Tiga Generasi Tebuireng: Dari Resolusi Jihad hingga Pahlawan Demokrasi - HWMI.or.id

Sunday, 9 November 2025

Tiga Generasi Tebuireng: Dari Resolusi Jihad hingga Pahlawan Demokrasi

Jombang, 10 November 2025 — Pemerintah Republik Indonesia resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional, 10 November 2025. Pengukuhan ini melengkapi mata rantai keteladanan tiga generasi ulama besar dari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Gelar ini menempatkan Gus Dur sejajar dengan kakeknya, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus penggerak Resolusi Jihad 1945, serta ayahnya, KH. Abdul Wahid Hasyim, tokoh perumus pendidikan dan perumusan dasar-dasar kehidupan kebangsaan di masa awal kemerdekaan.

Gus Dur dikenal luas sebagai tokoh yang berperan penting dalam transisi Indonesia menuju era demokrasi pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Selama menjabat sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia, Gus Dur membuka ruang kebebasan pers, memperkuat hak-hak sipil, serta memajukan dialog lintas agama dan kebudayaan dalam kerangka keindonesiaan.

Salah satu kebijakan monumental Gus Dur adalah pencabutan berbagai aturan diskriminatif terhadap warga Tionghoa di Indonesia, termasuk pemulihan budaya dan pengakuan resmi perayaan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional. 

Selain itu, Gus Dur turut mendorong penyelesaian konflik di sejumlah daerah, memperkuat peran masyarakat sipil, dan mempromosikan Islam yang inklusif, moderat, serta berbasis nilai-nilai kemanusiaan.

Pengamat sejarah menilai ketiga tokoh Tebuireng tersebut memberikan kontribusi berkesinambungan bagi Indonesia:

KH. Hasyim Asy’ari memperjuangkan kedaulatan bangsa melalui gerakan keagamaan dan sosial.

KH. Abdul Wahid Hasyim mengokohkan fondasi pendidikan nasional dan jembatan dialog antar-kepercayaan.

KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meneguhkan nilai kemanusiaan, demokrasi, dan pluralitas sebagai ciri khas Indonesia modern.

Dengan pengukuhan ini, Tebuireng kembali menjadi sorotan sebagai salah satu pusat tradisi keilmuan yang memberikan kontribusi besar dalam sejarah Indonesia.

“Tiga generasi Tebuireng menunjukkan satu mata rantai perjuangan: ilmu yang menjadi cahaya, keikhlasan sebagai dasar, dan pengabdian yang tidak henti untuk tanah air,” demikian disampaikan dalam pernyataan resmi keluarga besar pesantren.

Gelar ini menegaskan bahwa sumbangsih Gus Dur bukan hanya milik kalangan tertentu, melainkan warisan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari Tebuireng, nilai itu ditanam. Untuk Indonesia, nilai itu hidup.

Selamat Hari Pahlawan Nasional.!!

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda