Aksi PA 212 dan Gerakan Pemecah Belah Bangsa
By: Agus Wedi
Dikutip dari Harakatuna.com. Di sosial media, viral mengenai akan adanya aksi demontrasi Bela Islam 2503. Aksi itu diinisiasi oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212. Persaudaraan Alumni (PA) 212 rencananya bakal menggaet beberapa ormas Islam yang ada di seluruh Indonesia.
Dalam aksi ini mereka menyasar ke beberapa isu utama: penistaan agama. Aksi PA 212 menuntut pemerintah agar cepat meringkus siapa saja yang telah menodai agama Islam. Dan bila pemerintah tidak cepat menangkap, pemerintah dianggap pilih kasih dan tidak adil dalam menangani kasus masyarakat sipil.
Yang PA 212 adalah nama-nama seperti Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Saepudin (Saifuddin), Abu Janda. Nama-nama ini mereka anggap telah menistakan agama Islam. Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif, dalam salah satu media menerangkan bahwa nama di atas sudah dilaporkan ke Bareskrim. Meski sampai saat ini belum menemukan titik terang.
Mereka meminta Istana Presiden harus bersih dari para buzzer dan penista agama. Yagut sebagai Menteri Agama diminta turun dan polisi wajib menangkapnya. Mereka mengklaim terkait pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang dianggap membandingkan azan dengan gonggongan anjing. Itu dianggap menurut PA 212, Yaqut telah nyata merendahkan azan dan karena itu Yaqut dianggap melecehkan agama Islam.
Sementara pihak Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menginginkan pendeta bernama Saifuddin Ibrahim, yang menyatakan menghapus hapus 300 ayat Alquran, harus cepat-cepat dipenjara. Menurut GNPF, pernyataan ini adalah senonoh dan tidak pantas diucapkan dari seorang pendeta.
Namun demikian, karena di antara nama-nama di atas tidak cepat ditangani oleh kepolisian, maka PA 212 dan GNPF ingin segera mencari jalan alternatif melalui propaganda tertentu, yakni melalui aksi yang digelar pada Selasa dan pada Jumat besok di depan Istana.
Mereka mengajak semua ormas demi menyatukan kekuatan dengan narasi: “Apapun Ormasnya, Partainya, Majlis Taklimnya Ikuti Aksi Bela Islam”. Mereka bergandeng beberapa media untuk mensosialisasikan gerakan politis mereka. Dengan memakai seruan “Ayo Saatnya Kita Kembali Berjuang Turun Bersama Untuk Bela Agama Allah Yang Dinistakan”. Dari situ, PA 212 mengandaikan bahwa akan mendapatkan beribu-ribu dukungan dari banyak ormas, dan perindividu.
Aksi PA 212 Tujuan Politik
Aksi PA 212 sebenarnya aksi politik meski memakai bahasa agama. Dari tempat aksi saja bisa dianalisis bahwa mereka ingin mengirimkan signal kepada Istana. Di mana signal itu adalah menarget Menteri Agama, yaitu Yaqut.
Maka itu, yang diminta PA 212 sebenarnya adalah Yaqut. Karena Yagut inilah bagi mereka musuh utama, sejak ia sebelum menjadi menteri dan sesudah menjadi menteri. PA 212 meminta polisi untuk profesional, adil, dan menerima laporan yang diberikan sekaligus memproses laporan yang masuk kepada Menteri Agama.
Namun kalau dilihat isu yang ingin mereka laporkan adalah kasus yang sebenarnya tidak valid. Karena dilihat dari penyataan Yaqut, tidak ada kesalahan seperti yang dituduhkan oleh PA 212. Tetapi kemudian, mereka mencoba untuk menarik ketidaksalahan itu menjadi kesalahan. Tapi di situlah uniknya.
Tapi masalahnya, jika hanya mencari kesalahan dari ketidaksalahan orang, di situlah bahayanya. Bisa-bisa, kalau tidak dikounter, maka akan menjadi masalah yang makin membesar. Satu pintu yang bakal timbul setelahnya, yakni menjadi isu dan menjadi aksi pemecah belah bangsa.
Dari pintu itu, kemudian mereka akan beraksi. Bangsa yang terpecah belah sebenarnya menjadi tujuan PA 212. Karena jika pecah, inisiatif mereka ingin mengganti dengan sistem yang baru, yakni Indonesia Bersyariah atau Khilafah. Hanya itulah tujuan dan maksud aksi mereka.