Krisis Adab Aktivis Hizbut Tahrir - HWMI.or.id

Monday 10 August 2020

Krisis Adab Aktivis Hizbut Tahrir


Krisis adab dan akhlak adalah masalah lama aktivis Hizbut Tahrir. Banyak orang yang menyorotinya. Yang awalnya simpati dengan ide-ide umum Hizbut Tahrir bisa menjadi antipati juga banyak karena persoalan adab, etika, akhlak dan sopan santun ini.


Anda akan sangat mudah menemukan kata-kata kasar, sumpah serapah, caci maki dan pemberian gelar-gelar buruk dari aktivis Hizbut Tahrir (mulai hilir sampai hulu, mulai kader jelata sampai elitnya) kepada siapapun yang tidak mau menuruti keinginan Hizbut Tahrir.


Anda juga akan sangat mudah menemukan sikap-sikap kader Hizbut Tahrir yang tidak pandai menghormati orang, menghargai orang, dan memuliakan orang sesuai dengan kedudukannya.


Anda akan begitu mudah menemukan bagaimana seorang ustaz, atau kyai, atau ulama dituduh orang Hizbut Tahrir sebagai liberal, antek kapitalis, atau anti syariat hanya karena beliau-beliau mengkritik Hizbut Tahrir.


Anda juga akan mudah menemui orang berumur dipanggil orang Hizbut Tahrir langsung dengan namanya, diejek dan direndahkan  seolah-olah kacungnya atau bahkan “kafir harbi fi’lan” baginya.


Banyak orang insya Allah merasakan betapa buruk adab dan akhlak aktivis Hizbut Tahrir. Berita rusaknya akhlak mereka adalah perkara muatawatir yang mustahil diingkari oleh orang, kecuali dia buta atau tuli. Kalaupun ada kader Hizbut Tahrir yang berakhlak lebih baik, maka itu hanyalah “oknum”. Jumlahnya super sedikit, dan itu memang sudah akhlak bawaannya sebelum masuk ke Hizbut Tahrir. Bukan hasil didikan Hizbut Tahrir dan juga bukan hasil produk halaqah Hizbut Tahrir. Malahan, orang yang masuk Hizbut Tahrir itu kebanyakan yang awalnya dari lembut, maka berubah menjadi sedikit kasar. Yang awalnya sopan menjadi kurang adab. Yang awalnya menghormati guru menjadi nir adab terhadap guru. Apalagi jika input kader Hizbut Tahrir adalah mantan aktivis kiri. Tersentuh Hizbut Tahrir dia bisa semakin menjadi- jadi sampai ndak tega hendak kita tuliskan di sini contoh akhlaknya.


Lahirnya kitab Min Muqawwimāt An-Nafsiyyah Al-Islamiyyah di tubuh Hizbut Tahrir  itu sebenarnya juga disebabkan karena krisis akhlak dan adab kader. Puluhan tahun Hizbut Tahrir tidak punya kitab pembinaan khusus yang mendidik akhlak yang mulia. Setelah kritikan demikian deras, akhirnya di masa kepemimpinan ‘Aṭā’ Abū Al-Rasytah diputuskanlah mengarang kitab pembinaan akhlak yang diwajibkan dikaji di tiap-tiap halaqah Hizbut Tahrir dan diharapkan memperbaiki adab kadernya.


Tetapi karena mayoritas aktivis Hizbut Tahrir adalah orang awam dan jahil ilmu agama, maka kitab itu terlihat tidak ada efeknya. Kader Hizbut Tahrir masih tetap rusak adab dan akhlaknya. 


Saya bisa mengerti. Kitab min muqawwimāt an-nafsiyyah al-islamiyyah itu memang hanya kumpulan ayat dan hadis dengan sedikit pengantar saja. Sepertinya mau niru-niru Riyadhu Al-Ṣalihin-lah kira-kira. Tentu saja, tidak mungkin bisa menerangkan kitab yang hanya berisi kumpulan dalil secara  bertanggungjawab berdasarkan ilmu kalau bukan level ulama. Sebab untuk memahami ayat, orang harus bisa membaca kitab tafsir. Memahami hadis orang harus membaca kitab syarah. Itu belum upaya  memeras ilmu pada tafsir dan syarah yang fokus untuk pendidikan akhlak agar bisa disampaikan dengan baik. Jelas butuh kualifikasi ulama dan bisa bahasa Arab untuk menjelaskan itu. Kompetensi ini yang tidak bisa disediakan Hizbut Tahrir. Umumnya musyrif dan musyrifah Hizbut Tahrir adalah juhala’ awam yang jangankan bisa baca kitab, sekedar baca Al-Qur’an saja masih banyak salahnya. Wajar jika kitab pembinaan akhak Hizbut Tahrir itu benar-benar tampak tidak ada efeknya.


Banyak peristiwa dan kejadian dalam propaganda Hizbut Tahrir yang menunjukkan sikap nir-adab dan tidak berakhlak ini. Kasus terbaru yang sedang rame adalah kasus pencatutan nama Ust Salim A.Fillah, ust Alwi Alatas , Ki Roni Sodewo, dan Peter Carey dalam proyek film jejak khilafah.


Anda bisa melihat, ketika Salim A.Fillah mencoba mengkritik dengan halus dan sopan (tentu supaya segera klarifikasi, minta maaf dan berjanji tidak mengulangi), tapi reaksinya ternyata sungguh di luar dugaan. Orang dizalimi, dimanipulasi dan ditipu seperti ustaz Salim A.Fillah bisa dibalik seolah-olah yang berbuat kriminal adalah beliau! Ini adalah teknik Dajjal. Menampakkan haqq sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai haqq.


Anda bisa merasakan demikian parahnya krisis akhlak dan adab kader Hizbut Tahrir dari sini. Kita bisa menyaksikan bagaimana sebuah komunitas yang demikian bebal, tak tahu malu, tak tahu diri, dan berlagak suci seperti itu. Dinasihati baik-baik bukannya bertaubat dan introspeksi diri tapi malah mencari-cari pembenaran dan mengalihkan isu.


Yah, watak orang-orang Hizbut Tahrir jika merasa benar akan meledak-ledak. Jika jelas salah, maka mereka akan MENCARI-CARI PEMBENARAN dan MENGALIHKAN ISU. Khas buzzer.


Kasus nir adab, tidak amanah, ketidakjujuran, tidak transparan, manipulasi, framing dan menipu seperti ini bukan terjadi pertama kali. Ini sudah menjadi watak dan kebiasaan kader Hizbut Tahrir. Sepertinya ustaz-ustaz mereka sudah menjadi setan bisu sehingga lidahnya kelu untuk mengoreksi kemungkaran internal seperti itu yang mengakibatkan tradisi rusak ini dipelihara bertahun-tahun.


Kasus pencatutan nama Gus Sholah adalah data yang menguatkan kesimpulan ini. Anda bisa membaca kasus pencatutan nama beliau salah satunya di tautan berikut ini,


https://tebuireng.online/kader-hti-sebar-foto-gus-sholah-dengan-keterangan-bohong/


Ada juga kasus mencatut  nama PKS yang beritanya bisa dilihat di sini,


https://www.suara.com/news/2018/09/10/212553/dicatut-dalam-spanduk-sistem-khilafah-pks-depok-lapor-polisi


Jika mereka melakukan kunjungan ke tokoh, ustaz, kyai atau ulama untuk promosi khilafah-Hizbut Tahrir, maka pencatutan nama ini juga akan menjadi agenda utama. Setelah bertamu, mereka akan minta foto bersama, lalu nanti fotonya dipasang di kalender atau disebarkan, lalu akan diberi caption “K.H. Fulan mendukung syariah dan Khilafah!” atau bahkan “K.H. Fulan mendukung Hizbut Tahrir!”. Benar-benar nir adab.


Jika mereka membuat pertemuan ulama atau tokoh, lalu kebetulan ada ulama yang sekedar ingin tahu, maka beliau akan difoto lalu diframing “Kyai Fulan mendukung khilafah!”


Lebih buruk dari itu, jika mereka membuat acara yang dinamai “pertemuan ulama”, biar massa pertemuan kelihatan besar, mereka akan memerintahkan kader awam Hizbut Tahrir ikut datang dengan berpakaian ulama supaya disangka ulama sehingga mereka bisa memanipulasi fakta dan menipu umat bahwa para ulama telah mendukung Hizbut Tahrir!


Bayangkan seperti apa level watak ketidakjujuran di tubuh kader Hizbut Tahrir.


Anda bisa menambahkan sendiri daftarnya sesuai pengalaman dan persaksian Anda.


Jadi, jika ada orang Hizbut Tahrir yang sok mengajarkan adab dna akhlak, sajikanlah fakta-fakta ini.


MENGAPA KADER HIZBUT TAHRIR MENGALAMI KRISIS ADAB?


Adapun mengapa Hizbut Tahrir mengalami krisis adab dan akhlak pada kadernya, analisis saya hal itu minimal disebabkan oleh tiga perkara.


Pertama, kualitas pemikiran Hizbut Tahrir dan sistem perekrutannya

Kedua, sistem pembinaan Hizbut Tahrir

Ketiga, metode dakwah Hizbut Tahrir


Terkait kualitas pemikiran, fakta menunjukkan kualitas pemikiran Hizbut Tahrir itu biasa saja. Buktinya Taqiyyuddin An-Nabhani tidak berhasil meyakinkan ulama-ulama Al-Azhar dengan gagasannya. Jika ada sejumlah tokoh yang sempat tertarik dengan ide awal Taqiyyuddin An-Nabhani, hampir selalu berakhir dengan perselisihan, perbedaan pendapat dan akhirnya keluar Tahrir. Akhirnya ide Hizbut Tahrir dipasarkan kepada orang-orang awam. Karena mereka memang nol ilmu dan tidak bisa membandingkan, maka mereka lebih cepat menerima dan memeluk ide Taqiyyuddin An-Nabhani. Dari sini kita bisa memahami mengapa propagandis Hizbut Tahrir umumnya adalah orang-orang awam. Oleh karena propagandis Hizbut Tahrir awam, maka mereka lemah dalam hal akhlak. Mereka melakukan propagandapun dengan akhlak awam mereka. Akibatnya bisa disaksikan bagaimana mereka menyebarkan ide Hizbut Tahrir tanpa mengetahui bagaimana memperlakukan orang.


Terkait sistem pembinaan Hizbut Tahrir, posisi akhlak memang “diremehkan”. Anda bisa membaca sendiri di kitab “Niẓām Al-Islām”. Di sana ada bab berjudul “Al-Akhlāq fī Al-Islām”. Bab ini sebenarnya ingin menunjukkan bahwa membangkitkan umat itu tidak bisa dengan akhlak. Topik ini jika dibicarakan kalangan ulama mungkin tidak menimbulkan fitnah. Tapi Anda akan bisa membayangkan bagaimana fitnahnya jika topik ini dilempar ke orang-orang awam seperti umumnya kader Hizbut Tahrir. Akibatnya jelas, di alam bawah sadar mereka tertancap pemahaman yang seakan-akan berbunyi “Tidak usah belajar akhlak, itu tidak membangkitkan umat!”


Jadi jangan harap mereka tahu bahwa Rasulullah ﷺ memerintahkan hormat kepada orang yang lebih tua usianya.


Jangan harap mereka tahu bahwa Rasulullah ﷺ memerintahkan hormat kepada orang berilmu.


Jangan harap mereka tahu larangan menipu, manipulasi, khidā‘, dan tadlīs.


Jangan harap mereka tahu ada hadis yang melarang berkata kasar, berkata kotor, berkata keji, berkata nylekit, berkata melaknat, dan berkata porno seperti dalam hadis ini,


«لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ» سنن الترمذي ت شاكر (4/ 350)

Artinya,

“Orang beriman itu bukan orang yang suka menikam dengan kata-kata, juga bukan yang suka melaknat, juga bukan orang yang suka berkata keji dan juga bukan yang suka berkata kotor”


Tidak ada.


Mereka tidak tahu karena tidak diajarkan.


Pikiran mereka tiap hari hanya  dicekoki khilafah, khilafah dan khilafah. Semua ilmu Islam “akidah”nya khilafah. Ukuran muslim kaffah bagi mereka ya hanya khilafah.


Memang ada kitab akhlak yang baru mereka ciptakan untuk menyelesaikan problem ini. Tapi ya itu, karena metode perekrutan anggota salah, kitab itu seperti tidak ada  gunanya karena tidak ada yang kompeten mengajarkannya baik secara ilmu apalagi praktek, sebagaimana saya singgung sebelumnya di atas.


Terkait metode dakwah Hizbut Tahrir, kita bisa melihat metode resminya memang secara alami akan mendorong orang  berakhlak buruk. Metode propaganda Hizbut Tahrir untuk mencapai cita-citanya adalah menghancurkan kepercayaan rakyat terhadap penguasa, lalu mendongkelnya dari kekuasaan lalu mengharap rakyat memberikan kekuasaan kepada Hizbut Tahrir. Saya pernah membuat catatan khusus topik ini berjudul "Benarkah Hizbut Tahrir mendakwahi Penguasa?". Metode ini secara alami akan membuat orang-orang Hizbut Tahrir mengkorek-korek kesalahan penguasa manapun, memaki-makinya, dan menyemburkan segala sumpah serapah kepadanya atas nama dakwah!


Karena sudah distempel bahwa itu dakwah, maka mereka menganggap itu amal saleh! Jadi mereka tenang-tenang saja bermulut kotor kepada pemerintah, yang akhirnya terbawa saat bergaul kepada siapapun termasuk kepada tokoh, alim ulama dan para kyai.


Jadi, penyakit akhlak Hizbut Tahrir itu sangat berakar dan bersumber dari metodenya sendiri. Mereka diberi contoh oleh elit-elitnya sendiri. Jika  elit-elit Hizbut Tahrir memberi contoh menyebut Al-Hafiẓ Mursi ssebagai fir’aun berjenggot, menyebut Erdogan sebagai sekuler, penguasa-penguasa muslim disebut jongos, bahkan mayoritas penguasa Arab disebut kafir, akhlak apa yang bisa kita harapkan dari kader jelata yang diberi contoh seperti itu oleh elit-elitnya. Ingat, GURU KENCING BERDIRI, MURID KENCING BERLARI.


Ini diperparah dengan sikap tokoh-tokohnya yang diam dengan kemungkaran tersebut dan justru malah terkesan melakukan pembelaan terhadap kesalahan anggotanya. Mereka yang awampun percaya diri dengan kemungkarannya yang mungkin akan terus dibawanya sampai mati.


Sekarang simpulkan sendiri, 


“Percayakah Anda kalau Hizbut Tahrir adalah sekumpulan orang yang ingin menegakkan agama Allah?”


Wallahua'lam

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda