Kiai Said : Memahami Strategi Dakwah Rasul Dalam Mempertahankan NKRI - HWMI.or.id

Friday 27 November 2020

Kiai Said : Memahami Strategi Dakwah Rasul Dalam Mempertahankan NKRI

 Kiai Said : Memahami Strategi Dakwah Rasul dalam Mempertahankan NKRI



Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Said Aqil Siroj, menyampaikan dua hal penting mengenai keterkaitan perjuangan dakwah Rasulullah dan strategi mempertahankan NKRI dalam sebuah acara virtual yang diunggah oleh YouTube NU Channel pada Kamis, 19 November 2020.

Dalam sambutannya, Kiai Said menjelaskan bahwa dahulu Nabi berhasil membangun masyarakat Islam yang modern, maju, kreatif dan produktif di Madinah. Keberhasilan Nabi tersebut tidak lepas dari kecerdasannya memilih strategi dakwah yang sesuai dengan keadaan masyarakat setempat.

“Maka  cara strategi dakwah Nabi Muhammad untuk mereka adalah membangun intelektualitas dan dialog, membangun prinsip-prinsip wasathiyah, prinsip-prinsip moderasi dalam menyampaikan agama Islam, prinsip-prinsip kemanusiaan dalam.menyampaikan dakwah Islam, prinsip-prinsip cinta dalam menyampaikan agama Islam menyampaikan sama sekali tidak berbau doktrin,” jelas Kiai Said.

Lebih lanjut, Kiai Said menjelaskan bahwa bangsa Indonesia harus bisa meniru cara Rasulullah tersebut. Cara bagaimana beliau membangun masyarakat yang mutamaddin, beradab dan mampu hidup dengan perbedaan agama, suku, dan budaya seperti yang terjadi di Madinah dengan sistem wathonah.

“… yang paling terkenal dari pesan nabi Muhammad setiap khutbah Jum’at, Fala ‘udwana Illa ‘aladhdholimin. Tidak boleh ada permusuhan kecuali terhadap yang melanggar hukum, tidak boleh ada permusuhan karena agama, karena beda suku, karena beda budaya. Satu, yang harus kita anggap musuh adalah yang melanggar hukum, dalam bahasa Al quran dzolimin. yang menentang yang melawan hukum,” tegasnya.

Kiai asal Cirebon ini juga menjelaskan alasan kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat Islam Arab dahulu. Menurut beliau, kemajuan tersebut dikarenakan masyarakat setempat maju, terbuka, toleran dan tidak ada fanatisme antar agama serta suku.

NKRI harus dipertahankan

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said juga banyak membahas mengenai kewajiban masyarakat untuk menjaga budaya, kepribadian, dan jati diri bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Maka NU harus punya prinsip terbuka dalam arti mencari dan mengambil kebenaran. Dari sumber yang datangnya dari mana saja asal bermanfaat, berguna bagi kita semua, tapi kita tidak boleh lepas tidak boleh bergeser dari karakter kepribadian jati diri sebagai bangsa Indonesia,” ungkap Kiai Said.

“Alhamdulillah saya, Gus Dur, Gus Mus, Quraish Shihab, sekolah di Arab pulang bawa ilmu bukan bawa budaya Arab,” tambahnya.

Menurut beliau, hal ini perlu ditekankan kepada masyarakat. Ilmu dan teknologi dapat diperoleh dari mana saja, namun tidak boleh bergeser dari kepribadian bangsa demi untuk mengawal keutuhan NKRI.

“Kalau tidak, jangan-jangan NKRI ndak sampai 100 tahun, jangan-jangan tidak sampai tahun 2045. Jangan jangan NKRI  akan bubar kalau budaya karakter jati diri tidak kita pertahankan,” jelasnya memperingatkan.

Kiai Said meminta masyarakat agar dapat mencontoh perjuangan para Kiai dan Ulama terdahulu. Mereka rela meninggalkan perkotaan demi mendirikan pesantren di kampung dan hutan. Hal tersebut tidak lain adalah dalam rangka menyelamatkan jati diri, kepribadian, aqidah, imam, akhlak, budaya dan martabat bangsa.

Selanjutnya, Kiai yang masuk dalam tokoh muslim berpengaruh di dunia ini juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengawal keutuhan NKRI dengan memperkuat ukhuwah wathoniyah. Jangan sampai NKRI yang dengan susah payah dibangun, dihancurkan oleh kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab.

“Ayo kita sekarang sudah dalam era kebebasan era demokrasi maka sosial ekonomi, sosial budaya harus dipertahankan. Mari kita kawal, kita rawat keberadaan keberlangsungan NKRI ini yaitu dengan mengawal empat pilar,” ajaknya.

“Martabat sebuah bangsa tergantung budayanya. Jika budayanya hilang, akhlaknya hilang, karakter jati dirinya hilang, bangsa itu akan hilang pula dari keberadaanya, akan hilang dan bubar,” beliau menambahkan.

Di akhir, Kiai Said menyampaikan bahwa bangsa Indonesia sudah terlepas dari masalah perbedaan agama dan suku. Namun, masih memiliki satu tantangan yaitu dalam perbedaan agama. Untuk itu, beliau berharap dapat merangkul masyarakat untuk pelan-pelan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut agar tidak menjadi ganjalan ukhuwah Islamiyah. (fqh)

Kontributor : Fadhilla Berliannisa (Mahasiswi Univ Diponegoro)

Editor : Faqih Ulwan (dakwahnu)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda