Ijazah Dari Romo KH Miftahul Akhyar Agar Tidak Faqir - HWMI.or.id

Friday 5 March 2021

Ijazah Dari Romo KH Miftahul Akhyar Agar Tidak Faqir

 IJAZAH AAM DARI ROMO KH MIFTAKHUL AKHYAR AGAR TIDAK FAQIR



Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Miftakhul Akhyar menyampaikan bahwa suatu peradaban bisa hancur karena sebuah kesalahan yg berakibat fatal. 


Sebagaimana Al Qur’an menceritakan kisah kaum Ad, kaum Samud, dan Fir’aun yg termaktub dalam Surah al-Fajr ayat 6-14. Mereka membangun gedung2 tinggi, memotong batu2 besar di lembah, berbuat sewenang2 dan berbuat kerusakan di negeri sendiri. Hal ini disampaikan beliau dalam sesi khutbah Iftitah pada acara Tahlil Muassis dan Doa Keselamatan Bangsa dalam rangka Harlah ke-98 NU, (27/2).


“Mereka2 yg disebut dalam surat al-Fajr adalah orang2 besar, negara besar, bangsa2 yg besar yg kuat, kokoh belum ada menandinginya,” tutur Kiai Miftah.


Allah lantas menimpakan cemeti azab kepada mereka karena perbuatan yang mereka perbuat telah mendatangkan murka Allah, sebab Allah selalu mengawasi hamba-Nya.


“Dzolim inilah sumber kegagalan, sumber kehancuran,” imbuh Kiai Miftah.


Diceritakan oleh Kiai Miftah, Imam Ghazali mengatakan dalam kitab At-Tibrul Masbuk fi Nashihatil Muluk, bahwa dunia bukan negara. Kaum Majusi yg menyembah api pernah menguasai dunia tidak kurang dari 4000 tahun. Turun-temurun diakhiri pada kaisar Amsyirwan yg di saat meninggalnya, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengungkapkan bela sungkawa meskipun ia seorang kafir, Aku ungkapkan bela sungkawa kepada empat orang kafir, Amsyirwan karena adil dan jujurnya menjauhi kedzoliman.


Kemudian Imru’ Al-Qais yg syair2nya berisi keimanan dan ketauhidan, Hatim Ath-Tha’i, seorang dermawan di zaman jahiliyah, dan putranya bernama Adli bin Hatim. Mereka meninggal dalam keadaan belum sempat masuk islam, dan Rasulullah mengungkapkan bela sungkawa.


Empat perkara yg perlu diperhatikan dalam surah al-Fajr di atas meliputi: kezaliman adalah pangkal kehancuran, sewenang2, al-fasad (kerusakan), dan kesombongan.


“Merusak ini bukan menghancurkan bangunan, tapi mengisi kemaksiatan, memperbanyak kedurhakaan, kemungkaran, dan sebagainya,” ucap Kiai Miftah menjelaskan.


Sebagaimana keputusan muktamar adalah harlah pada tahun hijriyah. Peringatan Harlah NU adalah sebuah momentum besar.


“Semoga NU makin lama makin jaya, makin sehat, makin besar, makin perkasa, makin berwibawa,” doa Kiai Miftah.


Menghadapi pandemi Covid-19 yg mana saudara2 kita mengalami kesulitan ekonomi, Kiai Miftah yg juga sbg Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan ijazah kepada jamaah dan seluruh warga Nahdliyyin.


Adapun ijazah yg diberikan yakni membaca LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH sebanyak 100 kali setiap hari, insya Allah kefakiran tidak akan menghampiri. Selain bacaan tsb, Kiai Miftah menganjurkan untuk membaca YA LATHIFU.


“Saya ijazahkan pada sampean sbg tambahan membacanya Ya lathifu, FA nya di DHOMMAH. Karena rahasianya di dhomahnya fa ini,” jelasnya


Beliau mengijazahkan untuk membaca YA LATIFU SEBANYAK 129 KALI SEUSAI SOLAT MAGHRIB dan PADA SAAT KEADAAN GENTING.


“Ini kalo bisa dibaca setiap ba’da maghrib 129 kali. Kalau mengalami saat2 genting bisa dikalikan 129 kali dikalikan 129 kali. Kalau dibaca sekitar dua jam lah, insyaallah akan hasil maksudnya,” ucapnya.


“Semoga harlah ini menjadikan sebuah nilai tambah dalam kehidupan kita, kedisiplinan kita, NU menjadi organisaasi yg penuh dgn kedisiplinan LI DHOMIYAHNYA MIN LIDHOMIYAH nya. Juga selalu pro aktif apa yg terjadi tengah masyarakat mampu membaca mendeteksi detak jantung umat apa kebutuhan mereka saat ini,” doa Kiai Miftah menutup.


(Dakwah Nusantara )

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda