Usai Tampil Bersama Presiden Di Majelis Umum PBB, Begini Isi Sambutan Gus Yahya - HWMI.or.id

Friday 25 September 2020

Usai Tampil Bersama Presiden Di Majelis Umum PBB, Begini Isi Sambutan Gus Yahya

 Usai Tampil bersama Presiden di Majelis Umum PBB, Begini Isi Sambutan Gus Yahya


Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa dunia Islam harus berintegrasi secara damai dan harmonis dengan masyarakat dunia seluruhnya. Hal ini disampaikannya dalam forum tentang HAM di Majelis Umum PBB, Rabu (23/9) lalu.

“Tidak boleh lagi ada persepsi persaingan, apalagi permusuhan, antara dunia Islam melawan dunia Barat atau lainnya. Saat ini kita sedang menyaksikan proses bergeraknya seluruh masyarakat dunia menuju terbentuknya satu peradaban global yang tunggal dan saling bercampur. Tanpa integrasi damai, yang akan terjadi pastilah konflik universal yang berbahaya sekali,” tegasnya menyampaikan.

Untuk itu, lanjut Gus Yahya, panggilan akrab Katib Aam, masyarakat global membutuhkan konsensus tentang nilai-nilai keadaban bersama (shared civilisational values) sebagai basis integrasi.

Konsensus itu harus tercipta tidak hanya pada tingkat kepemimpinan politik atau pemerintahan saja, tapi harus sungguh-sungguh membumi di tingkat masyarakat atau akar rumput.

Dengan demikian, lanjutnya, aktor-aktor masyarakat sipil seperti organisasi-organisasi masyarakat yang independen harus diberi peran utama dalam rangka mengupayakan konsensus melalui gerakan sosial yang efektif.

“Besok saya kembali diminta menyampaikan visi tentang bagaimana Prakarsa Agama-agama Ibrahimiyah dapat menjadi salah satu komponen strategis dalam upaya membangun konsensus global itu,” katanya.

Di samping merupakan salah satu elemen kunci yang dibutuhkan dalam konsesus, Gus Yahya menjelaskan bahwa prinsip kemerdekaan beragama dan berkepercayaan harus pula dibingkai dengan pemahaman yang jernih, konkret dan definitif tentang nilai-nilai apa saja yang bisa direngkuh bersama sebagai konsensus, serta perbedaan-perbedaan apa yang harus diterima secara toleran.

“Pada satu titik, prakarsa agama-agama Ibrahimiyah bisa dan harus diperluas dengan menjangkau agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan di luar tradisi Ibrahimiyah. Secara keseluruhan, ini akan menjadi bingkai strategis untuk memperjuangkan perdamaian dunia melalui pendekatan keagamaan,” tandasnya. (Ahn/dakwahnu)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda