Lawan Komunis Gaya Baru - HWMI.or.id

Friday 17 July 2020

Lawan Komunis Gaya Baru


Suatu negara dan bangsa bisa runtuh bukan hanya karena kalah perang (termasuk perang ekonomi)  kemudian menjadi negara jajahan. Tapi bisa juga runtuh bahkan bubar lewat perang model baru (proxi war) perang antar kepentingan kelompok di dalam suatu negara, rakyat dibikin bodoh atau dungu untuk diadu domba yang dimotori kekuatan asing yang berkepentingan  menguasai Indonesia contoh, Syuriah, Irak, Lybia dll, sampai pemimpinnya dibantai oleh rakyatnya sendiri.

Bagaimana dengan INDONESIA ? mungkin sebagian besar rakyat tidak percaya Indonesia bisa runtuh dan bubar. Tapi kalau kita mau membuka mata dan telinga, melihat dan mendengar apa yang terjadi di perhelatan politik Indonesia saat ini, pasti pikiran berubah.

KEBODOHAN atau DUNGU, sesungguhnya telah menjadi musuh besar bangsa Indonesia, terbukti ketika terjadi peristiwa 1965, NEGARA INDONESIA MERDEKA dihancurkan oleh gerombolan bodoh dan dungu, hanya untuk kepentingan kelompok tertentu (antek asing) dengan menggunakan isue KOMUNIS yang diplintir menjadi KAMBING HITAM pelaku pembunuhan 7 (tujuh) jendral yang kemudian menyusul pembantaian jutaan rakyat tidak berdosa dan dipenjarakannya ratusan politisi tanpa pengadilan.

Belum lama 24 Juni 2020 terjadi aksi demo besar-besaran dari kelompok yang mengaku barisan MUJAHID pengawal PANCASILA yang mengusung isue TOLAK KOMUNIS yang berujung pada pembakaran bendera bergambar Palu Arit dan bendera PDIP (dikesankan PDIP identik PKI). Setelah dikonfirmasi pihak aparat, Ade Mulyadi (korlap aksi demo), berkilah pembakaran bendera itu hanya eksiden (tidak ada dalam agenda aksi), bahkan menuduh ada penyusup. Ini satu bukti perilaku bodoh dan dungu, jelas-jelas imam besar mereka memberi semacam komando, "KALAU MAU MENGHANCURKAN KOMUNIS, LENGSERKAN JOKOWI DAN BUBARKAN PDIP."

Perilaku bodoh dan dungu yang dipertotonkan secara massal dan memalukan, aksi demo yang mengklim  pembela Pancasila, justru berperilaku tidak mencerminkan ide-ide dasar yang terkandung dalam 5 sila.

Aksi demo itu lebih mempertotonkan sikap intoleran dan radikalisme (kekerasan), dari mulai isi orasi (menunjukkan kebencian) sampai peserta aksi yang rata-rata hanya berbekal otot, anak-anak muda sangar dan sejumlah laskar ormas Islam ( siap perang)  sama sekali tidak menceminkan JIWA PANCASILA. 

Lebih memprihatin, mengamati cara berpikir petinggi-petinggi yang mendalangi aksi,  pikirannya KEBLINGER dalam memahami PANCASILA.

Kalau benar-benar mereka memahami ide dasar yang terkandug dalam 5 butir Pancasila, tidak mungkin KOMUNISME bisa hidup subur di Indonesia. Parahnya lagi Edi Mulyadi (korlap demo) menyimpulkan bahwa Tri Sila adalah dasar pemikiran "Neolip" dan Eka Sila (GotongRoyong) adalah asas sosialisme,  KOMUNISME. 

Semakin meyakinkan bahwa dia adalah pemuja KEKERASAN, dengan bangga mengecilkan nama besar Bung Karno, "Bung Karno itu siapa dan bukan apa" katanya, kemudian menutup pernyataannya itu dengan sikap sombong, menantang bagi yang tidak sepakat dengan mulut "comberannya" di salah satu video viralnya, "LOE JUAL GUE BORONG," bukankah ini ekspresi asli seorang pejuang  komunis.

INGAT, KEKERASAN ADALAH KEBODOHAN, TIDAK ADA PERADABAN MANUSIA YANG DAPAT DIBANGUN DENGAN KEBODOHAN.

AGAR NKRI TETAP UTUH

1. STOP pembiaran terhadap ormas-ormas pengusung paham KHILAFAH yang bertentangan dengan PANCASILA. 

2. Cegah dan hadang gerakan politik dari kelompok-kelompok yang mengabaikan etika politik (kontra Pancasila).

3. Parpol, ormas dan tokoh masyarakat yang tidak punya "sence of crisis." bersikap "wait and see," tinggalkan.

4. Pengusaha dan kaum urban yang bersikap cari aman, disadarkan untuk kembali ke Merah Putih dan peduli pada keutuhan NKRI.

5. Kerja aparat keamanan ditingkatkan kearah penguatan ideologi bukan hanya target teknis keamanan pisik.

WASPADALAH.. 
WASPADALAH..
MEREKA ADALAH
KOMPRADOR ANTEK IMPERIALIS..

MEREKA MENGGUNAKAN AGAMA SEBAGAI ALAT POLITIK ADALAH CARA-CARA KOMUNIS  MEMBANGUN PROX WAR DI INDONESIA.

KATAKAN... LAWAN KHILAFAH HTI dan  FPI, KOMUNIS GAYA BARU.

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda