Sependek kitab yang saya baca adalah seorang Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz, seperti yang disampaikan oleh Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali:
ﻛﺎﻥ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻌﺰﻳﺰ ﺇﺫا ﺭﺃﻯ ﻣﻦ ﻳﺴﺎﻓﺮ ﺇﻟﻰ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ اﻟﻨﺒﻮﻳﺔ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻪ: ﺃﻗﺮﻯء ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻨﻲ اﻟﺴﻼﻡ
Jika Umar bin Abdul Aziz melihat ada orang yang bepergian ke Madinah, ia berpesan: "Bacakan salamku untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam" (Lathaif Al-Ma'arif, 239)
Insyaallah titipan bacaan salam telah saya sampaikan saat ziarah ke makam Rasulullah. Apakah tidak bosan? Justru saya meyakini mengucapkan salam kepada Rasulullah mendapat jawaban dari beliau seperti dalam hadis sahih:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا : مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ
Dari Abu Hurairah secara marfu’ (Nabi bersabda): “Tidak ada seorang pun yang mengucap salam kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan ruh kepadaku hingga aku menjawab salam” (HR Abu Dawud)
Membaca salam apakah harus di makam Nabi? Tidak harus. Dari manapun ucapan salam umatnya akan dihaturkan kepada Nabi baik salam saat salam atau lainnya, seperti dalam hadis sahih:
ﺇﻥ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻼﺋﻜﺔ ﺳﻴﺎﺣﻴﻦ ﻓﻲ اﻷﺭﺽ ﻳﺒﻠﻐﻮﻧﻲ ﻣﻦ ﺃﻣﺘﻲ اﻟﺴﻼﻡ (ﺣﻢ ﻧ ﺣﺐ ﻛ) ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ
"Sungguh Allah memiliki malaikat yang berkeliling di bumi, mereka menyampaikan salam kepadaku dari umatku" (HR Ahmad, Nasai, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abdullah bin Mas'ud)
Penulis : KH. Ma'ruf Khozin