Ramai Ustadz Prematur: Gus Mus Dorong Intelektual Dan Santri NU Untuk Mengamalkan Keilmuannya - HWMI.or.id

Tuesday 15 September 2020

Ramai Ustadz Prematur: Gus Mus Dorong Intelektual Dan Santri NU Untuk Mengamalkan Keilmuannya

 Ramai Ustadz Prematur, Gus Mus Dorong Intelektual dan Santri NU untuk Mengamalkan Keilmuannya

Mustasyar PBNU, KH. Ahmad Mustofa Bisri dalam acara memperingati 40 hari KH. Maimoen Zubair mengajak seluruh warga NU khususnya kaum intelektual NU untuk mengamalkan keilmuan sebagai bentuk khidmat kepada masyarakat dan bangsa ini

“Allah mengambil ilmunya tidak langsung mengambil kepada akalnya para ulama’. Tapi, bi qobdil ulama’yakni mengambil para ulama’nya. KH. Hasyim Asy’ari diambil maka hilang ilmu hadistnya. KH. Wahab Hasbullah diambil, maka hilang ilmu fiqihnya. KH. Bisri Syanyuri diambil, maka hilang ilmu ushul fiqhya. Begitupun dengan kyai Maimoen, ketika diambil maka hilang ilmu tafisrnya berikut ilmu-imu yang lain,” jelasnya pada unggahan video youtube NU Online pada (17/08)

Beliau memaparkan, jika para ulama-ulama lebih dahulu diambil, maka kita akan kebingungan akan merujuk pada siapa. Akan mengambil fatwa dan nasihat dari siapa. Akan mengambil pemimpin dari siapa. Bisa saja orang muslim mengambil fatwa dari ulama’ ulama’ gadungan atau bodoh.

“Karena sudah langka, maka orang orang bodoh dimintai fatwa. Orang bodoh cirinya mudah mengambil fatwa” imbuhnya.

Gus Mus memaparkan bahwa dulu umat Islam berjaya karena bertemu dengan ulama’ salaf yang menguasai beberapa keilmuan sekaligus. Keilmuan mereka sangat disegani, karena ulama’ salaf selain ahli dalam khazanah keilmuan Islam, mereka tidak lupa untuk senantiasa mengamalkan dan mengajarkannya.

Lanjut, beliau menjelaskan bahwa kebingungan masyarakat dan sekelumit permasalahan sosial itu timbul dari orang orang yang mengaku sebagai ulama’ namun tidak menunjukkan ciri sebagai ulama’.

Menurutnya, diantara ciri ciri orang-orang bodoh yang mengaku sebagai ulama’ adalah, mulia perkataanya, mulia tulisannya tapi tidak sesuai dengan perilaku dan akhlaknya. Akhlaknya tidak sesuai dengan kapasitas ilmu yang mereka miliki.

“Bila kita sudah kehilangan orang-orang arif, maka kita akan ketemu dengan ulama’ palsu yang menjual agama untuk kepentingannya, manis tutur katanya tapi tidak sesuai perilakunya,” imbuhnya.

“Maka jangan tanya kalau sekarang orang-orang itu pada bingung karena ketemunya para ulama yang tidak menunjukkan jalan yang lurus, karena sedikit sekali ketersinambugan antara ilmu dan amalnya,” tandasnya.

Kiai kondang dari kabupaten Rembang ini mengajak seluruh warga NU khususnya santri NU dan kaum intelektual muda NU untuk menimba ilmu dan mengamalkan ilmunya. Karena ini demi kebaikan agama, bangsa dan Negara.(Ahn/dakwahnu)

Kontributor : Muhammad Sabilul Aslam (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda