Tata cara shalat Jum'at di negeri ini ada 2 model.
1. Menggunakan azan 2x, shalat Sunnah sebelum Jum'at, Bilal, tongkat dan mimbar. Semua rangkaian ini ada dalil berdasarkan ijtihad ulama Syafi'iyah.
2. Memilih azan 1x, langsung khutbah, pakai podium, tanpa Bilal.
Mengapa yang pakai podium tidak menggunakan Bilal? Ya tidak cocok dengan dalilnya. Masak Bilalnya akan bilang: "Idza shaida al-imamu ala al-podium...". Yang ini tidak ada dasarnya. Yang ada itu mimbar.
Pemateri di sebuah website ini menyudutkan Madzhab yang menganjurkan shalat Sunnah sebelum Jum'at. Anehnya hanya memotong kalimat Imam Ibnu Hajar. Untuk menjawabnya perlu menelaah lebih dalam karya-karya ulama ahli hadis dari madzhab Syafi'i tersebut:
Shalat Sunnah Sebelum Shalat Jum’at Tidak Ada Dalilnya? Simak Penjelasan Ini!
– Pengasuh rubrik yang menegaskan bahwa ulama besar Madzhab Syafi’iyah, Al-Hafidz Ibnu Hajar al Asqalani, seolah tidak menganjurkan shalat Sunnah Sebelum Shalat Jum’at bersumber dari teks berikut:
ﻭﺃﻣﺎ ﺳﻨﺔ اﻟﺠﻤﻌﺔ اﻟﺘﻲ ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻓﻠﻢ ﻳﺜﺒﺖ ﻓﻴﻬﺎ ﺷﻲء
Adapun shalat Sunnah Rawatib sebelum Jum’at maka tidak ada hadis Sahih yang mendukungnya (Fath Al-Bari, 2/410)
Betulkah demikian pendapat Imam Ibnu Hajar? Tidak betul. Pertama, kutipan di atas tidak ditulis oleh Imam Ibnu Hajar pada bab Shalat Sunah sebelum Jum’at. Tapi ditulis di Bab anjuran mendengarkan Khutbah.
Kedua, pengasuh website ini seolah lupa bahwa karya kitab Imam Ibnu Hajar hanya Fath Al-Bari saja, padahal kitab-kitab beliau banyak dan tidak ditelaah di kitab lainnya. Nanti akan saya bantu jelaskan agar tidak memberi opini setengah-setengah tentang pendapat Imam Ibnu Hajar dari kitab At-Talkhis Al-Habir.
Berikut penjelasan dari Imam Ibnu Hajar:
1. Di Bab Shalat Sunah sebelum Jum’at yang mengurai dari tulisan Imam al-Bukhari, Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
ﻭﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﺳﻨﺔ اﻟﺠﻤﻌﺔ اﻟﺘﻲ ﻗﺒﻠﻬﺎ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺃﺧﺮﻯ ﺿﻌﻴﻔﺔ
Riwayat shalat Sunnah sebelum Jum’at terdapat dalam hadis-hadis dhaif yang lain (Fath Al Bari, 2/426)
2. Yang dimaksud oleh Imam Ibnu Hajar ‘tidak ada hadis sahih’ adalah hadis sebagai dalil khusus, sementara dalil umum yang sahih diutarakan oleh beliau:
ﻭﺃﻗﻮﻯ ﻣﺎ ﻳﺘﻤﺴﻚ ﺑﻪ ﻓﻲ ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﻗﺒﻞ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻋﻤﻮﻡ ﻣﺎ ﺻﺤﺤﻪ ﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ اﻟﺰﺑﻴﺮ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ ﻣﺎ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ ﻣﻔﺮﻭﺿﺔ ﺇﻻ ﻭﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻬﺎ ﺭﻛﻌﺘﺎﻥ
Dalil paling kuat dijadikan pegangan disyariatkannya 2 Rakaat sebelum Jum’at adalah keumuman hadis yang dinilai Sahih oleh Ibnu Hibban dari Abdullah bin Zubair secara Marfu’: “Tidak ada shalat wajib kecuali didahului oleh 2 Shalat Sunah” (Fath Al Bari, 2/426)
Dari uraian disini jelas Imam Ibnu Hajar berpihak pada Madzhab Syafi’iyah yang menganjurkan shalat Sunnah Rawatib sebelum Jum’at.
3. Dalam kitab Imam Ibnu Hajar lainnya beliau memperkuat madzhab Syafi’i tentang shalat Sunnah Rawatib sebelum Jum’at:
ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮ اﻟﺮاﻓﻌﻲ ﻓﻲ ﺳﻨﺔ اﻟﺠﻤﻌﺔ اﻟﺘﻲ ﻗﺒﻠﻬﺎ ﺣﺪﻳﺜﺎ ﻭﺃﺻﺢ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﺭﻭاﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻋﻦ ﺩاﻭﺩ ﺑﻦ ﺭﺷﻴﺪ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻏﻴﺎﺙ ﻋﻦ اﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺻﺎﻟﺢ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻭﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻗﺎﻝ ﺟﺎء ﺳﻠﻴﻚ اﻟﻐﻄﻔﺎﻧﻲ ﻭﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺨﻄﺐ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ “ﺃﺻﻠﻴﺖ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﺠﻲء” ﻗﺎﻝ ﻻ ﻗﺎﻝ “ﻓﺼﻞ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﻭﺗﺠﻮﺯ ﻓﻴﻬﻤﺎ”
Ar-Rafi’i tidak menyebut hadis tentang Shalat Sunah sebelum Jum’at. Dalil yang paling sahih adalah riwayat Ibnu Majah bahwa Sulaik Al-Ghatafani datang saat Nabi shalallahu alaihi wasallam berkhutbah. Nabi bertanya: “Apakah kamu sudah shalat 2 rakaat sebelum datang?” Sulaik menjawab: “Belum”. Nabi bersabda: “Shalatlah 2 rakaat dengan cepat”.
ﻗﺎﻝ اﻟﻤﺠﺪ اﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﻨﺘﻘﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﺠﻲء ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻬﻤﺎ ﺳﻨﺔ اﻟﺠﻤﻌﺔ اﻟﺘﻲ ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻻ ﺗﺤﻴﺔ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﺗﻌﻘﺒﻪ اﻟﻤﺰﻱ ﺑﺄﻥ اﻟﺼﻮاﺏ ﺃﺻﻠﻴﺖ ﺭﻛﻌﺘﻴﻦ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﺠﻠﺲ ﻓﺼﺤﻔﻪ ﺑﻌﺾ اﻟﺮﻭاﺓ
Majduddin Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Al-Muntaqa dari hadis “sebelum datang” adalah dalil bahwa 2 rakaat tersebut adalah Shalat Sunah sebelum Jum’at, bukan Shalat Tahiyat Masjid. Dan dijawab oleh Al Mizzi bahwa yang benar adalah “Apakah kamu sudah shalat sebelum duduk?”, Ada tashif (perubahan redaksi dari Tajlisu ke Taji’u) oleh sebagian perawi”.
4. Al-Hafidz Ibnu Hajar memperkuat dalil di atas dengan Atsar dari Sahabat:
ﻭﺻﺢ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻣﻦ ﻓﻌﻠﻪ ﺭﻭاﻩ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺯاﻕ
Riwayat Sahih dari Ibnu Mas’ud yang melakukan shalat Sunnah sebelum Shalat Jum’at (At-Talkhis Al-Habir, 2/177-178)
5. Bagi yang sudah hafal dengan Imam al-Bukhari dalam penulisan Bab di Kitab Sahihnya, sering beliau menulis istinbath hukum dengan tema pada bab hadis. Dalam masalah shalat Sunnah sebelum Jum’at ditulis dengan redaksi:
ﺑﺎﺏ اﻟﺼﻼﺓ ﺑﻌﺪ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻭﻗﺒﻠﻬﺎ
Bab Shalat Sunah Setelah Jum’at dan Sebelum Jum’at.
Imam Ibnu Hajar melakukan pembelaan kepada al-Bukhari dengan memberi penjelasan:
ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻦ اﻟﺘﻴﻦ ﻟﻢ ﻳﻘﻊ ﺫﻛﺮ اﻟﺼﻼﺓ ﻗﺒﻞ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻠﻌﻞ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺃﺭاﺩ ﺇﺛﺒﺎﺗﻬﺎ ﻗﻴﺎﺳﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻈﻬﺮ اﻧﺘﻬﻰ ﻭﻗﻮاﻩ اﻟﺰﻳﻦ ﺑﻦ اﻟﻤﻨﻴﺮ ﺑﺄﻧﻪ ﻗﺼﺪ اﻟﺘﺴﻮﻳﺔ ﺑﻴﻦ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻭاﻟﻈﻬﺮ ﻓﻲ ﺣﻜﻢ اﻟﺘﻨﻔﻞ
Ibnu At-Tin berkata bahwa al-Bukhari tidak menyebut shalat sebelum Jum’at dalam hadis ini. Bisa jadi al-Bukhari hendak menetapkan shalat Qabliyah Jum’at dengan diqiyaskan pada shalat Zuhur. Hal ini dikuatkan oleh Zain bin Munir bahwa maksud al-Bukhari adalah menghukumi sama dengan shalat Zuhur dalam hal shalat Rawatib (Fath Al Bari, 2/426)
Dengan demikian sudah sangat gamblang bahwa Al-Hafidz Ibnu Hajar tetap berpendapat anjuran Shalat Sunah sebelum Jum’at dengan hadis Sahih tentang keumuman shalat Sunnah sebelum melakukan shalat wajib dan beberapa hadis lainnya yang dinilai dhaif.
KH. Ma'ruf Khozin
Dewan Pakar Aswaja Center NU Jawa Timur
www.hwmi.or.id
shalat yang dikerjakan sebelum shalat Jum’at adalah shalat Tahiyyatul Masjid dan shalat sunnat mutlaq.
ReplyDelete