Kiai Nawawi lahir dari pasangan KH. Abdul Jalil bin Fadil dan Nyai Hanifah Nawawy. Kiai Abdul Djalil atau ayahnya KH Nawawi adalah cicit Sayid Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi, Pengarang I’anatut Thalibin.
Ibu Kiai Abdul Djalil adalah Nyai Syaikhah binti Syarifah Lulu’ binti Sayid Abu Bakar asy-Syatha ad-Dimyathi.
Sementara, ayah Kiai Abdul Djalil adalah Kiai Fadlil bin Sulaiman bin Ahsan bin Sayid Zainal Abidin (Bujuk Cendana/R. Senopati Pranujoyo, Kwanyar Bangkalan) bin Sayid Muhammad Khotib bin Sayid Muhammad Qosim (Sunan Drajat) bin Raden Rahmat (Sunan Ampel).
Dengan demikian dalam tubuh Kiai Nawawi Abdul Djalil Sidogiri mengalir darah para ulama dan wali besar, yaitu darah Wali Songo dan Syekh Sayyid Bakri Syatho.
Kitab karangan kakek buyut KH Nawawi Abdul Djalil Sidogiri
I’anatuth Thalibin, kitab karangan Syekh Sayyid Bakri Syatho, kakek buyut KH Nawawi Abdul Djalil.
Kiai Nawawi terpilih menjadi Khodimul Ma’had Pondok Pesantren Sidogiri atas musyawarah Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri. Dia menggantikan kakaknya, Kiai Abdul Alim bin Abdul Jalil yang wafat pada 28 Dzul Qo’ah 1426 H. yang bertepatan 9 Januari 2005.
Selama masa kepemimpinannya, Kiai Nawawi Abdul Djalil Sidogiri dikenal sebagai pengasuh Pesantren Sidogiri yang sangat dekat dengan para santrinya. Dia kerap mengontrol sendiri kamar-kamar santri di malam hari. Dia menginginkan para santri beribadah dan memuthala’ah (mempelajari) pelajaran di malam hari.
Pesantren Sidogiri sendiri didirikan pada 1745 M oleh Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban (yang wafat pada 1766 M). Sayyid Sulaiman tidak lain keturunan keempat Syekh Syarif Hidayatullah yang biasa dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Di kepengurusan Nahdlatul Ulama, Kiai Nawawi bin Abdul Djalil Sidogiri adalah Mustasyar (Penasehat) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Beliau termasuk salah seorang dari sembilan orang kiai sepuh yang dipercaya sebagai tim Ahwa pada Muktamar ke-33 NU tahun 2015 di Jombang.
Tim Ahwa adalah singkatan dari Ahlul Halli wa Aqdi, yang mempunyai wewenang memilih dan mencabut mandat pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama atau Rais Syuriah PBNU.
KH Nawawi Abdul Djalil Sidogiri wafat pada Minggu 13 Juni 2021, pukul 14.40 WIB. Mustasyar PBNU ini menghembuskan nafas terakhir di RS Raci, Bangil, Pasuruan, setelah mendapatkan perawatan sebelumnya di RS Lavalette Malang selama empat hari.
Sugeng tindak Kyai.