Gus Romi, Pendakwah Muda Di Sarang Maksiat - HWMI.or.id

Friday 12 March 2021

Gus Romi, Pendakwah Muda Di Sarang Maksiat

 Gus Romi, Pendakwah Muda di Sarang Maksiat


Perawakannya sedang, pembawaannya kalem dengan wajah rupawan. Dialah K.H. M. Imam Haromain (Gus Romi). Kiai muda milenial yang memilih menebarkan rahmat di sarang maksiat, tempat para orang terpinggirkan berkelindan dengan dosa. Beliau juga adalah Pembina JRA Pasuruan. Seperti apa kisahnya?

Asap vape mengepul padat dari bibir pria berkacamata itu. Kaos hitam dibalut jaket parasit, melindunginya dari angin malam yang mencabik tulang. Langkahnya ringan namun pasti, masuk ke wisma-wisma tempat para wanita nakal itu meriung dalam gulat para pendosa.

Sementara, dinginnya udara kawasan Tretes itu, begitu menggigit tulang.

“Ahaaa… Gus Romi rawuh,” sapa ramah wanita di sudut ruangan dengan takdzim. Lampu disko menari-nari dengan musik remix yang mengentak-entak.

Yang disapa pun mengangguk ramah.

“Assalamualaikum….,” sapanya.

Dialah Gus Romi, Pengasuh Ponpes Darut Tauhid Pasuruan. Selain sebagai Pembina JRA Pasuruan, Kiai muda ini memang memiliki komunitas ngaji yang isinya orang orang yang akrab dengan maksiat.

“Mereka memang jamaah saya,” ujarnya pada jurnalis JRA.

Preman, germo, mucikari, begal, hingga wanita penghibur memang menjadi sasaran dakwahnya.

Tatkala di layar kaca kini dipenuhi ustadz abal-abal yang hanya dipoles citra tanpa keilmuan demi rating dan logika dinamika modal, Gus Romi justru memilih jalur curam, berbahaya dan “kering” ini.

Selain kelompok marjinal, jamaahnya juga terdiri dari kaum urban, milenial, bahkan anak-anak muda generasi Z.

Ditanya apa alasannya memilih jalur dakwah yang antimainstream tersebut? Apalagi, dakwah ini jauh dari gelimang rupiah? Dengan santun Gus Romi mengisahkan.

“Ini diawali dari abah saya, Kiai  Syibromulis Kholili. Dulu saya marah karena abah dakwah di lokalisasi. Blusukan di Dolly Surabaya. Hingga suatu ketika, saat saya ketemu begundal lokalisasi, dia bilang. Gus, untung di sini ada abah njenengan yang ngajari ngaji dan perlahan menunjukkan jalan hidayah. Menganggap kami sebagai manusia. Saya… mak deeegh, nangis. Masyaallah abah. Saat itulah saya memutuskan meneruskan dakwah abah dengan beragam inovasi kekinian,” ujar ayah dari Zianah Haromain ini.

Dikatakannya, jika kelompok-kelompok terpinggirkan ini tidak disentuh dengan nilai-nilai agama dan selalu dihindari, lalu, siapa yang akan merangkul mereka?

“Mereka punya hak yang sama sebagai umat Nabi Muhammad untuk mencecap nilai spiritual Islam. Berhak untuk dimanusiakan. Jika bukan kita yang sentuh dan merangkul, lalu siapa lagi? Semuanya itu harus diniatkan karena Allah semata,” tandasnya.

Lebih lanjut, suami dari Naili Inayah ini menceritakan, atas kiprahnya itu, sang istri sempat marah ketika dirinya berdakwah di sarang maksiat.

“Maklum, isinya mbak-mbak seksi hahaha. Akhirnya, malah saya ajak sekalian istri saya hahaha. Alhamdulillah, sekarang malah men-support,” kisahnya.

Ditanya, pernahkah dirinya mendapat penolakan? atau mungkin ditantang kelahi para preman setempat?

Gus Romi mengaku, penolakan sudah biasa. Bahkan diusir beberapa kali.

“Tapi, dengan pendekatan persahabatan, perlahan mereka mau menerima. Bahkan ada pentolannya yang sekarang menjadi Banser dan ikut mengawal setiap pengajian saya di lokasi itu,” tandasnya.

Apa kuncinya bisa merangkul hati mereka?

Gus Romi menegaskan, dirinya tidak pernah menghakimi mereka. Sebab, bukan tugas dirinya menghakimi atau menyalahkan.

“Saya hanya mengatakan ini baik, itu tidak baik. Saya tidak jualan halal haram atau surga neraka. Mereka nyaman dan akhirnya kita diterima sebagai teman. Tugas kita berdakwah, perkara hidayah, itu urusan Allah SWT. Lagipula, saya belum tentu lebih baik dari mereka mereka yang dianggap pelaku maksiat kok,” ujarnya.

Ada kisah menarik tatkala Gus Romi menaklukan pentolan preman di kawasan merah. Suatu ketika, dia ditanya ukuran sepatunya. Dijawablah sesuai ukuran tertera.

Ternyata, dibelikan nomor togel dan tembus besar.

“Ketika itu saya diundang ke rumahnya, dijamu beragam masakan dan rokok banyak. Usai menikmati, dengan enteng, pentolan preman itu mengatakan,  Gus, ini berkah njenengan dari nomor sepatu kemarin saya belikan togel dan tembus. Aduh mateeeng, hahahahahaa.. Ya sudah. Mungkin itu wasilah dia menjadi jamaah kita,” ujarnya mengenang.

Ingin lebih lengkap mencecap cerita beliau? silakan simak di YouTube JRAOfficial yang akan tayang beberapa saat lagi.(dakwahnu.id)

Oleh:

Faisal Yasir Arifin

Jurnalis JRA

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda