Idul Adha: Spirit Kemanusiaan, Buruknya Buzzer, dan Kejamnya Campaigner Khilafah - HWMI.or.id

Tuesday 20 July 2021

Idul Adha: Spirit Kemanusiaan, Buruknya Buzzer, dan Kejamnya Campaigner Khilafah

Idul Adha: Spirit Kemanusiaan, Buruknya Buzzer, dan Kejamnya Campaigner Khilafah

By: Muallifah

Sehari menjelang Idul Adha, sebuah cuitan dari Ade Armando memicu kemarah netizen pada semua kalangan. Begini bunyi cuitan buzzer tersebut:

“Penduduk Inggris jumlah penduduknya 68 juta, sedangkan jumlah kematian karena Covid-nya mencapai 128 ribu. Indonesia berpenduduk 270 juta, tetapi korban meninggal karena Covid-19 hanya 73 ribu jiwa.” tulis Ade Armando, kemudian pasca cuitan tersebut namanya menjadi trending di Twitter dan banyak dibicarakan oleh netizen.

Di lansir dari Harakatuna.com Sebuah cuitan yang sangat tidak manusiawi ditulis oleh seorang tokoh publik, dosen dan orang yang memiliki kapasitas keilmuan begitu mumpuni. Di saat banyak orang berduka kehilangan ibu, bapak, paman, anak, bahkan suami atau istrinya, angka 73 ribu jiwa adalah manusia, mereka adalah bagian dari kesedihan yang tercipta dalam kehidupan orang-orang yang ditinggalkan.

Idul Adha Memilukan

Belum selesai dengan itu, momen Idul Adha yang seharusnya menjadi momentum berkumpulnya keluarga, bisa saja menikmati daging Qurban setelah sholat Ied, atau makan bersama dengan keluarga dengan begitu damai. Tiba-tiba seorang anak menjadi yatim-piatu dalam waktu yang sangat singkat, ada perempuan yang seketika menjadi single parent ditinggal suaminya akibat Covid-19, ada ibu begitu bersedih kehilangan putra semata wayangnya  yang meninggal di kos saat Isoman.

Beragam kisah pilu yang ditorehkan, sangat tidak manusiawi ketika cuitan itu muncul, menyakiti masyarakat, dan menggores luka yang amat dalam. Belum lagi dengan kesedihan akibat kelaparan, kehilangan mata pencaharian, pekerjaan yang stagnan dan mengakibatkan gulung tikar, korban yang naik sangat dratis akibat pandemi ini menjadikan Idul Adha begitu pilu. Lebih memilukan dibandingkan dengan tahun kemarin.

Hingga kebijakan seputar Idul Adha ditetapkan, seruan untuk pengalihan Donasi Qurban untuk korban Covid-19 sangat tinggi, belum lagi dengan pelaksanaan Sholat Ied di rumah, PPKM yang memiliki kemungkinan besar diperpanjang, sangat kompleks menambah duka akibat virus mematikan ini.

Namun, setidak-tidaknya kita banyak melihat sisi kemanusiaan yang amat besar dari masyarakat dengan seruan #rakyatbanturakyat melalui berbagai pelatform bantual digital. Idul Adha, ketika dimaknai perjuangan Keluarga Nabi Ibrahim, di dalamnya ada Sayyidah Hajar, Nabi Ismail, yang menjadi sebuah refleksi kemanusiaan untuk saling membantu dan berkorban antar sesama menghadapi kesulitan.

Campaigner Khilafah yang Menjijikkan

Di tengah kemelut perseteruan dalam mengomentari berbagai persoalan penangan pandemi yang tidak kurun usai, sebuah video berdurasi tidak sampai 2 menit dengan lantang menyuarakan kekeliruan menggunakan Pancasila dalam menangani wabah. Berikut isi videonya:

“Kalau memang pancasila unggul, ia tidak perlu dilindungi justru sebaliknya. Orang-orang suka rela ngikut pancasila dan buktikan saja kalau Pancasila itu emang unggul, minimal dalam mengatasi wabah corona. Faktanya, imbas wabah yang gagal ditangani dengan Pancasila itu, RI kini turun menjadi negara menengah ke bawah, setara dengan Timor Leste dan Samoa. Faktanya, kini RI menjadi episentrum terbesar penyebaran Covid-19, mengalahkan India. Faktanya, jumlah kematian di Indonesia dalam 2 hari mengalahkan kematian akibat  Covid-19 sepanjang pandemi. Faktanya, orang-orang kecil tengah kelaparan, mengemis karena kebutuhan dasar tidak terpenuhi. Faktanya bansos untuk kaum bawah malah dibelanjakan untuk elite-elite di sekitaran Anda. Ini semua terjadi saat Anda mengklaim sudah menegakkan Pancasila kan?”

Menjijikkan sekali bukan? Di momen Idul Adha, dan di tengah kemelut persoalan kemanusiaan yang belum usai, kesedihan yang dialami oleh banyak kalangan belum juga surut, kelompok Islamis ini justru menyalahkan Pancasila. Andai saja narasi yang dibangun adalah bentuk kritis yang diajukan kepada pemerintah dalam menangani pandemi, justru menjadi hal yang wajar.

Akan tetapi, kampanye semacam ini jelas-jelas bertujuan untuk menyudutkan Pancasila tidak becus, untuk mendirikan negara khilafah, sangatlah menjijikkan. Dengan pakaian agama ia berhasil membangun narasi yang begitu bodoh untuk mengelabui para anak muda, orang-orang yang sedang putus asa terhadap bantuan pemerintah, kelaparan akibat PPKM sehingga kehilangan mata pencaharian, narasi itu sangat memikat.

Sebab ia menawarkan fantasi kenyamanan hidup apabila itu diterapkan di Indonesia. Akibatnya, bukan hal tidak mungkin jika banyak yang ingin bergabung, menjadi bagian dari jalan Islam yang ditunjukkan oleh campaigner khilafah ini. Hati-hati, problem ini amat serius, dan menjadi musuh yang amat nyata bagi muslim Indonesia yang seharusnya menjunjung tinggi nilai Pancasila dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda