Ketika saya mengkritik akidah Syaikh Ibnu Taimiyah, biasanya beberapa kawan Aswaja mengkritik bahwa apa yang saya bahas adalah akidah Ibnu Taimiyah sebelum bertobat sedangkan dia sudah bertobat dari akidahnya. Ada juga yang mengatakan bahwa kitab-kitabnya yang beredar sekarang tidak sempat dibakar karena keburu meninggal setelah bertobat. Dengan asumsi semacam itu maka mereka menganggap kritik saya tidak tepat.
Biasanya saya hanya menjawab hal ini di kolom komentar, tapi kali ini saya perlu membahasnya di status tersendiri agar dibaca lebih luas. Begini jawaban saya:
1. Syaikh Ibnu Taimiyah memang dinyatakan bertobat dari akidah batilnya dan mengaku rujuk serta kembali berakidah Asy'ari. Bahkan teks pertobatannya pun ada tercatat dalam buku sejarah. Yang menulis sejarah pertobatannya antara lain Syaikh an-Nuwairi dalam kitabnya yang berjudul Nihayatul Arab Fi Funun al-Adab, beliau adalah tokoh yang semasa dengan Ibnu Taimiyah. Setelah beliau, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani juga menulisnya dalam kitabnya yang berjudul ad-Durar al-Kaminah.
2. Kejadian pertobatan tersebut terjadi pada tahun 707 H sewaktu Syaikh Ibnu Taimiyah ditahan di penjara atas keputusan para imam mazhab. Setelah kejadian itu, beliau masih keluar masuk penjara berulang-ulang akibat berbagai kasus kontroversial hingga wafat di penjara pada tahun 728 H.
3. Jadi, antara kejadian tobat dan wafatnya ada selisih waktu 21 tahun. Karena itu, orang yang mengatakan Ibnu Taimiyah tidak sempat membakar kitabnya adalah keliru sebab dalam masa 21 tahun seseorang akan sempat membakar ribuan perpustakaan kalau mau dan sempat juga mengarang banyak kitab yang menjelaskan pertobatan dari akidah lama. Tapi faktanya itu tidak terjadi. Kitab-kitabnya masih utuh hingga kini dan tidak ada satu pun pernyataan dari dirinya di kitab-kitabnya sendiri atau pun dari murid-murid fanatiknya seperti Syaikh Ibnu Qayim bahwa dia pernah meralat pendapatnya dan berubah menjadi Asy'ari.
4. Seluruh Taimiyun yang ada sekarang tidak mempercayai kisah itu benar terjadi atau paling tidak hanya menganggapnya sebagai tindakan terpaksa di bawah tekanan penguasa. Karena itu, mereka kompak menyiarkan ajaran Ibnu Taimiyah yang ada dan sesat itu hingga kini. Sebab itulah, menukil pertobatan Ibnu Taimiyah tidak akan mengubah keadaan dan merupakan langkah percuma dalam dakwah sebab para pengikutnya tidak percaya. Apalagi, kitab-kitabnya sama sekali tidak menunjukkan indikasi pertobatan itu.
Atas dasar itu, maka kritik pada Syaikh Ibnu Taimiyah atas akidah tajsimnya tetap fardhu kifayah untuk dilakukan sebab ajaran itulah yang disiarkan hingga kini dengan penuh fanatisme atas nama salaf, padahal bukan. Sebab itu, yang terlalu berhusnuzhan pada Ibnu Taimiyah dengan dalih bahwa dia sudah bertobat hendaknya membuka mata lebar-lebar dan melihat fakta di lapangan di mana nyata-nyata banyak yang menjadi mujassim gara-gara pemikirannya.
Silakan klik tagar #mujassimsekarang untuk melihat contoh-contohnya.
- Gus AWA -