Rahasia Kebal Terhadap Ajaran Islam Radikal - HWMI.or.id

Thursday 9 July 2020

Rahasia Kebal Terhadap Ajaran Islam Radikal


 
Saya pernah membaca buku-buku Islam garis keras (Islam radikal, ekstrim kanan) terutama yang dikarang oleh Hasan Al-Banna, Said Hawwa, Sayyid Qutub dan Fatih Yakan, yang notabene penggerak Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir, bahkan bergaul dengan kelompok-kelompok tarbiyah yang berkiblat kepada IM  baik dalam kegiatan pelatihan, pengajian maupun pergaulan sehari-hari. Tapi mengapa saya tidak terpengaruh oleh doktrin-doktrin mereka, sementara yang lain banyak yang begitu mudah terpengaruh oleh doktrin tersebut? 



Rahasia utamanya adalah karena saya tidak menjadikan doktrin mereka sebagai kebenaran yang final, mengganggap ajaran tersebut yang paling benar, sementara yang lain salah. sehingga saya masih bisa terus melakukan pengembaraan intelektual ke berbagai sumber kebenaran lainnya. Sebab semua golongan pasti membanggakan golongannya masing-masing, dan mereka sama-sama sebagai pencari kebenaran juga. Jadi kalau saya berhenti pada doktrin mereka saja, berarti saya menutup kebenaran dari arah yang lain. 

Namun untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya dan pas menurut hati itu ada ukuran-ukurannya, antara lain perlu didasari penguasaan disiplin keilmuan untuk menganalisa petunjuk baik dari ayat, hadits ataupun pendapat ulama/cendekiawan dan sumber informasi lainnya dengan analisa yang baik, tepat dan benar (seperti belajar ilmu nahwu sharaf, ushul fiqh, manthiq, dan balaghah). Kalau belum menguasai semua itu, paling tidak sering bertanya dan berdiskusi dengan orang yang ahli di bidangnya. Bukan cuma tenar nama doang, tapi baca Alquran dan baca kitab tidak becus.

Selain itu juga harus memahami sejarah baik asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat), asbabul wurud (sebab-sebab turunnya hadits), maupun perikehidupan Rasulullah Saw, para sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in dan para ulama saleh lainnya. Dengan begitu kita bisa tahu latar belakang atau maksud di balik turunnya suatu petunjuk ayat atau hadits, juga mampu memahami pola pikir, pola sikap dan praktek keberagamaan luhur dari Nabi dan ulama salafus shalih.

Terakhir, yang signifikan membantu kita bisa menemukan kebenaran hakiki adalah tidak fanatik buta dan sombong yang definisinya adalah menolak kebenaran dari pihak lain dan meremehkan manusia (bathrul haq wa gomthun naas). Jadi, jangan menganggap bahwa hanya kitalah yang benar, sementara yang lain itu salah, sehingga kebenaran dari pihak lain susah masuk, akhirnya tumbuhlah fanatik buta.

Alhamdulillah pelabuhan terakhir pencarian kebenaranku ditakdirkan ALLAH bertambat di NU, sebagai ormas Islam yang dari awal didirikan selalu menyebarkan dan merawat ajaran dan tradisi Ahlussunah wal Jama'ah secara murni dan konsekwen.

(  Cep Herry Syarifuddin, Juli 2020)

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda