Mungkinkah Khilafah Islam Berdiri Kembali? Berikut Jawaban Ketua PP Muhammadiyah - HWMI.or.id

Saturday 14 August 2021

Mungkinkah Khilafah Islam Berdiri Kembali? Berikut Jawaban Ketua PP Muhammadiyah

Mungkinkah Khilafah Islam Berdiri Kembali? Berikut Jawaban Ketua PP Muhammadiyah

Meski secara resmi telah mengalami keruntuhan sejak tahun 1924, wacana tentang kebangkitan khilafah hampir tidak pernah usai. Dalam Pengajian Tarjih edisi ke-135 seorang jamaah Muhammadiyah juga turut menanyakan ‘mungkinkah khilafah akan kembali bangkit?’ Pertanyaan ini kemudian dijawab Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Syafiq Mughni.

“Kita melihat secara rasional berdasarkan pengalaman sejarah, perhitungan potensi dan tantangan yang dihadapi, saya cenderung berpendapat bahwa Khilafah Islamiyah seperti apa yang terjadi pada zaman Khulafaur Rasyidin atau Abbasiyah, tidak akan terwujud dalam dunia sekarang ini,” ungkap Prof Mughni pada Rabu (12/08).

Syafiq menjelaskan bahwa situasi dan kondisi dunia telah mengalami banyak perubahan. Kesatuan umat dalam bingkai Khilafah hanya terwujud pada periode Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, dan separuh awal periode Abbasiyah. Pada separuh akhir periode Abbasiyah, lahir dinasti-dinasti Islam kecil yang secara tata kelola dan administrasi pemerintahan terpisah dari kekuasaan Abbasiyah. Selain banyaknya dinasti kecil, pada saat yang sama ada pula imperium Islam di Andalusia dan daulah Fatimiyah di Mesir.

Syafiq kemudian menceritakan bahwa setelah orang-orang Mesir mendengar kabar Abbasiyah beserta khalifahnya yaitu Al-Mustashim dieksekusi bangsa Mongol, kemudian berdirilah dinasti Mamluk. Dinasti ini dikenal dengan nama Mamluk karena menurut Philip K. Hitti didirikan oleh para bekas budak.

Karena status budak terdiskualifikasi dari jabatan sebagai kepala negara, para elit politik Mamluk memboyong sisa-sisa keluarga elit Abbasiyah. Kemudian melantik anggota keluarga Abbasiyah tersebut sebagai khalifah, tetapi secara praktik kekuasaan tetap dipegang oleh elit Mamluk.

“Alasannya karena mereka menganggap bahwa ‘para pemimpin itu dari Quraisy’, maka Mamluk sadar bahwa dirinya bukan Quraisy, sehingga keluarga Abbasiyah yang keturunan Quraisy dibawa ke Kairo dan dijadikan khalifah tapi khalifah yang tidak memiliki kekuasaan apapun,” terang alumni program doktoral Islamic Studies di University of California, Los Angeles, ini.

Apa yang disampaikan Syafiq terkait getirnya dinamika kekhilafahan di masa lalu menunjukkan bahwa secara historis tidak mudah mencari rumusan khilafah yang disepakati seluruh umat Islam. Selain itu, secara normatif tidak memiliki dalil yang cukup kuat untuk mengusung kembali Khilafah.

Syafiq bahkan menegaskan bahwa tidak ada ajaran Islam yang secara langsung mengharuskan atau mewajibkan mendirikan negara Islam ini.

“Dengan perkembangan yang begitu pesat di dalam situasi politik umat Islam saat ini, maka tidak mungkin lagi atau tidak merupakan sesuatu yang visible yang mungkin bisa dilakukan untuk melahirkan atau membangkitkan kembali khilafah itu,” tutur Guru Besar Bidang Sejarah Kebudayaan Islam UIN Sunan Ampel ini.

Aspek terpenting menurut Syafiq adalah teraplikasikannya kehidupan islami, baik dalam bentuk khilafah maupun negara-bangsa. Syafiq turut menyampaikan pula bahwa Muhammadiyah tidak menjadikan agenda mewujudkan negara Islam atau khilafah sebagai garis utama perjuangan persyarikatan. Dalam Muhammadiyah, khilafah merupakan mandat dari Allah untuk manusia agar membawa rahmat bagi semesta alam

Sumber: Muhammadiyah.or.id

(Hwmi Online)


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda