Jaga Eksistensi Umat, Nahdliyin Harus Pertahankan Islam Wasathiyah - HWMI.or.id

Sunday 31 October 2021

Jaga Eksistensi Umat, Nahdliyin Harus Pertahankan Islam Wasathiyah

Jaga Eksistensi Umat, Nahdliyin Harus Pertahankan Islam Wasathiyah

Dikutip dari dakwahnu.id, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj mengajak warga Nahdliyyin untuk mempertahankan Islam wasathiyah, khususnya ajaran Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja).

Hal ini untuk mencegah meluasnya metode liberal (umum) dan sekuler di kalangan umat Islam. Sebab, jika ini terjadi, eksistensi umat Islam mudah hancur.

“Yang penting digarap adalah wasathiyah, yaitu ahlussunah wal Jamaah khususnya NU. Ini harus dikerjakan harus jadikan NU ini jauh dari liberal atau radikal,” ujarnya, Sabtu (30/10/21).

Menurut Kiai Said, hal ini yang paling berat. Ketua cabang, wilayah PBNU harus bisa mengendalikan NU agar tidak liberal, tidak sekuler, ladziniyah. Bebas, tapi juga tidak tekstual dan harfiin. “Maka saya jaga selama ini wasathiyah nya NU dengan PBNU dari ketertarikan radikal dan liberal,” jelasnya.

Kemudian, dalam Pembukaan Konferensi Wilayah XVII Nahdlatul Ulama Jawa Barat itu, beliau menyebutkan, untuk menjaga wasathiyah wal Islam, maka masyarakat perlu mempertahankan dan memperkuat kekayaan NU.

Pertama, tarawat ijtimaiyah, kekayaan masyarakat. Tidak ada ormas yang sekaya NU dalam hal ini. Ini luar biasa ketergantungan masyarakat kepada kiai, harus dipertahankan dibina dirawat. Sebab mereka yang tidak senang NU berusaha agar masyarakat jauh dari kiai.

“Bila perlu tidak nurut kiai, anti kiai benci kiai. Ini mereka selalu berusaha. Ini bagian dari umat Islam sendiri yang menginginkan ini. Makanya harus kita jaga,” tandasnya.

Kedua, kekayaan budaya. NU ini kaya luar biasa. Contoh yang paling menonjol adalah NU satu-satunya ormas yang bersandar pada kitab kuning. Terutama masalah keagamaan.

Semua pertanyaan yang ada di masyarakat dijawab oleh kiai NU dua hari selesai. NU memiliki perangkat il Haq. Ormas yang lain tidak punya, harus dipertahankan, tidak boleh lepas.

“Ada beberapa kelompok yang ingin menjauhkan kita dari kitab kuning dengan mengatakan kitab kuning tidak aktual. Karena ga bisa baca kitab kuning akhirnya menganggap remeh,” ujarnya.

Ketiga, tarawat syiariyah. Kita NU memiliki kekayaan simbolik Yang sangat luar biasa. Contoh, jika ada desa yang tahlilan, punya NU itu. Masuk masjid ada kalendernya, NU itu. Banyak sekali tradisi-tradisi NU sebagai simbol ke-NU-an kita.

Keempat, kapital politik. Beliau menceritakan, dulu yang membangun pusat politik adalah para kiai. Kerajaan yang bangun para auliya dan ulama. Kemudian datang penjajah dan para kiai berpindah ke kampung mendirikan pesantren untuk mempertahankan akidah. Membangun pusat-pusat politik di samping ibadah, maka lahirlah kerajaan Kempek Babagan.

“Pesantren memiliki bobot politik luar biasa kalau kita sadar. Kadang kita belum mampu membudayakan peran politik, sehingga kita masih seperti ini. Kita ga mampu membangun kekuatan politik pesantren terutama politik kebangsaan. Siapapun yang merusak NKRI Pancasila akan berhadapan dengan NU,” ujarnya.

“Tapi saat ini NU belum bisa mewarnai kebijakan politik dengan NU, mudah-mudahan 10 tahun akan datang. Ini penting, kalau kita amal makruf nahi munkar harus pegang kekuasaan. Kalau tidak, jangan harap, pasti begini-gini terus,” imbuh Kiai Said.

Terakhir, tarawat maliyah, kekayaan finansial. Ini penting tapi NU masih belum kuat. Padahal kalau kita sadar warga NU 10 juta saja, sadar berorganisasi ber-jam’iyah, setiap hari iuran 1000 saja maka 10 hari 10 miliar. Pasti bisa bangun pesantren masjid tanpa proposal.

Sekali lagi, Pancasila lumayan ada perkembangan, yang paling jauh dari kenyataan adalah sila kelima, keadilan sosial. Ada konglomerat empat orang ibarat 100 orang. Ini sangat merugikan masyarakat setempat. Ini, yang masih kita sayangkan bagaimana hanya pertumbuhan 5%, siapa yang tumbuh, jadi yang ada pertumbuhan bukan pemerataan.

“Mari kita ber NU dengan sadar bahwa NU punya potensi yang luar biasa. Insyaallah kalau bsia semua NU akan menjadi satu-satunya kekuatan di Indonesia bahkan di dunia. Ini bukan berarti kita meremehkan yang lain. Kalau lima tadi betul-betul kita maksimalkan insyaallah NU akan menjadi terhormat kaya raya sejahtera. Selamat bermusyawarah NU Jabar, dengan ini saya membuka secara resmi konferensi dengan Bismillah,” pungkasnya. (fbr)

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda