Menjadi NU Harus Benar-benar Tawadhu', Meski Saat Ini Berada Di Zaman Badai Fitnah - HWMI.or.id

Saturday 27 June 2020

Menjadi NU Harus Benar-benar Tawadhu', Meski Saat Ini Berada Di Zaman Badai Fitnah



Bagi umat islam baik di Indonesia dan luar negara nama besar jamiyah “Nahdlatul Ulama” ibarat sebuah lentera (cahaya) di saat gelapnya hati dan akal sebagian manusia di dunia, bukan tanpa alasan, sebab dalam tubuh Nahdlatul Ulama terdapat mutiara-mutiara ilmu dari Qur'an hadits, fiqih hingga tauhid, secara keseluruhan sebuah Intisari dari ajaran islam yang memiliki sanad ilmu yang jelas dari ajaran para penyebar islam terdahulu yang lebih dulu menyebarkan Islam

Meski belakangan ini Nahdlatul Ulama kerap mendapat cercaan, dan fitnahan, juga para Tokoh-tokohnya tidak luput dari sasaran fitnah, bully-an tangan-tangan tidak bertanggung jawab di media sosial tanpa bukti dan tabayyun

Di saat NU di benci, di fitnah, di rendahkan oleh yang tidak lain adalah sekelompok pengikut wahhabi / takfiri di Indonesia, Nahdlatul Ulama justru di akui berbagai negara dan Lembaga-lembaga berbagai negara sebagai wajah keislaman dunia yang damai dan jauh dari kekerasan.

Hampir semua Perguruan-perguruan Tinggi Ilmu Islam di dunia seperti Al-azhar mesir, maroko, arab, sudan, hingga palestina mondar-mandir keluar masuk PBNU dengan kepentingan umat islam dunia,

Meski sebagian orang-orang yang telah memprediksi bahwa itu memang akan terjadi seperti apa yang pernah di dawuhkan Gusdur memang benar manjur, dimana Gusdur pernah berpesan jauh-jauh hari, puluhan tahun sebelum ini, bahwa di masa kepemimpinan KH.Said Aqil Siradj NU akan benar-benar mendapat badai fitnah yang sangat luar biasa, akan tetapi Ridh'o Allah bersama NU, kelompok-kelompok yang memusuhi NU, membenci NU akan hancur dengan sendirinya tanpa harus dilawan, Bagi para peneliti Islam NU sendiri tidak ubahnya sebuah gerakan dakwah yang mengaplikasikan islam untuk tujuan perdamaian, untuk kemanusiaan, jauh dari kekerasan tanpa harus mengotori kalimat-kalimat suci seperti takbir, teror menebar ancaman hingga jihad tidak pada tempatnya, NU tidak memperbolekan warganya untuk berdakwah tanpa ilmu, NU menganjurkan setiap warganya untuk terus belajar, baik mem-pesantrenkan anak-anak/adik-adiknya untuk mendalami ilmu yang bisa memberi manfaat bagi diri sendiri, keluarga dan orang sekitar di kehidupan sehari-hari, tidak heran tokoh-tokoh NU seperti mbah moen sangat sering mengajak semua warga NU untuk terus mengaji, bershalawat.

-

“Menjadi warga NU harus benar-benar harus tawadhu, jangankan sebagai warga NU biasa, sekelas pengajar pesantren yang setiap hari membantu kyai mulang ngaji ribuan santri, membuka ratusan lembar kitab setiap harinya saja belum berani mengaku diri sebagai “USTADZ” tanpa pangestu/restu (izin) pemberi ilmu yaitu guru / para kyai dan masyaikh”

Lalu bagaimana mungkin ada orang-orang yang mendadak ustadz, menghakimi amaliyah NU sesat, musyrik, bid'ah dan lain sebagainya dengan tujuan membunuh karakter Nahdlatul Ulama di kalangan masyarakat awam / remaja yang belum paham/ tau sejarah, para remaja yang masih jauh dari ilmu islam sangat miris hanya dengan alasan hijrah, meski hanya ikut-ikutan saja mereka ikut menyebarkan fitnah-fitnah pada NU di media sosial dengan akun-akun palsu yang tidak lain adalah pengikut wahhabi / takfiri.

Padahal jika saja mereka mengerti sejarah “INDONESIA” ini “BUMI ASWAJA” bukan, seperti apa yang kita ketahui, di Aceh, Kalimantan hingga Bangkalan menolak secara tegas para “WAHHABI” yang tentu beliau-beliau (Para Ulama Aceh,Kalimantan, Bangkalan) lebih mengerti dengan penolakan tersebut.

Lalu apakah kita sebagai orang-orang yang haus ilmu, akan terus berlaku kurang ajar dan mempertontonkan bobroknya adab dan akhlak kita pada ulama-ulama NU? 

Ditulis oleh: Haddi VJB

- Cahaya Aswaja | Al-athaar Media Islam

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda