Ilustrasi |
TIPU-TIPU KHILAFAH ALA HTI
Oleh: Ayik Heriansyah
(Pengurus Lembaga Pentashih Buku dan Konten Islam MUI Pusat)
Mata hati dan akal sehat orang-orang yang jujur dan ikhlas mudah sekali melihat tipuan-tipuan yang dilakukan oleh aktivis HTI di balik ajakan mereka untuk mendirikan khilafah. Modus HTI yang bawa-bawa ayat, hadis dan qaul ulama, modus lama kaum khawarij. Komentar Ali bin Abi Thalib, "kalimatu Haqqin Urida biha Bathilun” (mereka mengucapkan kalimat yang benar untuk maksud dan tujuan yang salah).
Tipu daya yang mengatasnamakan Allah dan Rasul-Nya, merupakan puncak dari segala penipuan. Penipuan atas nama Allah, pertama kali dilakukan oleh iblis la'natullah 'alaih kepada Adam dan Hawa di surga.
Kata iblis kepada Adam dan Hawa: “Rabb kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” Dan dia bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” [Al-A’raf/7:20-21].
Modus iblis berlagak sebagai juru nasehat yang tulus dan ikhlas disertai bersumpah atas nama Allah, menjadikan Adam dan Hawa korban penipuan pertama dalam sejarah umat manusia. Mungkin, karena iblis bawa-bawa nama Allah, yang akhirnya dapat meluluhkan hati Adam dan Hawa.
Memang, peristiwa tersebut adalah skenario dari Allah swt sebelum Adam dan Hawa menjalankan misi sebagai khalifah di muka bumi. Allah swt mengabadikan kasus penipuan ini di dalam al-Quran guna menjadi pelajaran bagi umat manusia, bahwa tipu menipu yang mengatasnamakan Allah swt akan senantiasa ada.
Barangkali di zaman sekarang disebut dengan istilah manipulasi atas nama agama. Menipu dengan mengatasnamakan penerapan hukum Allah swt, mengikuti manhaj dan sunnah Rasulullah, dan penegakan syariah Islam.
Aktivis HTI bawa-bawa ayat, hadis dan qaul ulama guna menipu umat; Sebab, ayat, hadis dan qaul ulama yang terkait kata khalifah, khilafah dan imamah, bukan sedang membicarakan khilafah tahririyah yang diinginkan oleh HTI.
Misalnya ayat "Inni Jai’lun fi al-Ardhi Khalifah”. (QS. Al-Baqarah: 30.). Ayat ini berbicara tentang Nabi Adam as sebagai individu, dimana pada saat itu belum ada manusia yang lain, belum ada negara dan belum ada sistem pemerintahan. Ayat ini tidak ada hubungannya dengan khilafah-khilafahan versi HTI.
Demikian juga dengan hadis tentang periodesasi kepemimpinan umat mulai dari masa nubuwwah, khilafah 'ala minhajin nubuwwah, mulkan adhan, mulkan jabariyatan dan khilafah 'ala minhajin nubuwwah yang kedua. [HR Abu Dawud al-Thayalisi, Ahmad dan lafal ini darinya, al-Bazzar dan al-Thabrani].
Hadis ini bukan membicarakan khilafah tahririyah. Khilafah 'ala minhajin nubuwwah yang kedua, menurut jumhur ulama adalah Khilafah Mahdiyah. Khilafah yang dipimpin oleh Imam Mahdi. Imam Mahdi bukan kader Hizbut Tahrir.
Aktivis HTI berkilah, bahwa ada khilafah sebelum Khilafah Mahdiyah. Berdasarkan hadis tentang pembunuhan anak khalifah yang mengawali cerita pembaiatan Imam Mahdi. (Selengkapnya ada di https://ltnnujabar.or.id/tanya-ke-yuana-khilafah-sebelum-imam-mahdi-akan-tegak-di-sini-atau-di-sana/
Hadis ini hadis shahih, matannya benar. Tidak ada yang salah. Yang bermasalah justru pemahaman HTI tentang hadis tersebut. HTI menyangka peristiwa pembunuhan anak khalifah terjadi di Jakarta, sehingga menyangka khilafah sebelum Imam Mahdi berada di Indonesia. Padahal kota Jakarta dan Indonesia tidak disebut-sebut di hadis itu.
Walhasil, khilafah sebelum Imam Mahdi dipastikan bukan berada di Indonesia, kemungkinan besar berada di jazirah Arab, dengan memperhatikan lokasi keluarnya Imam Mahdi yakni Madinah dan lokasi tempat dibai'atnya yakni di Mekkah.
Senada dengan hadis di atas, hadis-hadis yang lainpun bukan membicarakan khilafah-khilafahan ala HTI. Jadi, aktivis HTI bawa-bawa hadis sejatinya dalam rangka menipu umat.
Lalu bagaimana dengan qaul ulama tentang khilafah, apakah ada hubungannya dengan khilafah tahririyah? Tidak ada hubungannya sama sekali.
Silahkan buka kitab Tafsir Imam Qurthubi: Al-Jaami’ li Ahkamil Qur’an jiz 1 hal 264-265; Imam Nawawi: Syarah Shahih Muslim juz 6, hal 291; Raudhatul Thalibin wa Umdatul Muftin, juz 3, hal 433. (Selengkapnya ada di https://ltnnujabar.or.id/khilafah-ajaran-aswaja-valid-kah/
Semua ulama tadi membicarakan khilafah atau imamah secara umum yaitu aktivitas memilih dan mengangkat pemimpin (nashbul imam). Mereka tidak membahas khilafah sebagai bentuk negara dan sistem pemerintahan. Apalagi khilafah yang spesifik seperti khilafah tahririyah yang diperjuangkan HTI.
Aktivis HTI bawa-bawa qaul ulama juga dalam rangka menipu umat. Seolah-olah, perjuangan mereka didukung oleh ulama salaf dan khalaf. Faktanya, para ulama tersebut tidak mengenal apa itu Hizbut Tahrir.
Menipu termasuk perbuatan tercela. Sangat besar dosa bagi pelakunya. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw pernah menegur penjual yang menyembunyikan barang jelek dengan maksud menipu pembeli.
Kata Rasulullah saw: "Kenapa engkau tidak meletakkannya di atas agar bisa dilihat oleh pembeli? Barang siapa yang menipu, ia bukan termasuk golonganku.”(Hadits riwayat Muslim dan Turmudzi)” Nah, alangkah besarnya dosa orang yang menipu umat atas nama Allah, Rasul-Nya dan Syariat Islam.