Cak Imin Ingatkan Nadiem Tidak Mengabaikan Mundurnya NU Dari POP Kemendikbud - HWMI.or.id

Thursday 23 July 2020

Cak Imin Ingatkan Nadiem Tidak Mengabaikan Mundurnya NU Dari POP Kemendikbud


Lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menyatakan mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP). Proyek yang diinisiai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu pun disorot banyak kalangan.

Salah satunya, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Ia memberikan pesan kepada Mendikbud, Nadiem Makarim untuk tidak mengabaikan keberadaan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

“Saya tadi nge-tweet protes kepada Mendikbud. Tolong jangan pernah melupakan peran NU dalam pendidikan dan mencerdaskan kehidupan masyarakat. Termasuk Muhammadiyah,” kata dia dalam pidato politik di DPP PKB, Kamis (23/7).

Saya juga minta Mendikbud untuk belajar sejarah pengabdian NU dan Muhammadiyah kepada pendidikan. Saya protes ! pic.twitter.com/QdnUFb8VPO

— AMI💕 A Muhaimin Iskandar (@cakimiNOW) July 23, 2020

“Apapun kebijakannya jangan sampai tidak melibatkan NU, Muhammadiyah. Kalau enggak, kualat,” tambahnya.

Cak Imin mengaku sangat mendukung Nadiem sejak awal dipilih sebagai Mendikbud. Karenanya, dia meminta Nadiem agar senantiasa mengikutsertakan NU dan Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Tetapi jangan pernah tidak melibatkan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Karena sebelum Republik ini hadir. NU dan Muhammadiyah telah berkiprah banyak mencerdaskan kehidupan bangsa,” tegasnya.

Menurut Cak Imin, organiasai menegah ke atas yang memiliki dana besar. Sebaiknya tidak perlu dibantu oleh pemerintah. Adapun seperti Tanoto Foundation dan Sampoerna Fondation.

“Yang kuat tidak usah dibantu APBN, bantulah yang lemah melalui APBN. Bukan yang kuat yang dibantu APBN,” katanya.

Cak Imin juga menegaskan, perguruan tinggi swasta sangat perlu mendapatkan bantuan. Karena memiliki keterbatasan infrastruktur termasuk sarana dan prasarananya. Ini berbeda dengan perguruan tinggi negeri.

“Perguruan tinggi negeri itu merem saja sudah maju. Tapi perguruan tinggi swasta itu sampai keringetan juga belum tentu maju. Apalagi perguruan tinggi yang masuknya Sabtu dan Minggu. Itu lebih parah lagi. Itu yang harus diperhatikan,” pungkasnya. (Ahn)

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda