INI 5 SAHABAT & ULAMA TABI’IN YANG LAKUKAN KREASI DALAM DOA & SHALAWAT - HWMI.or.id

Friday 5 June 2020

INI 5 SAHABAT & ULAMA TABI’IN YANG LAKUKAN KREASI DALAM DOA & SHALAWAT


Salawat Allah atas Rasulullah bermakna curahan rahmat dan ampunan. Salawat para malaikat artinya adalah permohonan ampun. Demikian sebagian makna yg dinukil Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Ibn Katsir atas surah al-Ahzab ayat 56. 

Adapun salawat kita kepada Nabi juga berarti doa agar Allah Swt. mencurahkan rahmat-Nya kepada beliau. Sebagai doa, maka redaksinya tidak harus selalu dari Rasulullah. Kita bebas berkreasi dalam menyusun doa. Nabi pun tidak melarang seseorang berdoa dgn susunan kata2nya sendiri.

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw. pernah bertemu dgn laki2 a’rabi (pedalaman) yg sedang berdoa dalam salatnya dan berkata:

“Wahai Tuhan yg tidak terlihat oleh mata, tidak dipengaruhi oleh keraguan, tidak dapat diterangkan oleh para pembicara, tidak diubah oleh perjalanan waktu dan tidak oleh malapetaka; Tuhan yg mengetahui bobot gunung, takaran lautan, jumlah tetesan air hujan, jumlah daun2 pepohonan, jumlah segala apa yg ada di bawah gelaapnya malam dan terangnya siang. Satu langit dan satu bumi tidak menghalanginya ke langit dan bumi yg lain, lautan tidak dapat menyembunyikan dasarnya, gunung tidak dapat menyembunyikan isinya. Jadikanlah akhir umurku adalah saat terbaiknya, amal terbaikku sbg pamungkasnya, dan hari terbaikku adalah saat aku bertemu dgn-Mu.”

Ketika a’rabi usai berdoa, Nabi Saw. memanggilnya dan memberi hadiah berupa emas. Beliau lalu berkata, “Aku memberimu emas itu karena doamu yg bagus,” (HR At-Thabrani dgn sanad sahih).

Apakah Nabi menegur orang itu karena berdoa dgn doa yg belum pernah beliau ajarkan? Tidak. Akan tetapi Nabi Saw. justru memuji dan memberinya hadiah. Terkait gubahan redaksi salawat, ternyata banyak sahabat dan ulama salaf telah menyusun salawat versi mereka sendiri dan tak seorang pun yg memprotes hal itu. Sebagai contoh, berikut ini 5 redaksi salawat versi sahabat dan ulama salaf:

1. Salawat Abdullah Ibnu Mas’ud

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Apabila kalian bersalawat kepada Rasulullah Saw., maka buatlah redaksi salawat yg bagus. Siapa tahu salawat kalian itu dihaturkan kepadanya.”

Murid2 Abdullah bin Mas’ud pun bertanya, “Ajari kami cara salawat yg bagus kepada beliau.” Abdullah bin Mas’ud mengajari salawat berikut pada mereka:

“Ya Allah jadikanlah segala salawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orang yg bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yg membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau posisi terpuji yg menjadi harapan orang2 terdahulu dan orang2 terkemudian.”

Hadis sahih ini diriwayatkan oleh Ibn Majah (906), Abdurrazzaq (3109), Abu Ya’la (5267), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir (9/115), dan Ismail al-Qadhi dalam Fadhl al-Salat (h. 59). Dalam salawat ini kita temukan pula contoh penyematan kata sayyid kepada Rasulullah.

2. Salawat Abdullah bin Abbas

Ibn Abbas r.a. membaca salawat kepada Nabi Saw. dgn redaksi berikut ini:

“Ya Allah, kabulkanlah syafaat Muhammad yg agung, tinggikanlah derajatnya yg luhur, dan berilah permohonanya di dunia dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Abd bin Humaid dalam al-Musnad, Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (3104), dan Ismail al-Qadhi dalam Fahdl al-Salah ‘ala al-Nabi (hal 52). Hadis ini juga disebutkan oleh Ibn al-Qayyim dalam Jala’ al-Afham (hal 76), Al-Hafizh al- Sakhawi mengatakan dalam al-Qaul al-Badi’ (hal. 46), sanad hadis ini sahih.

3. Salawat Ali bin Abu Thalib

Salamah al-Kindi berkata, “Ali bin Abi Thalib Ra. mengajari kami cara bersalawat kepada Nabi Saw. sebagai berikut:

“Ya Allah, pencipta bumi yg menghampar, pencipta langit yg tingi, dan penuntun hati yang celaka dan yg bahagia pada ketetapanya. jadikanlah salawat-Mu yg mulia, berkah-Mu yang tidak terbatas dan kasih sayang-Mu yg lembut pada Muhammad, hamba dan utusan-Mu, pembuka segala hal yg tertutup, pamungkas yang terdahulu, penolong agama yg benar dgn kebenaran, dan penakluk bala tentara kebatilan seperti yg dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa perintah-Mu dgn tunduk kepada-Mu, siap menjalankan ridha-Mu, tanpa gentar dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan, sang penjaga wahyu-Mu, pemelihara janji-Mu, dan pelaksana perintah-Mu, sehingga ia nyalakan cahaya kebenaran pada yg mencarinya, jalan2 nikmat Allah terus mengalir pada ahlinya.

Dengan Muhammad, hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami kekufuran dan kemaksiatan. Ia telah memperindah rambu2 yg terang, hukum2 yg bercahaya, dan cahaya2 Islam yg menerangi.

Dialah orang yg jujur, dipercayai oleh-Mu dan penyimpan ilmu-Mu yg tersembunyi. Saksi-Mu di Hari Kiamat, utusan-Mu yg membawa nikmat, Rasul-Mu yg membawa rahmat dgn kebenaran.

Ya Allah, luaskanlah surga-Mu baginya. Balaslah dgn kebaikan yg berlipat ganda dari anugerah-Mu baginya. Yaitu kelipatan yg mudah dan bersih, dari pahala-Mu yg dapat diraih dan anugerah-Mu yg agung dan tidak pernah terputus.

Ya Allah, berilah ia derajat tertinggi di antara manusia. Muliakanlah tempat tinggal dan jamuannya di surga-Mu. Sempurnakanlah cahayanya. Balaslah jasanya sebagai utusan-Mu dgn kesaksian yg diterima, ucapan yg diridhai, pemilik ucapan yg lurus, jalan pemisah antara yg benar dan yg bathil dan hujah yg kuat.”

Panjang banget salawatnya ya. Hehe. Hadis ini diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur, Ibn Jarir dalam Tahdzib al-Atsar, al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath dan lain2. Menurut al-Hafizh Ibn Katsir, redaksi salawat ini populer dari Ali bin Abi Thalib.

4. Salawat Imam Syafi’i

Abdullah bin al-Hakam mimpi bertemu Imam Syafi’i setelah beliau meninggal. Ia bertanya, “Bagaimana perlakuan Allah kepadamu?” Imam Syafi’i menjawab, “Allah mengasihiku dan mengampuniku. Lalu aku bertanya kepada Allah, ‘Dengan apa aku memperoleh derajat ini?’ Lalu ada yg menjawab, ‘Dengan salawat yg kamu tulis dalam kitab al-Risalah sbb:

Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada Muhammad sejumlah ingatan orang2 yg berdzikir kepada-Nya dan sejumlah kelalaian orang2 yg lalai kepada-Nya.”

Pagi harinya Abdullah bin al-Hakam melihat kitab al-Risalah, ternyata salawat tersebut ada tercantum di kita tsb sebagaimana dalam mimpinya. Kisah ini diriwayatkan oleh banyak ulama seperti al-Hafizh al-Sakhawi dalam al-Qaul al-Badi’ (h. 254), juga Ibn al-Qayyim dalam Jala’ al-Afham (h. 230).

5. Salawat ‘Alqamah an-Nakha’i (Tabiin)

Saat Alqamah an-Nakh’i ditanya tentang bacaan ketika masuk masjid, beliau menjawab, “Engkau ucapkan ‘Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya, dan malaikat mohonkan rahmat, atas Nabi Muhammad. Salam dan rahmat Allah atasmu wahai Nabi.”

Salawat ini dimuat dalam kitab Jala’ al-Afham di bagian hadis mursal dan mauquf (h.75). Wa akhiran, doa dan salawat yg diajarkan Rasulullah memang lebih utama, namun bukan berarti rangkaian salawat yg dikreasikan ulama itu salah dan bid'ah yg sesat.

Source: datdut.com

Apakah ada yg berani dengan lantang mengatakan dan berfatwa bahwa beberapa para sahabat Nabi Muhammad tsb diatas pelaku dan melakukan bid'ah yg sesat ? ...


#HubbulWathonMinalIman

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda