Pengalaman Gus Baha Mengunjungi Israel dan Bertemu Imam Masjid Al-Aqsa
Oleh: Khoniq Nur Afiah
KH Bahaudin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha dalam suatu pengajian kitab bersama para santri menjelaskan tentang pengalamannya mengunjungi wilayah Israel dan bertemu dengan Imam Masjid Al-Aqsa Palestina bersama beberapa ulama Mesir.
Berikut pengalaman dari Gus Baha:
Saya (Gus Baha) pernah ke makam Salman Al-Farisi di Syam. Makam Salman itu kalau sekarang sudah masuk Syam di wilayah Israel.
Dahulu wilayah Israel, Lebanon, Syiria itu masuk dalam wilayah Syam. Kalau sekarang jelas, secara teritorial makam Salman Al-Farisi masuk dalam wilayah Israel.
Jadi, ingat-ingat nggeh jika ada riwayat Syam berarti dulu meliputi Israel, Lebanon, Syiria, dan Palestina. Itu semuanya dulu menjadi satu wilayah yang disebut Syam.
Misal, Nabi Muhammad berkunjung ke Syam, berarti berkunjung ke kawasan Betlehem, Masjid Aqsa dan macam-macam.
Sebab, tempat lahirnya Nabi Isa menurut Islam dianggap sakral, karena Islam tidak pernah memandang bahwa Nabi Isa membawa trinitas. Paham nggeh? Nabi Isa tetap abdullah wa rasuluh (hamba Allah dan utusan-Nya).
Jadi misal, Nabi Muhammad mengunjungi Nabi Isa ya tidak ada masalah. Makanya bertemu dengan Rahib (pendeta) bernama Buhaira di sebuah pohon yang khusus disinggahi Nabi dan ada reaksi khusus.
Pendeta Buhaira juga melihat Nabi di pohon tersebut. Lokasinya berada di Jericho yang merupakan kota tertua di Palestina.
Saya pernah berkunjung ke pohon itu. Waktu saya ke sana ada film dokumenter yang dibuat oleh orang Kristen. Ya memang negara tiga agama: Yahudi, Kristen, dan Islam. Itu sudah menjadi kehendak Allah.
Jadi intinya, itu semua disebut dengan Syam. Tarikh juga menyebutnya Syam, Nabi berkunjung ke pohon itu. Tentu Nabi menganggap Nabi Isa sebagai abdullah wa rasuluh. Tetapi, bagi orang Kristen menganggap bahwa Nabi Isa adalah pembawa paham trinitas.
Itu seperti orang Yahudi yang menganggap Nabi Isa sebagai Ibnu Zina (anak hasil zina) dan orang Kristen menganggap Ibnullah (anak Allah). Orang Islam tetapi konsisten menganggap Nabi Isa sebagai abdullah wa rosuluh.
Sekarang, orang-orang liberal yang tidak bisa ngaji memahami bahwa Umar bin Khatab datang ke Betlehem sebagai simbol moderasi agama. Padahal tidak ada hubungannya.
Jika mau kesana ya kesana saja, sebab tetap menganggap Nabi Isa sebagai abdullah wa rasuluh. Tidak ada hubungan dukung-mendukung. Paham yo…?
Istilah Al-Qur’an ketika Nabi berkunjung ke kawasan Betlehem atau Yarusalem, ya tidak dianggap sebagai kota Kristen, ya al-ardhi muqoddasah (bumi yang suci).
Bahasa kita seperti itu. Soal praktik di lapangan seperti itu, ya syaiun akhor (sesuatu yang lain). Eling-eling (ingat-ingat)..!!
Itu seperti perasaan orang Israel menyebut Masjid Al-Aqsa adalah wilayah dari Israel, tapi jika kamu berkunjung ke sana tetap anggap saja Masjid Al-Aqsa Nabi Ibrahim dan Nabi Sulaiman. Meskipun orang Israel mengatakan bahwa itu adalah wilayah mereka.
Makanya itu masalah, secara fikih ada beberapa ulama Mesir mengatakan bahwa mengunjungi Masjid Al-Aqsa hukumnya haram. Alasannya, saat mengunjunginya kita membutuhkan visa. Sedangkan visa tersebut hanya bisa dikeluarkan oleh negara Israel.
Artinya, jika seseorang membutuhkan visa dari Israel, dianggap mengesahkan berdirinya negara Israel.
Maka sebagian ulama mesir berfatwa, mendatangi Masjid Al-Aqsa itu haram. Alasannya harus pakai visa Israel, berarti kamu ikrar terhadap eksistensi negara Israel.
Saya (Gus Baha) pernah ditegur ketika perjalanan ke Israel oleh ulama-ulama Mesir. Tapi, ulama yang mengaramkan juga berkunjung ke Israel dan bertemu saya.
Makanya, saya bertanya, “Lha Anda kok datang, kira-kira apa alasannya?”
Saya dan ulama tersebut bertemu dengan imam Masjid Al-Aqsa lalu mendapat beberapa pesan.
Saya punya foto banyak dengan Imam Masjid Al-Aqsa.
Imam Masjid Al-Aqsa mengatakan bahwa masjid Al-Aqsa selamanya tetap menjadi milik Islam, selama masih banyak pengunjung atau wisatawan Muslim yang datang ke sana, terutama yang berasal dari dunia global, misalnya Arab Saudi, Indonesia, dan Malaysia.
Sebab, dengan banyaknya pengunjung dari berbagai penjuru menjadikan orang Yahudi takut akan merebut, sebab disorot internasional.
Tetapi, jika orang Islam sudah tidak berkunjung ke sana, bisa-bisa dianggap yang menguasai hanya Palestina, dan jika dicaplok (direbut) oleh Israel nanti sudah tidak ada yang perduli.
Akhirnya, ulama-ulama Mesir berubah setelah diberi pesan bahwa Masjid Al-Aqsa memiliki eksistensi selama jamaah Islam dari bebagai negara mau berkunjung ke sana. Akhirnya, menjadi milik internasional.
Saya di sana juga ketemu orang Belanda dan orang Inggris yang Muslim. Jadi, seperti diawasi oleh orang sedunia.
Tapi, jika berkunjung ke Masjid Al-Aqsa mau tidak mau harus menggunakan visa dari Israel. Kan ya ribet…
(Khoniq Nur Afiah)
Artikel ini juga tayang di iqra.id