Nahdlatul Ulama Dan Masyarakat Ibarat Santan - HWMI.or.id

Thursday 11 February 2021

Nahdlatul Ulama Dan Masyarakat Ibarat Santan



NU dan Masyarakat Ibarat Santan 

Catatan Masa Lalu 

Riwayat sentimen atas NU dan ulamanya adalah riwayat panjang yang jika kita kembali ke masa lalu, sentimen, benci dan menghina NU tersebut cukup sadis, provokatif dan cenderung agitatif. Tak ada ceritanya peci KH. Idham Chalid tertembus peluru jika bukan bencinya pada NU, untung masih selamat. Peluru itu ditembakkan oleh anggota TII ( Tentara Islam Indonesia ), kesatuan dari DI ( Darul Islam ) pimpinan M. Kartosuwiryo, ketika sang Ketum NU tersebut turun dari kreta api dari Surabaya. Dasar kebencian itu tentunya disebabkan Kiai Idham menolak dukungan atas tegaknya Darul Islam.  


Lain, Kiai Idham lain pula KH. Saefudin Zuhri yang dibenci habis-habisan oleh elit PKI hanya karena pasang badan membela HMI ( Himpunan Mahasiswa Islam ), karena hendak dibubarkan oleh Presiden Soekarno atas hasutan dan liciknya Polit Biro PKI. Padahal KH. Saefudin Zuhri, bukan tokoh HMI bukan pula pendiri HMI, beliau Istiqomah mengembangkan GP Ansor sejak zaman revolusi 1945.  


Bahkan KH. Wahab Chasbullah disebut penghianat, penjilat atau oportunis setelah Dekrit 5 Juli 1959 dikeluarkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno, dijadikan bulan-bulan oleh tokoh Masyumi karena Kiai Wahab dan NU memilih bergabung dalam koalisi Nasakom ( Nasionalis Agamis Komunis ), padahal KH. Wahab Chasbullah dan KH. Idham Chalid berdebat dengan Aidit dan elit PKI untuk mempertahankan dan membela Masyumi, sebelum Masyumi dibubarkan.  


Era 1960-an era dimana PKI sangat powerfull atas negara. Strategi PKI dalam upaya menuju kudeta hampir sempurna. Tak kurang kiai - kiai NU baik yang ada di pemerintahan maupun di DPR GR, terutama sekali KH. Subhan ZE terus diburu, dimatikan langkahnya, diadudomba. Korban kiai-kiai NU, dan Kader Ansor banyak yang gugur akibat kesadisan PKI. Meski demikian dengan konsistensi KH. Idham Chalid dalam menahkodai NU diramu secara cerdas, lentur, cemerlang dan heroik akhirnya NU dan Banom-nya dapat menumpas dan memberangus PKI dan underbouw-nya hingga ke akar-akarnya, bersama RPKAD dibawah Kolonel Sawo Eddhie Wibowo. 


Masuk era Orde Baru, nasib NU seperti jasad berjalan tapi tanpa kepala. Padahal NU punya jasa besar atas pemberantasan PKI dan antek-anteknya, namun Jenderal Soeharto lebih memilih mengamputasi peran NU relasinya dengan negara selama hampir 32 tahun, itu karena Jenderal Soeharto benci kepada Subhan ZE sebagai rival dalam suksesi kepemimpinan nasional pasca Presiden Soekarno. 


Kekuatan NU 


NU, didirikan oleh kaum ulama hasil restu dari Syaikhona Kholil Bangkalan Madura, dan restu Wali Songo ( secara lahiriah memang tiada ). Hingga NU dipimpin langsung oleh ulama besar yang pakar hadits, musnid kutub al-sittah, pengasuh pesantren Tebuireng yakni Hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy'ari. Kekuatan NU adalah spiritualitas agama dan tradisi sanad ilmu agama. Yang tak pernah bisa dimiliki oleh kelompok atau organisasi manapun. 


NU dan Masyarakat 


Amaliyah kita, seperti doa qunut di sholat subuh, perayaan maulid Rosulullah صلعم , tahlilan, rajaban, kirim doa, istigosah, selametan, semaan, manaqiban, marhabanan, baca syekh, rebo wekasan, dan ziarah kubur itu semua masyarakat memperaktikan dari dulu hingga sekarang, dan itu adalah amaliyah nahdliyyah ( amal ibadah warga Nahdliyyin ). 


Meskipun, masyarakat tidak mengaku NU apakah aktif di Jam'iyyah NU sebagai pengurus maupun tidak, tetap amaliyah nya adalah amaliyah yang biasa diajarkan oleh ulama NU, bahkan sudah menjadi tradisi kuat sejak Wali Songo menyebarkan Islam di tanah Jawa secara moderat, santun, hikmah dan halus dibarengi Budi pekerti sufistik, hingga sampai sekarang. 


NU dan masyarakat ibarat air santan, hasil perasan kelapa dan air. Tidak mungkin dipisahkan antara air dan ampas kelapa ketika sudah jadi air santan. Itu adalah gambaran tentang NU dan masyarakat Indonesia umumnya. 


Jika, ada yang bilang NU jauh dengan masyarakat. Tentunya orang tersebut tidak tahu sejarah, tidak paham NU, tidak ta'dhim pada ulama NU, Bahksn sudah menciderai perasaan para ulama yang ikhlas dan gigih bersama masyarakat, hingga 24 jam hidupnya di tengah masyarakat dan selalu mengayomi masyarakat. Begitu teganya bilang NU jauh dari masyarkat, dan terlalu congkak membandingkan dengan FPI yang sudah dibubarkan itu. 


Membandingkan NU dengan ormas lainya ibarat membandingkan sosok ayah dengan anak balita. Jadi jauh sekali, jangankan sama, dekat pun tidak. 


Sekali lagi NU itu sudah lama ada di tengah masyarakat, apakah ia sebagai personal dari kiai-kiai NU, maupun secara keorganisasian. NU dan ulamanya rutin menggelar pengajian-pengajian, dzikir bersama, istigosah, dan perayaan hari besar Islam lainnya. 


Jadi, tidak benar NU jauh dari masyarkat. Justeru NU lah ormas yang paling dekat dan selalu bersama masyarakat. 


Hanya yang dengki pada NU, benci NU, dan memusuhi NU akan binasa dan hancur. 


Hati-hati barangkali memang " Muke Lu " yang jauh.

Oleh: Hamdan Suhaemi

Gang Vinus III, 19-1-2021 

Wakil Ketua PW GP Ansor Banten

Ketua PW Rijalul Ansor Banten

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda