Syahdan, Syaikhona Kholil Bangkalan Madura memanggil tiga santrinya, yakni Manab (kelak menjadi pendiri Pesantren Lirboyo Kediri) dan dua orang santri lainnya,“Anu Cung, tolong sampean carikan air susu di laut.”
Saling pandang sejenak, ketiganya menjawab kompak, “Enggih, Kiai…”
Setelah pamitan mereka langsung berangkat.
Dengan bekal keyakinan bahwa dawuh guru walaupun kelihatan mustahil tetap harus dilaksanakan.
Selama tiga hari tiga malam mencari di lautan, ternyata hasilnya nihil.
Di tengah keputusasaan ketiganya bermusyawarah. “Bagaimana ini?”
“Lha iya, kalau kita jawab tidak ada berarti kan sama saja mengatakan guru kita tidak tahu, bodoh?”
“Seperti beli rokok di toko bangunan,” jawab lainnya.
“Wah gini saja, bagaimana kalau kita jawab ‘Kami belum menemukan, Kiai,’” kata yang ketiga.
Yang akhirnya jawaban ini disetujui dua orang temannya.
Lalu ketiganya sowan kembali ke Mbah Kholil, dan mengatakan bahwa mereka belum menemukan.
“Oh gitu. Ayo kalian ikut saya,” kata Mbah Kholil singkat.
Kemudian beliau mengajak ke tepi laut.
Mengeluarkan gelas yang dibawa dari rumah dan mengambil air laut dengan gelasnya.
Aneh bin ajaib, ternyata air laut itu berubah menjadi susu!
“Sekarang mintalah kepada Allah keinginan kalian, dengan lantaranku.” Ucap Mbah Kholil.
Dua orang santri pertama meminta agar kaya raya.
Sedangkan Mbah Manab meminta ilmu yang bermanfaat. Kelak keinginan mereka terkabul.
Dua orang santri itu benar-benar kaya raya, namun kekayaannya habis berbarengan dengan meninggalnya.
Sedangkan Mbah Manab bisa mendirikian Pondok Pesantren Lirboyo yang santrinya menyebar ke seluruh Nusantara.
Sumber :
Kiai Anwaril Mustofa dari KH. Fathoni Tanggungharjo Grobogan Jawa Tengah