CyberMedia : Kenali Dan Pahami 6 Cara Penyerang NU - HWMI.or.id

Tuesday 5 September 2023

CyberMedia : Kenali Dan Pahami 6 Cara Penyerang NU

Dokumen : Jam'iyah Jama'ah NU

 Sejak dahulu, Organisasi Nahdlatul 'Ulama (NU) sarat akan fitnah yang datang dari orang-orang yang tak suka kepada NU.

Tujuannya tentu tak lain dan tak bukan untuk melemahkan keberadaan NU itu sendiri.

Organisasi yang di dirikan oleh Hadrotusyeikh KH. Hasyim 'Asyari tersebut masih terus eksis di Indonesia sampai dunia Internasional saat ini, namanya pun semakin besar dan perannya pun untuk menjaga, membangun serta memajukan Bangsa ini sudah tak perlu diragukan lagi.

Fitnah demi fitnah yang terlontar dari mereka yang tidak menyukai adanya NU dari masa ke masa, tak terkecuali di era sekarang ini.

Dan itu yang harus kita kenali dan pahami agar kita lebih mewaspadai dan kemudian mengantisipasinya sejak dini.

Inilah 6 cara yang dibuat oleh orang-orang luar atau para pembenci NU, yang sering kita temui pada akhir-akhir ini :

1. Mengaku-ngaku warga NU

Cara ini biasanya mereka ucapkan : "Saya ini juga NU, tapi NU-nya Mbah Hasyim Asy'ari dan bukan NU-nya Yahya Cholil Staquf" atau siapa yang menjadi pinpinan PBNU. Statement-statement seperti ini sebenarnya keliru karena NU dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, tetap mengikuti apa yang menjadi visi dan misi dari sang pendiri NU yaitu Mbah Hasyim Asy'ari.

Meski ada perubahan atau perbedaan antara dahulu dengan sekarang (secara karakter, sikap, aturan organisasi dan lain sebagainya), namun itu tidak mengurangi hakikat kita dalam ber-NU, lagipula perubahan atau perbedaan itu adalah suatu keniscayaan karena disesuaikan oleh keadaan zaman yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

Dan sering pula kita temui pada lini-lini sosial media (FB, WA, IG dll) ada pihak-pihak atau kelompok pada grup media sosial liar yang mengaku NU tapi pendapatnya seperti hendak menggiring secara halus jama'ah NU yang awam, untuk kemudian dijerumuskan dengan menjelek-jelekkan NU.

2. Mengaku-ngaku Santri NU

Dulu banyak orang anti dengan kata Santri, karena dianggap kuno, akan tetapi akhir-akhir ini banyak muncul sebuah gerakan halus dan senyap namun masif, khususnya di media sosial dengan penggunaan kata "Santri" tetapi malah menolak keberadaan induk pusat organisasi NU yakni PBNU.

Biasanya gerakan ini bergerilya di grup-grup media sosial FB, WA, IG, Tweet dll, kita sebagai kader-kadee NU dan kebetulan pengguna media sosial, sebisa mungkin jangan sampai tertipu dan mudah kagum dengan hal-hal demikian itu.

3. Memusuhi Para Pimpinan NU

KH. Yahya Cholil Staquf adalah Ketua Umum PBNU saat ini, Ketua Umum itu adalah amanah terpenting di NU, sebab marwah Ketua Umum PBNU sama dengan Marwah NU.

Namun pola yang saat ini kerap ditemui sekarang ini adalah adanya arus dari pihak-pihak yang mendelegitimasi KH. Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU, dengan segala fitnah yang ditujukan kepadanya.

Bukan hanya Ketua Umum saja, tapi terkadang fitnah juga diarahkan ke Rais Aam dan Khatib Syuriah atau pengurus-pengurus NU, semata-mata agar arah pikiran masyarakat umum fikirannya kurang lebih menjadi seperti ini: "ketuanya aja seperti itu, pasti NU yang dipimpin juga tidak akan jauh berbeda".

4. Memusuhi Banomnya NU Terkhusus Banser

Banser adalah pasukan inti dari GP. Ansor, sebuah Banom (badan otonom) di organisasi NU, mereka yang memusuhi Banser biasanya adalah orang-orang yang tidak suka atau antipati dengan kegiatan-kegiatan Banser, terkhusus kegiatan yang dianggap melanggar syariat Islam seperti ikut menjaga rumah ibadah agama lain di saat perayaan hari besar agamanya.

Padahal apa yang dilakukan Banser itu sejatinya mulia karena ini menunjukan rasa toleransi kita sebagai umat Islam yang notabene umat mayoritas di negeri ini, ke umat agama lain, selain itu kegiatan tersebut juga untuk sekedar membantu aparat keamanan setempat (TNI dan Polri), dalam hal menciptakan keamanan dan kenyamanan di masyarakat serta untuk tetap menjaga komitmen kebangsaan yang juga merupakan salah satu tujuan dari organisasi NU.

5. Menyerang Tradisi dan Amaliyah NU 

Kalau patron yang ini memang sudah lama dilakukan oleh para pembenci NU, mereka kemudian lebih agresif lagi tatkala dunia teknologi internet di Indonesia sudah mulai canggih dan puncaknya ketika fenomena media sosial seperti Blogging, Facebook atau Twitter mulai mewabah di masyarakat.

Sebab lewat media-media itulah mereka sering kali menggugah postingan-postingan yang menyudutkan atau bahkan memvonis amaliyyah NU.

Beruntung sebagian besar warga NU tidak goyah dengan fitnahan tersebut dan tetap istiqomah, karena sebagian dari kita yang aktif mengcounternya dengan menjelaskan dalil-dalil yang kuat sebagai landasan kami melakukan amaliyah tersebut, meski demikian ada juga sebagian masyarakat awam yang kemudian jadi korban propagandanya mereka ini.

6. Menggunakan nama NU untuk ajang Politik identitas

Sejatinya inilah menguji ketahanan Aqidah NU.

NU bukan organisasi politik praktis atau sebuah partai politik, akan tetapi NU memegang prinsip Politik Kebangsaan, jadi NU harus tetap selektif dalam menganalisa setiap calon peminpin dari daerah hingga negara.

Tujuannya dari NU bukan ingin mengintervensi pada setiap ajang pesta demokrasi dan para calonnya.

Tapi jangan sampai NU kecolongan dengan masuknya calon-calon yang tidak pro kebangsaan, nasionalis, dan juga untuk keberlangsungan NU baik di daerah ataupun di pusat (dalam skala nasional).

Yang lebih ironi dan miris, adanya para calon yang mengaku-ngaku NU sebagai bahan pencitraan ke masyarakat, dengan harapan bisa terpilih, padahal dia bukan warga NU.

Ya mungkin tidak apa-apa kalau seumpama terpilih dan lalu mau berjuang untuk membesarkan NU, tapi kenyataanya justru melupakan NU dan para jama'ahnya yang menjadi konstituennya.

Mungkin ini 6 cara-cara atau taktik yang sering digunakan oleh orang luar untuk melemahkan NU, yang sering kita temui sejauh ini, untuk itu kita senantiasa harus wasapada terhadap fitnah-fitnah tersebut, sebab ketika arah adu domba sudah dilakukan, maka moral bahkan rasa kemanusiaan diantara kita pun akan luntur bersamaan dengan itu.

Dan semoga kita tetap istiqomah dalam dakwah NU baik secara jama'ah maupun secara jam'iyyah,memahami NU itu apa dan bagaimana, kenali para Ulama, Kyai dan pimpinan NU serta bagaimana pula adab kita yang seharusnya kepada mereka, sebab NU bukanlah sekedar organisasi biasa, namun perilaku kita juga harus tetap dipakai saat berada di dalamnya.

Semoga bermanfaat

Sumber : CyberMedia

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda