Pembaiatan 274 Pengungsi Syiah Sampang Menjadi Sunni, Dihadiri PBNU Dan Ulama Setempat - HWMI.or.id

Thursday 5 November 2020

Pembaiatan 274 Pengungsi Syiah Sampang Menjadi Sunni, Dihadiri PBNU Dan Ulama Setempat

 Pembaiatan 274 Pengungsi Syiah Sampang Menjadi Sunni, Dihadiri PBNU dan Ulama Setempat

Terdapat 274 orang pengungsi Syiah asal Madura menjalani pembaiatan menjadi Sunni atau Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di Sampang, Kamis (05/11), dengan harapan dapat pulang kampung. Dikabarkan masih ada 21 orang pengungsi yang tetap memeluk ajarah Syiah.

“Kami tidak bisa memaksakan, itu hak mereka. Segala konsekuensi mereka yang tanggung. Mereka yang menolak masih di rusunawa. Mau kami untuk dipisah dengan mereka, tapi tidak tahu bagaimana kebijakan pemerintah, mau saya berpisah,” kata Tajul Muluk alias Ali Murtadho, Pimpinan pengungsi Syiah.

Proses pembaiatan atau ikrar menjadi Suni itu disaksikan oleh perwakilan PBNU, puluhan tokoh ulama dan tokoh masyarakat dari Sampang maupun se-Madura di Pendopo Trunojoyo, Sampang, Madura. Hadir pula sejumlah pejabat pemerintah dari Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sampang hingga Kantor Staf Kepresidenan.

Pimpinan dan juga koordinator para pengungsi, Tajul Muluk berharap, melalui pembaiatan, tali silaturahmi yang terputus antara pengungsi dan warga kampung di Karang Gayam, dan Blu’uran, Sampang, Madura dapat tersambung kembali dan yang rusak dapat diperbaiki.

“Saya berharap mereka semua bisa pulang ke sini karena sudah mereka sudah berikrar kembali ke Aswaja, walaupun itu butuh proses dan butuh kerja sama antara pemkab, provinsi dan pusat,” kata Tajul usai menjalani pembaiatan.

Sementara itu, Bupati Kabupaten Sampang Slamet Junaidi mengatakan, keputusan apakah mereka boleh pulang ke Madura diserahkan kepada ulama dan masyarakat desa.

‘Di Tangan Ulama’

Rois Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sampang, KH Syafiudin Abdul Wahid mengatakan, pembaiatan merupakan langkah awal para pengungsi pulang ke kampung halamannya.

“Tapi ini harus ada proses, tidak semudah membalikkan telapak tangan, mudah-mudahan lancar, mungkin setelah ini ada pertemuan, tergantung bupati, ini komandannya pak bupati,” kata Kiai Syafiudin.

Sementara itu, Slamet Junaidi mengatakan, keputusan Tajul Muluk dan pengikutnya dapat pulang atau tidak ada di tangan para ulama Madura.

“Untuk kembali ke kampung, kita menunggu ulama. Kalau ulama sudah menerima, dan Tajul sudah meyakinkan ulama bahwa ia benar-benar tidak berkhianat. Saya yakin selesai. Ini urusan hati dan kemanusiaan,” kata Junaidi.

Walaupun sebenarnya, kata Junaidi, selama komunikasi terjalin, Tajul Muluk tidak pernah menyampaikan sedikit pun niat untuk kembali ke Sampang.

“Malah saya tanya, setelah pembaiatan (kamu) sampean punya keinginan kembali ke Sampang, ia jawab tidak. Ustadz Tajul hanya ingin disaksikan pembaiatan oleh para ulama, tidak ada keinginan untuk kembali,” katanya.

Junaidi menyebut, keputusan para ulama Madura menerima dan akan hadir dalam pembaiatan menunjukkan adanya kemajuan positif dan membuka celah untuk dilakukan konsolidasi serta rekonsiliasi antara kedua pihak. Untuk itu usai pembaiatan, Pemkab Sampang akan menyambung kembali silaturahmi yang terputus antara Tajul Muluk dengan ulama dan masyarakat Sampang.

“Nanti saya ingin ada pertukaran komunikasi, ada saling kunjung mengunjungi antar kedua pihak, sekalipun itu di Sampang, atau di mana pun,” katanya.

Namun, Junaidi menyadari, bahwa luka lama kekerasan masa lalu sampai sekarang belum pulih melihat karakter orang Sampang yang pendendam.

“Tentunya susah untuk melupakan sejarah yang sudah sama-sama melukai kedua pihak. Tapi kami akan terus memfasilitasi bagaimana mereka rekonsiliasi, ketemu, musyawarah dan berdamai, itu tugas pemerintah,” katanya. (ahn/dakwahnu)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda