BNPT Jelaskan Aktivitas Radikalisme di Tengah Pandemi Covid-19
Radikalisme dalam beberapa survei masuk ke dunia kampus. Dalam kasus Covid-19 seperti saat ini, orang-orang yang terindikasi radikal setidaknya terbagi menjadi tiga kelompok.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamli saat Webinar Nasional yang digelar oleh Persatuan Dosen Agama Islam Nusantara (Persada NU) dengan tema Menangkal Radikalisme di Lembaga Pendidikan dalam Situasi Covid-19 pada Sabtu (20/6). Pertama, jelas Hamli, kelompok yang menganggap wabah atau musibah yang datang.
Kedua, anggapan Covid-19 berupa dukhan atau kiamat kecil sehingga waktu yang tepat untuk melakukan propaganda dan mencari dana. Ketiga, Covid-19 itu adalah waktu yang tepat untuk melakukan penyerangan, karena aparat pemerintah sedang lengah dan fokus terhadap Covid-19. Hal tersebut terbukti di masa pandemik ini teman-teman Aparat Kepolisian sudah mengamankan teroris di beberapa tempat di Tanah Air.
Hamli menambahkan bahwa strategi yang harus dilakukan adalah harus memberikan pemahaman yang lurus dan benar, serta harus diberikan wawasan kebangsaan, serta pengentasan kemiskinan.
Selanjutnya, hal yang perlu dilakukan adalah bijak dan lebih teliti di media sosial, karena media sosial ini dijadikan pintu para teroris dalam merekrut anggota. Hal lain yang perlu dilakukan adalah kebijakan pemerintah terkait dengan penanganan Covid-19 sehingga narasi bahwa pemerintah menghalangi umat Islam dapat dihindari.
Sementara itu, Dosen Universitas Jambi Supian Ramli menjelaskan bahwa upaya menangkal radikalisme yakni dengan memaksimalkan peran para pimpinan perguruan tinggi/kepala sekolah, dosen/guru PAI, keluarga, tokoh masyarkat, aparat penegak hukum, dan juga peran organisasi mahasiswa atau siswa.
Adapun Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud Iwan Syahril menjelaskan bahwa dalam konteks Covid-19 di bidang pendidikan pemerintah melalui Kemdikbud mengacu kepada Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang begitu lengkap dan kompleks yakni bahwa pendidikan adalah untuk memerdekakan serta memanusiakan manusia secara utuh.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UNU Yogyakarta Senawi SNHB menjelaskan ada enam pintu masuk radikalisme di kampus, yakni (1) melalui mahasiswa baru yang sudah terpapar sejak SMA, (2) melalui dosen dan tenaga pendidikan yang telah disiapkan, (3) melalui kurikulum, (4) melalui masjid atau musala dan, (5) melalui asrama mahasiswa dan beasiswa.
Pewarta: Syakir NF
( NU Online)
www.hwmi.or.id