Pahlawan Kesiangan - HWMI.or.id

Friday 12 June 2020

Pahlawan Kesiangan


Saat ini ada orang yang sukanya teriak-teriak PKI bangkit, kebangkitan PKI, waspadai komunis, dan sebagainya. Bahkan mereka menuduh Banser NU disusupi PKI. Itu adalah fitnah yang sangat keji, ahistoris dan tak berdasar.

Sejarah telah membuktikan bahwa yang berjasa menumbangkan dan menumpas PKI itu adalah NU, tentu bersama ABRI. Upaya penggembosan PKI yang dilakukan oleh NU, dimulai semenjak NU gabung dalam NASAKOM. NU berfikir harus masuk Nasakom, karena jika tidak, maka Indonesia akan dikuasai PKI dan seperti itulah keinginan PKI. Saat itu PKI merupakan kekuatan politik yang sangat luar biasa besarnya, terbukti menduduki urutan keempat dalam perolehan suara pemilu tahun 1955, setelah PNI, Masyumi dan NU, lalu PKI. 

Jadi tujuan NU masuk Nasakom adalah diantaranya untuk menggembosi upaya PKI dalam menguasai pemerintahan Indonesia dan mendominasi ideologinya. Jika unsur agama (A) dalam NasAKom tidak ada, maka unsurnya hanya tinggal dua, yaitu kelompok Nasionalis dan kelompok Komunis (NasKom). Jika demikian bisa diprediksi kelompok nasionalis akan kalah pamor dengan kelompok komunis. Untuk itulah kelompok Agama (dalam hal ini NU) harus masuk dalam wadah tersebut. Tujuan NU demi kelangsungan NKRI dan pengawalan Islam di Indonesia. Karena jika sampai ideologi komunis menguasai Indonesia maka NKRI dipastikan hancur dan Islam hanya tinggal kenangan.

Alhamdulillah usaha NU telah membuahkan hasil dengan baik. Setiap ada kebijakan PKI yang berusaha mempengaruhi Bung Karno (Nasionalis) maka selalu dipatahkan NU. Bisa dibayangkan jika NU tidak hadir dalam Nasakom, dipastikan ide-ide PKI lah yang terealisasi.

Perlawanan NU terhadap PKI selain lewat Nasakom, juga perlawanan diberbagai tempat di seluruh Indonesia. Banser dan pemuda NU lainnya aktif menekan PKI. Sampai akhirnya tuntutan pembubaran PKI juga oleh pemuda NU.

Saat itu hanya NU yang berani berhadapan is a vis dengan PKI. Mereka yang koar-koar saat ini, beraninya hanya teriak-teriak PKI bangkit, namun jika ada PKI betulan paling-paling mereka lari terbirit-birit. Mereka bak pahlawan kesiangan. Beraninya dengan PKI hanya jika PKI sudah lemah, sudah dibubarkan seperti keadaan saat ini. Coba, berani nggak, menghadapi PKI saat PKI jaya-jayanya, sebagaimana dilakukan NU (cq. Banser) saat itu, saat kuat-kuatnya PKI. Mungkin mereka, si pahlawan kesiangan itu, akan sembunyi di balik ranjang.

Anehnya, mereka mnuduh Banser disusupi PKI, NU disusupi PKI dan tuduhan keji lainnya. Bagaimana mungkin, lha wong NU/Banser yang sudah terbukti menumpas PKI baik secara fisik mauoun perang opini, kok dituduh disusupi PKI. Iya, ternyata, ini hanyalah permainan politik saja, pembentukan opini yang menyesatkan dan pemroduksi hoax.

Tentu yang tahu kekuatan dan kelemahan PKI itu hanya NU, karena pernah berjibaku menghadapi PKI sampai PKI dibubarkan. Jika NU tenang-tenang saja, tidak mengeluarkan instruksi "negara dalam keadaan bahaya" karena ada kebengkitan PKI misalnya, maka pertanda PKI memang tidak bangkit. Namun jika NU "berfatwa" ada PKI yang mau bangkit, maka itu memang benar-benar mau bangkit. Tapi anehnya ada kelompok-kelompok Islam radikal yang tak pernah berhadapan menumpas PKI kok saat ini justru mereka yang teriak-teriak kencang PKI mau bangkit.

Pasti ada yang salah dengan mereka, some thing wrong? Iya memang ada, yaitu karena didorong oleh ambisi politik. Jadi adanya isu-isu PKI mau bangkit itu adalah isu politik yang sengaja dihembusan oleh kelompok anti pemerintah dengan tujuan ingin kembali memegang tampuk kekuasaan di Indonesia.

Mereka itu pahlawan kesiangan. Yang sok, seakan-akan mereka lah yang dulunya turut menumpas PKI. Padahal mereka beraninya hanya teriak-teriak PKI mau bangkit. Ketahuilah bahwa itu ada isu politik yang sengaja membonceng isu PKI demi memuluskan ambisi kekuasaan duniawaninya.

Pahlawan kesiangan akan terus menjadi kesiangan karena mereka tidak bisa bangun pagi, sehingga akan selalu ketinggalan dalam mengkases informasi. Masih berfikir mundur dan tidak bisa membaca apa dibalik pergerakan fisik politik.

(Nun Alqolam, Pegiat Aswaja NU)

#HubbulWathonMinalIman

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda