Ketua Lembaga Dakwah PBNU Respon Ceramah Sektarian Tengku Zulkarnain - HWMI.or.id

Sunday 26 July 2020

Ketua Lembaga Dakwah PBNU Respon Ceramah Sektarian Tengku Zulkarnain


Sedang viral isi ceramah Terngku Zulkarnain yang terkesan rasis dan sektarianisme dengan menyindir dan membanding-bandingkan suku Sumatera Utara dengan Suku Jawa.

 Sikap tersebut dianggap telah melukai dan menghina masyarakat Jawa dan para dai yang berasal dari Jawa.

Dalam Video Youtube yang diunggah Famz TV tersebut, Tengku Zulkarnain menyindir dan mencibir dai yang berasal dari Jawa, dengan mengatakan bahwa setelah ikutan pengajian tabligz Akbar, setelah pulang kerumah, ketika dintanya yang didapatkan hanya Amma Ba’du. Karena penceramhnya dari jawa, jemaahnya pada tidur. 

Tengku Zul, juga mengkomentari tatacara memakai keris di Sumatera dengan di Jawa dan lain sebagainya.

“Kalo Jawa lain dicabutnya kerisnya kowe arep tak pateni.’ ucapnya.

Sikap diskriminatif Tengku Zulkanain tersebut dianggap tidak pantas mengingat dia adalah menyandang sebagai Pengurus Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang semestinya berlaku sopan dan bijaksana dalam berdakwah.

Perilaku sektarian Tengku Zulkarnain tersebut dapat respon tegas dari Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH. Agus Salim HS, beliau mengatakan tidak mudah untuk para dai itu besikap bijaksana. 

Karena hal tersebut sangat di pengaruhi oleh sikap, mental, akhlak dai yang bersangkutan.
“Yang penting dalam dakwah itu, ya akhlak dai itu sendiri.” Ujarnya.

Menjadi sangat ironi adalah, Tengku sendir adalah pengurus MUI, yang notabene merupakan lembaga yang memberikan sertifikasi dai dan standardisasi dai.

 Sementara perlikaunya dalam berdakwah tidak sesuai dengan nama besar lembaganya. KH. Agus, menjelaskan.
“Sebagai dai/penceramah dengan membahwa nama lembaga besar seperti MUI, dia tidak pantas ceramah seperti itu, dengan membanding-bandingkan suku yang satu dengan suku lainnya.

Membandingkan penceramah dari suku lain dengan suku lainnya. Karena ini hal sering terjadi pada Tengku Zul, munkin saja hal itu adalah karakter, tabiat, yang jauh dari cerminan dakwah Rasulallah dengan akhlak yang mulia.” tegasnya.

Menjadi dai atau juru dakawah di masyararat itu tidaklah mudah, kerana dalam berdakwah harus ada kesesuiaan antara dakwah yang disampaikan dengan perilkunya. 

Intinya adalah yang disampaikan itu mesti sudah dilakukan oleh dai tersebut. KH. Agus Salim HS, menambahkan. (ASR)

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda