Lebih Dekat dengan Para Kader Cerdas NU di Luar Negeri
Oleh: Muhammad Faizin
Dikutip dari NU Online, Saat hadir pada dalam Pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Senin (31/1/2022) lalu, Presiden Joko Widodo berharap para kader potensial Nahdlatul Ulama untuk dapat dimaksimalkan potensinya untuk kemaslahatan NU dan bangsa. Ia menyebut salah satu kader dan aktivis cerdas NU di luar negeri yang merupakan praktisi IT di Singapura yakni Ainun Najib.
Selain Ainun Najib, diaspora santri sebagai kader di NU di berbagai negara sudah banyak bermunculan. Dengan berbagai disiplin keilmuan, mereka mampu menunjukkan kualitasnya di dunia internasional khususnya di negara-negara yang mereka tempati. Mereka banyak memiliki ragam profesi dan keahlian, di antaranya sebagai peneliti dan akademisi seperti dosen serta profesor. Bahkan ada pula yang menjadi ahli di bidang-bidang yang lebih spesifik seperti financial technology (teknologi keuangan) dan artificial intelligent (AI).
Berikut beberapa para kader cerdas NU di luar negeri rangkuman NU Online yang jika diberdayakan akan menjadi energi besar bagi NU dan bangsa, untuk masa kini dan masa mendatang. Tentu masih banyak kader-kader NU berpotensi lainnya yang tersebar di seluruh dunia dan layak mendapat apresiasi.
1. Ainun Najib
Ainun Najib adalah seorang praktisi IT dan aktivis Nahdlatul Ulama (NU) kelahiran Gresik, Jawa Timur, 20 Oktober 1985. Ia menginisasi situsweb Kawal Covid-19 dan menerima anugerah People of The Year dari Metro TV pada kategori Patron of Development Partnership atau Teladan dalam Kemitraan Pembangunan, pada 24 November 2021.
Prestasinya di bidang sains dan teknologi terasah sejak bersekolah di SMAN 5 Surabaya. Ketika itu, ia meraih penghargaan honorable mention setelah menjadi anggota tim Indonesia dalam Olimpiade Informatika Asia Pasifik 2003. Ia kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Teknologi Nanyang (NTU) Singapura, jurusan Teknik Komputer.
Ainun pernah mewakili NTU dalam perlombaan pemrograman perguruan tinggi internasional atau ACM ICPC pada 2006-2007, bersama dua mahasiswa Indonesia lainnya. Tim tersebut menjuarai ACM ICPC level regional Asia di Teheran, Iran, pada 2006. Lalu mereka ikut bertanding di level dunia yang digelar di Tokyo, Jepang, pada 2007. Setelah lulus dari NTU, ia bergabung dengan sebuah perusahaan yakni IBM Singapura, sebagai software engineer (teknisi perangkat lunak). Kemudian, Ainun menjabat sebagai konsultan senior di sana hingga saat ini.
2. Taufiq Widjanarko
Ia adalah seorang insinyur yang bekerja di VividQ Ltd, sebuah perusahaan riset dan pengembangan holografi digital 3D untuk display, AR/VR, di Cambridge, Inggris. Di lembaga tersebut, ia bersama koleganya tengah melakukan penelitian mengenai pembuatan prototipe holografi yang dihasilkan dari proses komputasi menggunakan komputer (Computer Generated Holography/CGH) untuk Augmented Reality (AR). AR adalah metode penyediaan informasi dari komputer yang dapat ditambahkan (augmented) pada apa yang kita lihat nyata (real) saat itu.
Ia adalah alumni SMA Negeri 5 Surabaya, Jawa Timur yang meneruskan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB), tepatnya di jurusan Teknik Fisika. Taufiq mengerjakan skripsi S1 tentang instrumentasi untuk astronomi di Observatorium Bosscha ITB di Lembang 1993-1995, lalu dilanjutkan sebagai asisten peneliti di sana hingga tahun 1997.
Ia juga pernah tercatat sebagai peneliti di Advanced Manufacturing Technology Research Group, Fakultas Teknik, Universitas Nottingham, Inggris (2017-2019). Sebelum itu, ia mengenyam studi doktornya di EPSRC Centre for Innovative Manufacturing in Intelligent Automation, Wolfson School of Mechanical and Manufacture, Universitas Loughborough, Inggris (2006-2011). Sebelum kembali lagi ke Loughborough sebagai peneliti (2013-2016), ia juga mengambil pengalaman sebagai peneliti di Centre in Through-life Engineering Services, Universitas Cranfield (2011-2012).
Taufiq juga sempat memperdalam keilmuannya dengan mengambil studi master di Universitas Dayton, Ohio, Amerika Serikat (1998-2000). Di Negeri Paman Sam juga, ia melakukan riset di Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia (2001-2002) pada bidang Electrical & Computer Engineering/Optical Image Processing. Lalu, Taufiq juga mengambil studi di Universitas Memphis, Tennessee, Amerika Serikat (2002-2003). Ia sempat mengabdikan diri di almamaternya, ITB, sebelum bertolak ke Inggris sampai sekarang.
Setidaknya, Taufiq sudah menghasilkan 24 tulisan ilmiah yang terindeks Google Scholar dan sudah dikutip lebih dari 100 kali.
3. Miftakhul Huda
Pria kelahiran Pekalongan, jawa Tengah itu adalah seorang pelajar yang amat tekun. Ia mengaku terinspirasi dari dua sosok ilmuwan penting, yakni Alberth Einstein dan Ibnu Sirin. Ia ingin seperti mereka, saban hari menulis pengetahuannya yang tak kunjung habis. Karenanya, ia terus membaca dan belajar hingga dapat meneruskan studinya pada jenjang Diploma Dua (D2) di Japan Electronic College dengan beasiswa Monbugakusho, sebuah beasiswa bonafid yang banyak diinginkan para pelajar seluruh dunia. Ia pun terbang ke Jepang pada tahun 2005, meskipun sebelumnya, ia telah berkuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negeri (STAN).
Kemudian, ia menamatkan studi sarjananya pada bidang teknik listrik dan elektronik pada tahun 2010, masternya di bidang teknik industri tahun 2012, dan doktornya di bidang nano teknologi, semi konduktor, dan sel matahari pada tahun 2014 di Universitas Gunma, Jepang. Huda menyelesaikan studi doktoralnya hanya dalam waktu dua tahun saja saat usianya baru menginjak 27 tahun.
Perjalanan ilmiahnya terus berlanjut dengan menjadi mahasiswa posdoktoral di Japan Society for the Promotion of Science (JSPS). Kemudian, ia bekerja di perusahaan NBC Meshtec Inc. sampai tahun 2016. Lalu, ia masuk di JST sebagai mahasiswa posdoktoral pada tahun 2016-2018 dan peneliti pada tahun 2018-2021 pada program ERATO.
Pada April 2021, Huda memulai pekerjaan baru sebagai Asisten Profesor di Universitas Nagoya, Jepang. Di tengah kesibukannya sebagai peneliti di Japan Science and Technology Agency (JST), Tokyo Institute of Technology, ia mengkhidmahkan dirinya sebagai Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang.
4. Hendro Wicaksono
Ia adalah Wakil Katib Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman. Kader cerdas NU ini adalah dosen terbaik dengan penghargaan Teacher of The Year dari kampus tempat dia mengajar, Universitas Jacobs, Bremen, Jerman. Penghargaan tersebut diberikan pada September 2020, berdasarkan penilaian para mahasiswanya yang berasal dari mancanegara lintas benua sejak September 2019 lalu, hingga Juni 2020.
Ia juga dosen terbang Universitas Airlangga, Surabaya yang menerapkan konsep Nahdlatul Ulama, yakni memosisikan diri di tengah perbedaan karakter dan budaya para mahasiswanya di Jerman. Akademisi dan praktisi teknik industri menyadari, satu model pembelajaran saja yang diterapkan rasanya tidak adil.
“Jadi kalau di Nahdliyin ada adab menuntut ilmu. Dosennya harus punya adab juga. Yang saya terapkan itu prinsip adab secara umum, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan beda-beda kultur saya setting customize supaya masing-masing mendapat porsinya,” terang pria asal Sidoarjo, Jawa Timur yang juga Kepala Grup Penelitian Manajemen Data Intelijen untuk Industri 4.0 (INDEED).
5. Baktiar Hasan
Ia adalah Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belgia dan Biostatistikawan Utama di Union Chimique Belg (UCB) Brussels, Belgia. Baktiar merupakan peneliti Cancer dan Covid-19. Saat ini Baktiar tengah meriset virus Covid-19 dan Alzheimer di lembaga UCB yang ia masuki sejak Oktober 2020 lalu itu.
Meneliti Kanker di Eropa Sebelumnya, ia menghabiskan waktu 13 tahun 10 bulan untuk penelitian yang berhubungan dengan kanker paru dan cutaneous lymphoma di European Organisation for Research and Treatment of Cancer (EORTC). Di lembaga itu juga, ia fokus melakukan riset tentang endocrine tumor.
Baktiar mencobakan obat baru, metode tertentu, yang ada hubungannya dengan radioterapi, hingga operasi sebagai sebuah penanganan terhadap penyakit kanker. Ia menyampaikan bahwa risetnya tersebut dilakukan guna menemukan pengobatan yang paling cocok. Pasalnya, kebanyakan kanker paling tidak hingga saat ini memang tidak bisa hilang sepenuhnya. Tetapi, dengan pengobatan yang maksimal setidaknya dapat memperpanjang harapan hidup dari pasien.
Peneliti kelahiran Sulawesi Tengah mengawali perjalanan karirnya dengan menempuh studi magister statistika terapan di Universitas Guelph, Kanada, pada tahun 1997. Keberangkatannya ke Negeri Pecahan Es itu ditempuh setelah melalui proses yang cukup panjang. Baktiar tumbuh dan mengembangkan masa kecilnya di Madrasah Al-Khairat, Kolonodale, Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di tempat tersebut, sebelum melanjutkan pendidikan menengah atas dan menamatkannya pada tahun 1987. Kemudian, ia melanjutkan studi sarjananya pada bidang Pendidikan Matematika di Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Setelah menamatkannya pada tahun 1992, Baktiar muda langsung diangkat menjadi pengajar di almamaternya tersebut pada tahun berikutnya (1993).
Di tahun selanjutnya (1994), ia mengikuti program bridging selama setahun lebih di Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai bekal ke Kanada. Pagi belajar di kampus ITB, sore ia mendalami bahasa Inggris. Ia mengaku saat awal-awal tidak menguasai bahasa Inggris secara baik. Bayangkan saja, katanya, skor TOEFL yang diperolehnya hanya 300 saja, sementara untuk mendapatkan beasiswa Canadian International Development Agency (CIDA), dibutuhkan skor TOEFL setidaknya 570.
Setelah menamatkan studi doktornya, ia melanjutkan posdoktoral di kampus yang sama selama setahun (2004-2005), sebelum meneruskan perjalanan ilmiahnya di National Cancer Institute of Canada (NCIC), Queen’s University, Ontario, Kanada (2005-2007).
6. Ahmad Ataka
Doktor Muda Ahli Robotik Lulusan Universitas King’s College, London, Inggris di usia 27 tahun. Putra Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta adalah penerima Beasiswa Presiden Republik Indonesia (BPRI) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), salah satu beasiswa paling bergengsi di tanah air.
Sulung tiga bersaudara ini sering terlibat dalam beberapa projek penelitian bersama mahasiswa Indonesia dan sempat ikut beberapa kompetisi berkelompok, seperti Imagine Cup dan MATLAB Mars Rover Challenge. Pria kelahiran Juli 1992 ini mendapat penghargaan doktor terbaik kedua bidang robotik dari Universitas Queen Mary, London.
Saat ini, ia menjadi peneliti di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. Sebelum studi di UGM pada teknik elektro, Ataka memang merupakan pelajar yang berprestasi. Saat duduk di bangku SMP, ia sudah menerbitkan beberapa buku fiksinya yang berjumlah ratusan halaman. Ia juga pernah meraih perak pada Olimpiade Fisika Internasional ke-41 di Zagreb, Kroasia, saat duduk di bangku sebuah SMA di Yogyakarta. Ataka juga merupakan Co-Founder Kanal Youtube Jago Robotika.