Viral! Mantan Anggota Bongkar Propaganda Dan Rahasia Perekrutan HTI - HWMI.or.id

Saturday, 19 September 2020

Viral! Mantan Anggota Bongkar Propaganda Dan Rahasia Perekrutan HTI

 Viral! Mantan Anggota Bongkar Propaganda dan Rahasia Perekrutan HTI


Sejak Hizbut Tahir Indonesia atau HTI dilarang dan menjadi ormas terlarang, para simpatisan dan pengasong khilafah makin gencar mengkampanyekan khilafah baik di media sosial maupun offline.

Baru-baru HTI kembali menjadi perbincangan publik setelah pasukan Banser menggeruduk yayasan pendididkan yang disinyalir mengajarkan paham HTI di Rembang Pasuruan, Jawa Timur.

Beberapa hari setelah kejadian itu, mantan juru bicara HTI, Ismail Yusanto, dilaporkan ke Polda Metro Jaya.

Ismail Yusanto dilaporkan ke polisi lantaran masih mengaku sebagai jubir HTI dalam unggahannya di media sosial. Padahal, ormas HTI telah dibubarkan.

Dikutip dari Pojoksatu.id, Mantan anggota HTI, Ustaz Taufik Hamid mengatakan, HTI sudah ada di Indonesia sejak zaman Orde Baru. Namun saat itu jumlahnya masih sangat terbatas.

“Di zaman saya masih agak terbatas karena di rezim Orde Baru kan sangat ketat, zaman Pak Harto. Tahun 1980-1996 jumlahnya masih sangat terbatas, tetap sudah gerilya, bergerak di bawah tanah,” ucap Taufik Hamid, dikutip Pojoksatu.id dari channel YouTube Khilafah Indonesia Channel, Minggu (30/8).

Menurut Taufik, pada zaman Orde Baru, para aktivis Hizbut Tahrir jarang memakai baju koko agar tidak dicurigai pemerintah.

“Dan ternyata berhasil. Artinya berhasil besar di Indonesia. Dan Indonesia termasuk negara paling akhir yang melarang keberadaan ormas itu,” ucapnya.

Taufik membeberkan propaganda dan rahasia HTI melakukan perekrutan di sekolah dan kampus.

Kata dia, para aktivis HTI masuk ke sekolah favorit dan kampus favorit. Di sekolah mereka aktif di organisasi Rohis (Rohani Islam). Sedangkan di kampus mereka masuk di Lembaga Dakwah Kampus (LDK).

Mereka mengincar siswa atau mahasiswa yang cerdas secara akademik, tetapi pengetahuan agamanya kurang.

“Pintar secara akademik, IQ bagus, tapi ilmu agamanya nol, itu yang paling gampang dimasuki,” ucapnya.

Di sekolah, HTI menawarkan kepada siswa untuk bimbingan belajar (bimbel) gratis. Sedangkan di kampus ‘menjual’ akhlak yang baik, sehingga para mahasiswa tertarik.

“Mereka merekrut anggota dengan cara yang lembut dan sangat perhatian,” imbuhnya.

Setelah menjadi kader, para mahasiswa kemudian didoktrin. HTI membekali kader dengan materi yang membenturkan Alquran dan Pancasila.

Taufik memuji sistem pengkaderan yang dilakukan HTI yang mengedepankan kualitas, bukan kuantitas.

Berkat sistem pengkaderan yang baik, seorang pembantu rumah tangga pun bisa menjadi pemateri, layaknya seorang akademisi.

“Asisten rumah tanggga, dibawa dari Jawa Timur ke Jakarta, tapi pola pikirnya sudah seperti akademisi,” tandas Taufik.

(Suara Islam)

Bagikan artikel ini

1 comment

  1. Yaa Allah... tunjukkan mereka jalan yang Engkau Ridloi.

    ReplyDelete