Di kutip dari dakwahnu.id, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj mengapresiasi acara Konferensi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat-Kanada 2021.
“Alhamdulillah, saya benar-benar bersyukur haru dan bahagia menyaksikan walaupun melalui virtual NU Amerika Serikat-Kanada semakin menunjukkan eksistensinya,” ujarnya saat membuka sambutan, Sabtu (7/8/21).
Menurut Kiai Said, dengan mengadakan konferensi ini berarti cabang PCINU Amerika Serikat-Kanada telah menjalankan aktivitas dan barakahnya.
Beliau yakin, dengan konferensi ini, PCINU Amerika Serikat-Kanada akan lebih aktif, eksis, maju dan lebih menunjukkan martabatnya dari masa-masa sebelumnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said menyebut agama merupakan amanat yang diberikan Allah SWT. Mengutip firman Allah Swt, “Saya tawarkan amanat kepada langit bumi gunung. Mereka semua menolak karena takut kalau tidak mampu menjalankan amanah tersebut.”
“Betapa berat dan mulianya amanat tersebut. Bahkan, manusia menerima amanat tersebut. Padahal manusia tersebut berpotensial sangat dzolim sangat bodoh menyimpang dan tidak punya ilmu,” ujarnya.
Kemudian, bagi warga Nahdliyin sudah baku. Nahdlatul Ulama beragama dengan madzhab Aswaja yang isinya dua, yaitu teologi dan syariah. Akidah mengikuti imam Asy’ari, dan syariat mengikuti madzab Syafi’i.
Mengapa kita milih madzab Asy’ari, karena Imam Asy’ari menggabungkan teks dan akal. Antara teks Qur’an hadist dan akal sehingga menghasilkan akidah yang moderat, tidak tekstual dan tidak liberal. Sehingga muncul sifat 20 wajib Allah SWT.
“Akidah ini akidah yang mengambil jalan tengah antara Qur’an dan kecerdasan akal. Akal ada dua ijma dan qiyas. Orang kalau mau paham Islam harus paham Qur’an dulu perlu pemahaman penafsiran. Nah ini empat imam berbeda pandangan,” tukasnya.
Kita (NU Indonesia) menganut madzab Syafi’i, karena madzab ini berhasil menggagas sebuah metode cara berpikir mengenai Qur’an namanya Ushul fiqh. Prinsip-prinsip memahami Qur’an dan hadist. Sudah jelas bahwa Qur’an harus kembali ke hadist.
Di Qur’an, ada perintah wajib sholat, tapi Qur’an tidak menjelaskan namanya sholat itu apa, berapa kali sehari semalam. Di Qur’an tidak dijelaskan nama sholat Dzuhur dan sebagainya, adanya di hadist.
“Oleh karena itu kita tidak bisa meninggalkan hadist. Tanpa hadist kita gatau rakaat sholat. Nah sudah kedua itu belum cukup karena hadist pun tidak menjelaskan bagaimana caranya sholat komponen sholat apa saja itu tidak ada,” jelasnya.
“Nah para ulama dengan ijtihadnya yang luar biasa memutuskan komponen shoat ada 17. Itu hasil ijtihad imam Syafi’i yang semuanya imam juga sepakat itu hasil ijma. Kolektif semua sepakat,” sambungnya.
Lebih lanjut, Kiai Said juga menjelaskan, Islam Nusantara merupakan Islam yang dibangun di atas peradaban yang menjadikan budaya sebagai infrastruktur.
“Islamnya dibangun di atasnya, maka budaya menjadi langgeng Islam menjadi kuat. Sekali lagi, Islam Nusantara jangan dipahami sebagai aliran baru sekte baru bukan sama sekali. Ini adalah tipologi,” tegasnya.
Islam Nusantara adalah Islam model Nusantara yang telah berhasil dengan pendekatannya, berideologi juga menjunjung tinggi akhlak mulia, moral dengan tidak meninggalkan tradisi yang ada.
“Selama tidak bertentangan dengan syariat kita lestarikan. Bahkan kita jadikan infrastruktur nya agama. Contohnya bedug. Begitu pula tujuh hari tiga hari itu budaya Jawa, Hindu malah. Itu kita lestarikan tapi kita isi dengan tahlil istighfar dll. Infrastruktur nya budaya kita bangun agama di atasnya. Jadi langgeng karena harmonis. Puncaknya adalah yaitu Hubbul Wathon minal iman,” ujar Kiai Said
“Sekali lagi, selamat berkonferensi, dengan ini saya membuka resmi PCINU Amerika Serikat-Kanada dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim,” pungkasnya. (fbr)