Donasi melalui koin Nahdlatul Ulama (NU) mendapat respons yang positif dari warga. Setidaknya dapat dilihat di Ranting NU Ciater, Tangerang Selatan (Tangsel). Dan, koin NU ini berperan mewujudkan kemandirin dan kesejahteraan masyarakat, utamanya Nahdliyin.
’’Hadirnya NU di masyarakat memberikan warna baru dalam perwujudan kesejahteraan dan kemaslahan masyarakat,’’ ujar Ketua Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Lazis NU) Ranting Ciater Sarwi saat Rapat Koordinasi Badan Otonom (Banom) Pengurus Cabang (PC) NU Kota Tangerang Selatan di Pusdiklat Kementerian Agama RI, Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (1/1/2023) siang.
Dijelaskan, sebagaimana yang dilakukan di Ranting Ciater. Pihaknya tidak henti-hentinya menyapa masyarakat melalui koin NU.
’’Hasilnya sungguh luar biasa. Baru tiga RW dari sembilan RW di Ranting Ciater, kami lakukan penghimpunan koin NU, hasilnya sudah mencapai Rp418.966.200, hanya dalam kurun waktu 6 bulan, dari Juli sampai Desember,’’ terangnya.
Sebanyak 70 persen dana yang terkumpul tersebut dialokasikan untuk membantu pembangunan masjid. Sisanya 30 persen lagi dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk kemanfaatan-kemanfaatan.
’’Untuk insentif petugas amil ZIS, dan untuk support kami ke PC NU dalam rangka pembangunan gedung Graha Aswaja,’’ ungkap bapak tiga anak ini.
Dampak dari hadirnya Lazis NU di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sekadar menghimpun dan menyalurkan bantuan. Lebih dari itu mengenalkan kepada masyarakat tentang keberadaan Nahlatul Ulama.
Kang Sarwi—sapaan akrabnya—melanjutkan, dari tiga RW yang dilakukan penghimpunan koin NU, ada sebagian kecil blok yang diisi ormas lain. Pihaknya tidak masuk ke sana untuk menghimpun koin. Namun saat ada warga di tempat tersebut yang sakit, bahkan meninggal dunia, pihaknya berusaha hadir menyapa dan memberikan bantuan.
’’Sehingga suatu ketika kami sedang menjalankan tugas penghimpunan koin NU, ada orang dari blok tersebut yang menghampiri dan ikut menginfakkan sebagian rizkinya melalui Lazis NU. Saya kira ini adalah dakwah kami yang sesungguhnya, yakni mengenalkan NU bukan hanya kepada warga Nahdliyin saja, namun juga warga di luar nahdliyin,’ terangnya memberi alasan.
Sedangkan Ketua PC NU Kota Tangerang Selatan H Abdullah Mas’ud mengatakan, momentum ini seharusnya menjadi pelajaran penting terkait konsistensi kemandirian ekonomi jam’iyah dari Lazis NU Ciater.
“Lazis NU Ciater ini merupakan salah satu dari dua ranting yang kita jadikan pilot project atau percontohan melalui pendidikan Madrasah Amil. Hal ini tidak terjadi secara tiba-tiba, prosesnya panjang. Kami mulai dari pengalaman Lazis NU di Sukabumi, Sragen, Malang, Cilacap, dan lainnya.
Kemudian kita cari tahu kebutuhan mendesaknya di wilayah kita ini, sehingga kita mengetahui polanya dan kita buatkan SOP-nya. Alhamdulillah berjalan dengan lancar, namun tanpa sebuah komitmen dan konsistensi semua itu tidak akan berjalan denga baik,’’ ungkapnya.
Hampir senada disampaikan Koordinator Madrasah Amil Lazis NU Tangsel, Abdurrahman. ’’Dalam memulai kegiatan koin NU di Tangerang Selatan, tentunya psikologi setiap ranting itu tidak semuanya sama.
Ada yang setelah dilakukan pendidikan tentang zakat yang dalam hal ini disebut dengan Madrasah Amil bisa langsung berjalan sesuai SOP, ada yang masih merangkak, dan ada juga yg masih membutuhkan bimbingan lebih daripada yang lain,’’ terangnya.
Tentunya ada regulasi atau SOP yang harus diikuti agar sesuai dengan keinginan. Salah satunya adalah setiap ranting yang ingin mengadakan Madrasah Amil harus ada satu kegiatan yang dijadikan pilot project.
’’Seperti pengadaan ambulance, pembangunan masjid atau pembangunan klinik. Kenapa harus ada pilot project, karena dengan itu kita bisa memulai, bisa menggerakkan hati masyarakat untuk bersedekah dan berinfak,’’ tutup alumni Mambaul Ulum Bata-Bata itu.
Sumber : NU Online Banten