Ayyuhal Walad #13
Sahabat HWMI,
Tidak setiap ilmu yang kita peroleh dan kita
ajarakan itu mampu dipahami oleh orang lain, apalagi ilmu itu berhubungan
dengan ilmu tashawuf (Ma’rifat), ilmu ini perlu dipraktekan dan dirasakan, dan
setiap orang yang mengamalkan itu akan memiliki “rasa” yang berbeda dalam menjalankanya.
contoh yang paling dalam kehidupan
sehari-hari masalah ilmu ini, rasa pedas, tidak mungkin bisa dijelaskan dengan
kata-kata apalagi tulisan, jika ada yang menanyakan apa itu rasa pedas, maka
jawaban yang paling tepat adalah orang tersebut diberikan Lombok dan kita suruh
untuk memakan Lombok itu, dengan cara ini orang tersebut akan paham itu pedas.
begitupula orang yang masih jomblo (belum
menikah) atau impoten, menanyakan tentang nikmat berhubungan suami istri, tentu
ini pertanyaan yang jika dijawab akan sia-sia.
sebagaimana Nasihat Imam Ghazali kepada
Santri beliau.
wahai anakku (yang tercinta), Ketahuilah!
sebagian dari masalah yang kau tanyakan
padaku, adalah tidak mungkin dijawab dengan tulisan dan ucapan. jika dirimu
telah mengalami keadaan tersebut, maka dirimu akan mengetahui permasalahan
tersebut. jika belum pernah mengalaminya, maka mengetahui hal tersebut adalah
tidak mungkin, karena masalah tersebut termasuk perkaran dzaukiyyah tidak mungkin bisa dijelaskan dengan ucapan, seperti
manisnya manisan dan pahitnya sesuatu yang pahit, dirimu tidak akan mengetahui
kecuali dengan merasakanya.
diceritakan ada seorang yang impoten mengirim
surat pada sahabatnya, yang isinya menanyakan bagaimana kenikmatan yang
sebenarnya orang yang bersetubuh dengan istrinya. kemudian sahabatnya menulis
yang isinya :”hai sahabatku, sesungguhnya dulu aku menyangka dirimu itu impoten
juga bodoh dan dungu, karena nikmatnya bersetubuh itu bersifat dzauqiyyah, jika engkau telah
mengalaminya maka tidak akan bisa dijelaskan dengan ucapan dan tulisan”. (azf)
Allahu
A’lam