Pelajaran Dari Kehancuran Libyia Akibat Propaganda Khilafah - HWMI.or.id

Sunday 26 July 2020

Pelajaran Dari Kehancuran Libyia Akibat Propaganda Khilafah


JANGAN BURU-BURU PERCAYA, PELAJARAN DARI LIBYA YANG HANCUR OLEH PROPAGANDA KHILAFAH

Kehancuran dan kekacauan di Libya berawal dari tuntutan berdirinya khilafah oleh Hizbut Tahrir ….

Hongkong dilanda demonstrasi berbulan-bulan menuntut Demokrasi yang lebih luas dan isu-isu ekonomi yang terkait dengan ketidak-mampuan China mengelola ekonomi negara. Maka menggemalah tuntutan “Kaum Muda”, agar Hongkong bisa Merdeka dari China. Biarlah Hongkong jadi negara tersendiri yang bebas dari pengaruh China yang totaliter.
Lalu apa yang terjadi? Setelah demonstrasi dan vandalisme yang tak kunjung usai, belakangan diketahui bahwa demonstrasi itu didanai uang Washington.

Ini mengingatkan kita atas ratusan ribu hingga jutaan yang mati dari pembantaian kader PKI tahun 65 di Indonesia. Menghancurkan sebuah lapisan generasi dan menyisakan trauma mendalam bagi kita rakyat Indonesia.

Selain itu, hal lain yang tersisa adalah bandul ekonomi yang diayunkan ke sisi kanan Indonesia atas bantuan dan dana dari Washington. Sehingga di balik “Demokratisasi” yang digaungkan Orde Baru dan “Indonesia Bebas Komunis” yang tampak indah serta heroik itu, tersembunyi proposal bisnis trilyunan dolar untuk menggangsir ekonomi Indonesia selama puluhan tahun.

50 tahun kemudian sejak 65, nun jauh di sana, di Afrika, Majelis Rakyat Libya mengizinkan Mesir secara politis dan Militer secara langsung ke Libya untuk berkoalisi bersama Tentara Nasional Libya (LNA) Pimpinan Khalifah Haftar setelah secara langsung Turki juga mengirimkan pasukan ke sana beraliansi dengan Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA). Pasca hampir direbutnya kota Sirte dan Al Jufra oleh Pemerintahan Kesepakatan Nasional.

Kota Sirte adalah kota yang strategis karena siapapun penguasa Sirte akan dengan mudah mengontrol pelabuhan minyak di wilayah timur Libia, yang mengandung cadangan minyak terbesar. Sedangkan kota Al Jufra menjadi penting bagi LNA karena letaknya strategis menghubungkan berbagai daerah di Libya dan dengannya memungkinkan siapapun penguasanya mengontrol lebih dari setengah Libya terutama bagian timur yang berbatasan dengan Mesir.

Fakta bahwa penguasa Mesir saat ini Abdel Fatah Al-Sisi adalah pengganti dari Presiden tersingkir Mursi yang didukung Ikhwanul Muslimin dan Turki, adalah salah satu alasan paling penting kenapa jatuhnya Al Jafra yang berbatasan langsung dengan ribuan kilometer perbatasan Mesir menjadi terasa sangat mengancam dan memaksa Mesir untuk turun tangan langsung.

Perkembangan terakhir, Mesir bahkan telah mendeploy sistem pertahanan darat ke udara S300 pasca militer turki secara terbuka mengirimkan angkatan udaranya ke Libya. Mesir juga telah mengirimkan Tank serta berlatih perang di lapangan. Situasi saat ini benar-benar kritis.

Berawal dari tuntutan berdirinya khilafah oleh Hizbut Tahrir

Apa penyebab ini semua? Akar awal dari penyebab segala kekacauan ini adalah tuntutan berdirinya khilafah oleh Hizbut Tahrir dan tuntutan Demokratisasi oleh faksi Liberal secara bersamaan di Libya dan Fatwa Halalnya Darah Khadafy oleh Mufti Nato Yusuf Al Qardhawi pada tahun 2010.

Benar belaka bahwa Ikhwani dan Hizbut Tahrir serta Liberalis menyerukan tuntutan yang intinya Libya harus bertransformasi menjadi sebuah negara yang baru. Yang baru seperti apa? Ya nggak tau, nggak jelas! Intinya saat itu Qadafy harus lengser dulu.

Maka terjadilah, pada oktober tahun 2011, Moammar Qadafy dibunuh rakyatnya sendiri setelah diperjuangkan kesejahteraannya dan diberi makan olehnya selama puluhan tahun sehingga memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Afrika dan dunia.

Setelah ditegakkan harga dirinya di hadapan masyarakat dunia, maka warga yang sama yang terpesona pada buaian janji sorga para elitis sok pintar yang entah menjanjikan berbagai hal penuh bunga, memburu Presidennya sendiri dan membunuhnya di sebuah gorong-gorong. Sungguh tragis Moammar Qaddafi.

Seorang Da’i di Bogor Indonesia, yang masjidnya dibiayai secara penuh oleh Qadafy (termasuk segala biaya hidup hingga ia mampu menikah berkali-kali) bahkan secara tak tahu malu merubah nama masjidnya yang semula Masjid Kadhafi menjadi nama lain, karena juga terpesona absurditas yang sama.
Maka di Libya, apakah Khilafah itu tegak saat ini? Apakah Demokrasi itu berjaya dan menghasilkan kebaikan saat ini? Apakah setelah fatwa halalnya darah Qadhafy itu, ada seorang presiden lain yang menegakkan keadilan di libya? Seorang Liberal dengan kembang ilmu dan retorikanya yang dahsyat, menyatukan segala potensi umat ke arah Demokrasi yang sejati?

Saat ini Libya mengemis bantuan Mesir setelah 9 tahun berlalu dan Khilafah Hizbut Tahrir, Turki, Qardhawi dan Demokrasi Eropa tidak ada yang berhasil tegak di sana. Selain migas di sana yang dibelah-belah konsesi Uni Eropa dan Turki, nyaris tidak ada nilai sisa yang bernilai di sana kecuali pemerintahan para warlord dan rakyatnya yang beralih fungsi dari pemilik pendapatan perkapita besar menjadi barisan budak yang dijual ke pasar gelap budak di seluruh dunia untuk dipekerjakan dalam proyek-proyek gelap.

Maka jangan gampang percaya liberalis yang menyarankan Indonesia dibelah jadi 8, atau lepaskan salah satu provinsi Indonesia demi kemanusiaan, atau Khilafah solusi segala masalah atau Revolusi esok hari.

Periksa dulu! Karena washington bisa bekerja sama mulai dari Taliban di Afghanistan, ISIS di Iraq-Suriah hingga aktivis Kiri dan Pro Demokrasi di dalam demonstrasi Hongkong.

SJW terakhir yang kita lihat berkoalisi dengan Gubernur Pro Khilafah Ottoman di Jakarta bekerja dengan sama goblognya kok …. Maka waspada sejak dini jangan dianggap remeh. Jangan terlambat.

Sumber : Khairun Fajri Arief https://www.facebook.com/khairun.arief/posts

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda