagamaan masyarakat.

Kepala Kemenag Lampung Tengah, H. Maryan Hasan, S.Ag., M.Pd.I., didampingi Kepala Seksi Bimas Islam dan Penyelenggara Zakat dan Wakaf (Zawa), menyambut langsung rombongan LAZISNU yang dipimpin Ketua PC LAZISNU Lampung Tengah, Gus Ali Fadlilah Musthofa.

Dalam pemaparannya, Gus Ali menegaskan bahwa audiensi ini menjadi ajang silaturahmi, perkenalan, serta penyampaian program kerja LAZISNU. Ia menjelaskan bahwa LAZISNU hadir sebagai lembaga filantropi Islam yang berkomitmen menyalurkan zakat, infak, dan sedekah secara profesional agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

“Kami berharap dapat membangun kolaborasi dengan Kemenag Lampung Tengah, sehingga program-program LAZISNU bisa selaras dengan agenda pemerintah, khususnya di bidang sosial-keagamaan,” ujar Gus Ali.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Kemenag Lampung Tengah, H. Maryan Hasan menyampaikan apresiasi atas inisiatif LAZISNU. Menurutnya, Kemenag terbuka untuk bersinergi dalam memperluas jangkauan manfaat layanan umat, khususnya pengelolaan zakat, infak, dan sedekah secara transparan dan profesional.

“Kami menyambut baik langkah LAZISNU. Semoga kerja sama ini dapat memperkuat layanan umat, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui filantropi Islam,” ungkapnya.

Dalam dokumen paparan yang disampaikan, LAZISNU juga memaparkan eksistensi kelembagaan hingga tingkat kecamatan dan desa, program kerja publikasi melalui NU Care Cyber, serta layanan konsultasi dan penerimaan zakat yang berjalan rutin. LAZISNU berharap dukungan Kemenag dapat memperkuat sosialisasi kesadaran zakat serta kolaborasi dalam penyaluran bantuan keummatan.

Kedua pihak bersepakat untuk terus menjalin komunikasi dan menguatkan sinergi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lampung Tengah melalui peran filantropi Islam yang berdaya guna dan berkelanjutan.

Pernikahan Menurut Syariat Islam di Era 5.0 bagi Masyarakat

 

Dokumen: Acara pernikahan salah satu Keluarga Besar Ribathul Qur'an Wardatul Ishlah Kota Malang Jawa Timur, Sabtu (05/09/2025)
Pernikahan adalah salah satu sunnah Rasulullah ﷺ yang memiliki kedudukan sangat penting dalam Islam. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang...” (QS. Ar-Rum: 21).

Di era society 5.0, perkembangan teknologi dan informasi memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam pernikahan. Masyarakat dituntut mampu menyeimbangkan nilai-nilai syariat Islam dengan kemajuan teknologi agar makna pernikahan tetap terjaga. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Niat dan Tujuan Pernikahan

Dalam Islam, pernikahan bukan hanya sekadar penyatuan dua insan, tetapi juga ibadah dan sarana menjaga kehormatan diri. Rasulullah ﷺ bersabda:

Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di era 5.0, penting bagi pasangan untuk meluruskan niat pernikahan demi mencari ridha Allah, bukan hanya karena tren, gaya hidup, atau tuntutan media sosial.

2. Tantangan Pernikahan di Era 5.0

Perkembangan teknologi membawa dampak positif sekaligus tantangan bagi kehidupan rumah tangga:

  • Gaya hidup digital membuat pasangan lebih mudah saling terhubung, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah seperti perselingkuhan online.
  • Budaya hedonisme dan konsumtif dapat menggeser makna kesederhanaan dalam pernikahan.
  • Eksposur media sosial seringkali membuat pernikahan dipandang sebagai ajang pamer, bukan ibadah.

3. Memanfaatkan Teknologi Sesuai Syariat

Teknologi di era 5.0 seharusnya menjadi sarana mempermudah, bukan menjerumuskan. Misalnya:

  • Aplikasi taaruf berbasis syariah yang memfasilitasi pertemuan calon pasangan secara aman.
  • Konseling pernikahan online untuk memperkuat kesiapan mental dan spiritual.
  • Pendidikan keluarga digital yang mengajarkan nilai-nilai Islam dalam mengasuh anak di era modern.

4. Mempertahankan Nilai-Nilai Islami

Walau teknologi berkembang, prinsip-prinsip syariat tidak boleh diabaikan:

  • Menjaga akad nikah sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.
  • Mengutamakan mahar yang sederhana dan tidak memberatkan.
  • Menjaga hak dan kewajiban suami istri sesuai Al-Qur’an dan hadis.
  • Menjaga privasi rumah tangga dan tidak berlebihan menampilkannya di media sosial.

5. Peran Masyarakat dan Keluarga

Masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga sakralitas pernikahan di era 5.0:

  • Memberikan edukasi tentang pernikahan islami sejak dini.
  • Menghindari budaya pesta pernikahan yang berlebihan.
  • Mendorong generasi muda untuk mempersiapkan pernikahan dengan matang, baik dari sisi agama, psikologi, maupun finansial.

Kesimpulan

Di era society 5.0, kemajuan teknologi harus disikapi bijak agar tidak menggeser nilai-nilai pernikahan dalam Islam. Pernikahan tetaplah ibadah, jalan untuk menjaga kehormatan, serta sarana membangun keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dengan memadukan syariat Islam dan pemanfaatan teknologi secara tepat, masyarakat dapat menjalani kehidupan berumah tangga yang harmonis dan diridhai Allah ﷻ. (Zain)

Thursday, 4 September 2025

DPW FKPQ Jawa Timur Gelar Munajat dan Istighotsah untuk Kedamaian Negeri

Dokumen: Munajat DPW FKPQ Jawa Timur untuk Negeri, Kamis 04/09/2025
Surabaya, 4 September 2025 — Dewan Pengurus Wilayah Forum Komunikasi Pendidikan Al-Qur’an (DPW FKPQ) Jawa Timur menggelar kegiatan Munajat dan Istighotsah untuk Kedamaian Negeri pada Kamis (04/09). Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi bangsa yang tengah menghadapi berbagai tantangan, sekaligus ikhtiar spiritual untuk memohon perlindungan dan ketenangan bagi masyarakat.

FKPQ, sebagai garda terdepan dalam pendidikan nonformal khususnya pengajaran Al-Qur’an, memegang peranan penting dalam menjaga kondusivitas sosial di tingkat masyarakat bawah. Hampir di seluruh daerah di Jawa Timur terdapat Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ), tempat para guru Al-Qur’an berperan memberikan pencerahan, keteduhan, dan pembinaan moral di tengah masyarakat yang rawan terprovokasi.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. KH. Abdul Wahid Efendi, M.Pd, dari PD Pontren Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, memimpin munajat secara virtual melalui Zoom Meeting. Dalam arahannya, beliau menekankan pentingnya konsolidasi rutin antarwilayah (DPC) yang minimal dilaksanakan sebulan sekali.

“Peluang bantuan untuk LPQ, baik melalui Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) maupun insentif guru Al-Qur’an, sangat besar. Namun, syarat utamanya adalah LPQ harus memenuhi ketentuan administratif, minimal sudah memiliki EMIS dan BAP. Disinilah peran DPW FKPQ Jawa Timur untuk terus mengawal dan mendampingi LPQ, termasuk perpanjangan izin operasionalnya,” tegas Pak AWE, sapaan akrab beliau.

Menanggapi arahan tersebut, KH. Aziz, Ketua DPW FKPQ Jawa Timur, menyampaikan komitmennya untuk menindaklanjuti imbauan PD Pontren Kemenag Jatim.

“Insyaallah, DPW FKPQ Jawa Timur akan terus bersinergi dengan Kementerian Agama, baik di tingkat wilayah, kabupaten, maupun kota, demi menyukseskan program-program pembinaan LPQ dan pemberdayaan guru Al-Qur’an,” ujarnya.

Kegiatan Munajat dan Istighotsah untuk Negeri Damai ini diikuti oleh sejumlah Dewan Pengurus Cabang (DPC) FKPQ se-Jawa Timur sebagai bentuk nyata kepedulian dan komitmen DPW FKPQ terhadap kondisi bangsa.

Dengan semangat kebersamaan, DPW FKPQ Jawa Timur berharap langkah-langkah spiritual dan pembinaan ini dapat memberikan ketenangan, menjaga persatuan, dan membawa keberkahan bagi negeri. (Zain)

Tuesday, 2 September 2025

PC GP Ansor Pesisir Barat Siap Gelar Pelantikan dan PKL Perdana

Pesisir Barat – Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP Ansor) Kabupaten Pesisir Barat siap menggelar agenda bersejarah berupa pelantikan kepengurusan periode 2024–2028 sekaligus Pelatihan Kepemimpinan Lanjut (PKL) perdana. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Kamis, 25 September 2025 di Pondok Pesantren Miftahurrohmah, Krui.

Ketua Pelaksana, Asep Efendi, S.Pd., menegaskan bahwa pelantikan ini bukan hanya acara seremonial, tetapi momentum awal konsolidasi organisasi Ansor di Pesisir Barat.

“Pelantikan akan melibatkan jajaran PC, juga lembaga-lembaga seperti MDS, LP3H, dan PPH. Kami mengajak seluruh sahabat Ansor untuk bergandengan tangan, menyukseskan acara penting ini demi kemajuan organisasi,” ujarnya.

Ketua PC GP Ansor Pesisir Barat, Betyanto, S.Sy., dalam keterangannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut mengusung tema “Membangun Integritas Kepemimpinan, Menguatkan Pilar Kemandirian Menuju Ansor Masa Depan, Madani dan Religius.”

“Terima kasih kepada panitia, sahabat Ansor-Banser, stakeholder, serta tuan rumah Ponpes Miftahurrohmah atas dukungan yang luar biasa. Tema ini menjadi pengingat sekaligus arah perjuangan kita untuk menyiapkan kader pemimpin masa depan yang berintegritas dan religius,” katanya.

Sebagai tuan rumah, Gus Zaini Santoso, S.Pd.I., S.H.I., M.Pd., menyatakan dukungan penuh untuk suksesnya acara tersebut.

“Dengan segenap jiwa raga, kami mendukung kader muda NU, khususnya Ansor-Banser, agar mampu mewujudkan cita-cita luhur organisasi. Semoga kegiatan ini menjadi pijakan kuat bagi lahirnya pemimpin-pemimpin yang membanggakan,” tuturnya.

Susunan Kepanitiaan

Ketua OC: Asep Efendi

Sekretaris OC: Muhlisin

Bendahara: Anggi Romadhoni

Ketua SC: Doni Bakri Aziz

Sekretaris SC: Sepriadi

Seksi Acara: Mutiem Ali

Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, pelantikan dan PKL ke-1 ini diharapkan menjadi ajang regenerasi kepemimpinan sekaligus tonggak penguatan peran GP Ansor Pesisir Barat dalam mengawal nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemasyarakatan.