9 Poin Hasil Silaturrahim Masyayikh NU, KHR. Azaim Tegaskan NU Jadi Pengayom Masyarakat - HWMI.or.id

Friday 18 September 2020

9 Poin Hasil Silaturrahim Masyayikh NU, KHR. Azaim Tegaskan NU Jadi Pengayom Masyarakat

 


Acara Istghatsah Kubro dan Ijazah Kubro yang diselenggarakan Lembaga Dakwah PBNU di Kantor PBNU, dihadiri oleh Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj dan KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo .

Dalam ceramahnya Kiai Azaim menceritakan tentang sekilas proses berdirinya NU yang bermula restu KH. Khalil Bangkalan dan isyarah tongkat dan tasbih yang dibawa KHR. As’ad Syamsul Arifin kepada KH. Hasyim Asy’ari.

Kiai Azaim menyampaikan bahwa hasil keputusan Muktamar NU di Situbondo yang menyatakan NU kembali ke Khittah dan tidak lagi terlibat dalam politik praktis, berarti menegaskan agar NU menjadi Ri’ayatul Ummah atau pengayom umat . Dalam arti NU harus menjaga paham Aswaja, kemaslahatan kehidupan manusia dalam suatu masyarakat, untuk mencapai tujuan yang luhur dalam hidup beragama, berbangsa dan bernegara secara kaffah.


Kiai Azaim juga menyampaikan hasil Silaturrahim para Dzurriyah Pendiri NU, Masyayikh, dan Habaib diantaranya :


1. Sebagai prinsip pergerakan dan pengabdian, Khittah secara substansif sejatinya sudah digariskan oleh KH. Hasyim Asy’ari yakni kembali pada garis perjuangan para ulama salafus sholihin sebagaimana doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Untuk itu, khittah sebagai garis perjuangan perlu diaktualisasikan kembali dalam ranah jam’iyyah diniyah (keagamaan) dan ijtima’iyah (sosial kemasyarakatan)


2. Melalui gerakan kultural ini , majlis silaturrahim mengajak kepada semua warga NU untuk selalu melakukan muhasabah terhadap fenomena ke NU an yang terjadi selama ini. Tindakan koreksi diri menjadi lebih bijak karena tidak ada kesempurnaan dalam diri setiap manusia. Selain koreksi diri, kita semua juga memiliki kepedulian dan keperpihakan kepada jam’iyah NU agar menjalankan organisasi sebagai sarana ibadah, perjuangan, dan pengabdian kepada Allah SWT. Jangan jadikan organisasi sebagai alat untuk memuluskan kepentingan pragmatis pribadi dengan menjauhkan prinsip perjuangan yang telah dibangun oleh para muassis NU.


3. Niat tulus dan ikhlas dalam memperjuangkan NU hanya mengharap target keridhoan Allah. Jika ada diantara kita, baik yang jadi pengurus maupun tidak, melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan tradisi NU maka tegurlah dengan benar dan sabar dengan makna sutuhnya, tawashou bil haq wa tawashou bis shobri.


4. Permusyawaratan dalam tubuh NU sebagai jam’iyyah harus mendasarkan pada prinsip dan nilai-nilai yang dibangun para muassis. Untuk mengembalikan prinsip-prinsip permusyawaratan tersebut, dalam setiap penyelenggaraan permusyawaratan diberbagai tingkatan agar tidak menggunakan cara-cara yang tidak terpuji, seperti mempengaruhi musyawirin dengan politik uang. Fenomena permainan uang dalam setiap permusyawaratan tentu tidak berjalan secara tunggal, ada keterlibatan pihak lain yang ingin memanfaatkan NU secara pragmatis. Jika ini masih terjadi dan terus dipertontonkan para pengurus, kami khawatir NU akan kehilangan wibawa dan kharismanya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan


5. Forum silaturrahim meminta kepada PBNU agar melakukan kerja koreksi dan seleksi terhadap penyimpangan aqidah dan paham keagamaan. Karena ada indikasi penyusupan terhadap penyimpangan aqidah yang tidak sejalan dengan aqidah dan prinsip-prinsip ASWAJA ditubuh jam’iyah NU


6. Kepada seluruh warga NU yang berperan dalam politik dan penyelenggara pemerintahan tetap istiqomah membawa amanah NU, sehingga NU tidak hanya dijadikan alat perebutan kekuasaan tapi harus bermanfaat dan maslahat secara umum


7. Mengembalikan peran fungsi kelembagaan Mustasyar dengan melibatkan Syuriyah untuk mendorong para pengurus di NU maupun badan otonom agar menjalankan keorganisasian secara baik dan benar, untuk kepentingan jam’iyah dan jama’ah. Selama ini peran dan fungsi tersebut belum berjalan secara maksimal sehingga banyak penyimpangan tanpa ada sanksi dan teguran baik secara organisatoris maupun pribadi.


8. Jam’iyah NU harus di jalankan secara benar dengan mengedepankan peran sebagai penegak kebenaran dan keadilan (ashabul haq wal adl) bukan menjalankan fungsi legitimasi terhadap otoritas kebijakan kekuasaan (ashabul qoror).


9. Menghimbau kepada seluruh warga Nahdliyyin untuk terus secara istiqamah membaca wirid YA JABBAR YA QOHHAR dengan niat menjaga Marwah NU , sehingga siapa pun yang berniat jahat kepada NU akan mendapat keadilan Allah SWT.


Keputusan itu oleh Kiai Azaim dalam ceramahnya memang tidak di baca lengkap, akan tetapi dalam tulisan ini kami tulis dengan lengkap untuk kepentingan media sosial dan pemahaman secara utuh. Kiai Azaim sudah mewakili para Dzurriyah, Masyayikh dan Habaib yang berkali.kali mengadakan pertemuan menyampaikan dihadapan PBNU, agar NU yang menjadi amanah pada dirinya sesuai dengan harapan para pendirinya. (Ahn/dakwahnu)

Oleh:

KH. M. Misbahus Salam

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda