Pawang Hujan Atau Pawang Radikalisme, Lebih Penting Mana? - HWMI.or.id

Wednesday, 23 March 2022

Pawang Hujan Atau Pawang Radikalisme, Lebih Penting Mana?

Pawang Hujan Atau Pawang Radikalisme, Lebih Penting Mana?

By: Khalilullah

Baru-baru ini jagat media sosial dihebohkan dengan pawang hujan Istiati pada MotoGP Mandalika. Pawang hujan ini dipakai untuk menggeser awan sehingga di tempat acara tidak turun hujan, paling tidak deras hujan berkurang.

Dikutip dari harakatuna.com,Usut demi usut dihadirkannya pawang hujan benar-benar berpengaruh terhadap turun dan tidaknya hujan. MotoGP Mandalika, memang sempat hujan, tapi ketika ritual dibacakan oleh si pawang hujan semakin berkurang alias berhenti.

Terlepas dari pro-kontra penting dan tidaknya pawang hujan, ditambah komentar agamawan bahwa pawang hujan musyrik dan seterusnya, saya pikir itu wajar-wajar saja. Karena, komentar memiliki ruang yang cukup bebas. Karena itu, wajar-wajar saja jika terjadi pro-kontra.

Di samping pentingnya pawang hujan di negeri Ibu Pertiwi ini, penting pula menyediakan pawang radikalisme. Pertanyaannya, apa sudah ada pawang radikalisme di Indonesia? Jika sudah ada, terus siapa pawangnya?

Pawang radikalisme dapat dipahami dengan orang yang beriktikad keras untuk mencegah paham radikal tumbuh dan berkembang. Di Indonesia pawang radikalisme banyak ditemukan di pelbagai sudut. Ada yang pawangnya dari organisasi keagamaan semacam Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan seterusnya. Ada yang berbentuk ilmuwan yang berpemikiran moderat.

Saya pikir pawang radikalisme jauh lebih penting daripada pawang hujan. Pawang hujan hanya mengkondisikan hujan untuk suksesnya acara saja. Meski pawang ini gagal, pengaruhnya ke NKRI tidak begitu fatal. Berbeda, pawang radikalisme jauh lebih penting sebab Indonesia tanpa pawang ini akan “oleng” alias hancur. Indonesia tanpa pawang akan dikuasai paham radikal.

Pawang hujan menggunakan ritual mistis untuk mencegah hujan. Tapi, pawang radikalisme tidak sebatas itu. Pawang radikalisme butuh beberapa hal agar radikalisme tidak tumbuh dan berkembang. Pertama, menanamkan paham moderasi di tengah-tengah masyarakat. Paham moderasi ini mendorong untuk berpikir terbuka terhadap perbedaan yang terbentang luas di Indonesia, mulai perbedaan suku sampai perbedaan agama.

Kedua, mengajarkan nilai-nilai nasionalisme. Nilai-nilai ini menjadi penting untuk menghidupkan semangat cinta tanah air. Mencintai tanah air tak ubahnya mencintai diri sendiri, karena tanah air termasuk tempat di mana kita lahir dan dibesarkan. Sangat tidak wajar jika cinta ini hilang dalam diri seseorang. Karena, akan berakibat fatal terhadap perkembangan NKRI. NKRI akan tumbang tanpa cinta dari kita semua.

Ketiga, berjihad melawan ideologi Khilafah yang dikampanyekan kelompok sebelah. Jangan kasih ruang Khilafah tumbuh, apalagi berkuasa di negeri ini. Karena, Khilafah bagai virus yang dapat menghancurkan NKRI. Khilafah ini akan menggantikan sistem yang sudah ada sehingga negara berganti menjadi negara Islam.

Sebagai penutup, perlu ditingkatkan kembali pawang radikalisme di negeri ini. Agar radikalisme tidak punya ruang untuk tumbuh dan berkembang. Keberhasilan pawang dalam mencegah radikalisme adalah sesuatu yang sangat diharapkan.[] Shallallah ala Muhammad.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda