SATU TUHAN UNTUK SEMUA AGAMA
Oleh Ayik Heriansyah
Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa dituding kelompok radikal sebagai ajaran musyrik dan thaghut, karena sila ini mengakui keberadaan agama-agama selain Islam dan membenarkan keberadaan Tuhan-tuhan agama lain.
Dalam persepsi mereka, setiap agama mempunyai Tuhannya sendiri-sendiri yang berbeda satu sama lain.
Tuhan agama Islam berbeda dengan Tuhan agama Kristen. Tuhan agama Hindu berbeda dengan Tuhan agama Budha. Tuhan agama Budha berbeda dengan Tuhan Konghucu, Islam, Kristen, dan sebagainya.
Jika di Indonesia ada 6 agama resmi, maka ada 6 Tuhan resmi di Indonesia. Selain Tuhan-tuhan tidak resmi yang disembah oleh agama-agama yang tidak resmi yang ada di Indonesia misalnya Yahudi, Sikh, Druze, dll.
Bisa dibayangkan betapa banyak Tuhan yang menciptakan manusia Indonesia, memberi rezeki dan mengatur alam Nusantara dari Sabang sampai Merauke
Bagaimana caranya Tuhan-tuhan itu bisa akur ketika mengurus rakyat Indonesia. Apa mereka saling kerjasama sehingga alam Indonesia ini teratur.
Begitulah gambaran jika kita rinci penalaran dari persepsi kaum radikal tentang Ketuhanan yang Maha Esa. Persepsi yang demikian termasuk musyrik menyekutukan Tuhan.
Hal yang sangat ditakuti dan diharamkan oleh mereka. Di sinilah aqidah tauhid mereka masih bermasalah.
Seharusnya menurut pandangan tauhidi, Tuhan itu satu. Satu Tuhan untuk semua manusia, apapun agamanya. Semua agama, Tuhannya sama.
Tuhannya umat Islam sama dengan Tuhannya umat Kristiani. Tuhannya orang Kristen sama dengan Tuhannya orang Hindu, Budha, Konghucu, Yahudi, Sikh, Druze, Shinto, dll.
Tuhan pencipta, pengatur, pengurus dan pemberi rezeki rakyat Indonesia apapun agamanya, jumlahnya hanya dan tetap satu sampai kapanpun. Jumlah Tuhan tidak mengikuti jumlah agama, resmi atau tidak resmi. Dzat dan sifat Tuhan itu satu untuk semua agama.
Jumlah agama tidak mempengaruhi keesaan Dzat dan sifat Tuhan. Jumlah agama mempengaruhi persepsi umatnya tentang Tuhan, penamaan Tuhan dan tata cara beribadah kepada Tuhan.
Persepsi inilah yang jumlahnya banyak yang membuat jumlah agama jadi banyak, bukan Tuhan-nya. Tuhan tetap satu.
Sila Ketuhanan yang Maha Esa bersifat tauhidi, mengakui hanya ada satu Tuhan di alam semesta. Sila ini bukan mengakui banyak persepsi tentang Tuhan karena mengakui banyaknya agama dan membiarkan banyaknya persepsi, penamaan dan tata cara ibadah terhadap Tuhan yang Satu itu.
Tidak ada masalah dengan ketauhidan Pancasila. Yang bermasalah itu justru aqidah kaum radikal yang menganggap adanya tuhan-tuhan di agama-agama lain, yang berbeda dengan Tuhannya.