Serial Pengakuan Mantan HTI (XL): Mantan Aktivis HTI Rofiq Al-Amin Cerita Kelicikan HTI terkait Khilafah - HWMI.or.id

Saturday 17 July 2021

Serial Pengakuan Mantan HTI (XL): Mantan Aktivis HTI Rofiq Al-Amin Cerita Kelicikan HTI terkait Khilafah

Serial Pengakuan Mantan HTI (XL): Mantan Aktivis HTI Rofiq Al-Amin Cerita Kelicikan HTI terkait Khilafah

By: Khalilullah

Radikalisme merupakan paham keagamaan yang mengantarkan seseorang melakukan aksi-aksi kekerasan. Tidak sedikit kelompok atau organisasi yang terpapar paham membahayakan ini. Salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kelompok radikalis ini kemudian dibubarkan oleh pemerintah Indonesia.

Pengaruh HTI sangat besar di Indonesia. Banyak masyarakat yang terpapar paham radikal ini. Salah seorang yang pernah terjerumus dalam HTI adalah Rofiq Al-Amin. Sebelum hijrah, Rofiq bergabung dengan HTI selama lima tahun. Begitu hijrah, Rofiq menceritakan kebejatan HTI di depan publik.

Di kutip dari Harakatuna.com, tindakan membeberkan kebusukan HTI yang dilakukan Rofiq tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai bentuk penebusan atas dosa sosial yang telah dilakukannya di masa lalu. Lain dari itu, cerita ini juga dapat dijadikan sebaga bentuk perlawanan terhadap HTI atau, bisa disebut dengan, kontra-narasi. Tanpa kontra-narasi paham HTI akan terus mengikis paham moderasi yang membumi di negara merah putih ini.

HTI, kata Rofiq, mendorong, bahkan mengharuskan kepada pemeluknya untuk menegakkan khilafah. Orang yang tidak menegakkan khilafah diklaim sebagai orang yang melakukan akbaral ma’asy atau kemaksiatan yang paling besar. Tentu, orang yang bermaksiat, dalam pandangan orang HTI, adalah orang yang berdosa besar. Mungkin, mereka berkeyakinan, dosa tidak menegakkan khilafah melebihi dari dosa syirik.


Paham HTI, lanjut Rofiq, biasanya disampaikan di media sosial. Media sosial adalah media yang paling efektif dalam penebaran “jala”, sehingga banyak generasi milenial yang terpancing. Karena, media sosial menjadi tempat berinteraksi paling masif di era sekarang.

Karena itulah, penting generasi milenial memiliah mana informasi radikal atau bukan. Biasanya informasi radil dibumbui dengan pernyataan hoaks. Sedang, yang paling tampak adalah berbentuk perlawanan terhadap pemerintah yang sah. Bahkan, menyebut pemerintah adalah thaghut atau kafir. Orang kafir, bagi orang radikal, halal darahnya dibunuh.

Kelompok radikal berwajah HTI biasanya tidak setuju dengan sistem negara yang sudah berjalan, yaitu sistem republik-demokratis. Mereka lebih mensupport berdirinya khilafah. Segala dakwah yang mereka sampaikan selalu dikaitkan dengan berdirnya khilafah. Meski sampai sekarang khilafah yang mereka “gadang-gadang” belum terwujud.

Melihat cara licik yang dilakukan oleh HTI, Rofiq memutuskan untuk hijrah. Pilihan hijrah ini adalah keputusan yang tepat. Karena, hidup di dalam HTI seakan berada di tengah hutan yang menyeramkan dan tentunya banyak hal yang bertentangan dengan hati nurani. Bahkan, gagasasan HTI sepenuhnya bertentangan dengan spirit kebangsaan.


Rofiq hijrah dan memilih setia terhadap NKRI. NKRI adalah anugerah Tuhan yang semestinya disyukuri. Warga negera Indonesia tidak perlu mengganti NKRI dengan khilafah dan lain sebagainya. Sebagai nikmat yang besar, Rofiq teringat dengan bunyi ayat Al-Qur’an yang diulang berkali: Fa biayyi ala’i Rabbikuma tukadzdziban. Maksudnya, nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?[] Shallallah ala Muhammad.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda