Bajak Sejarah Nusantara, HTI Produksi Film Propaganda Politik - HWMI.or.id

Saturday, 15 August 2020

Bajak Sejarah Nusantara, HTI Produksi Film Propaganda Politik



BAJAK SEJARAH NUSANTARA, HTI PRODUKSI FILM PROPAGANDA POLITIK


Aktivis Hizbut Tahrir di Indonesia (HTI) terus melawan. Mereka terus bergerak. Belum menyerah kalah. Meski perjuangan mereka salah alamat, tidak berdasar kepada dalil dan argumentasi yg kuat, kegigihan mereka patut diacung dua jempol terbalik. 


Mereka istiqamah di jalan yg salah.


Mereka menyamar menggunakan berbagai macam nama samaran :


👉 Untuk segmen ulama dan kiai, mereka menyamar dg nama Shautul Ulama dan kegiatan Multaqa Ulama Aswaja. 

👉 Untuk segmen akademisi dan peneliti mereka menyamar menggunakan nama Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa. 

👉 Untuk segmen tokoh2 sipil dan hukum mereka menyamar menjadi LBH Pelita Umat. 

👉 Sedangkan untuk segmen mahasiswa masih menggunakan nama Gema Pembebasan dan Badan Koordinasi LDK (BKLD). Dan masih banyak lagi nama samaran yg digunakan aktivis HTI.


Namun penyamaran mereka begitu mudah disingkap. Karena mereka para pemain lama, wajah lama dg narasi dan diksi yg sama persis ketika mereka masih menggunakan nama HTI. 


Jejak digital mereka waktu sebelum badan hukum HTI dicabut, bisa diakses setiap saat. Itu semua jadi barang bukti yg sulit dielak.


Setelah tidak menemukan satu pun ayat dan hadits yg menjanjikan Khilafah Tahririyah akan tegak di Indonesia, mereka coba mencari pembenaran dari sejarah. Mereka memproduksi film Jejak Khilafah di Nusantara. 


Metode ini sebenarnya bertentangan dg doktrin Hizbut Tahrir yg tidak menjadikan sejarah sebagai dalil. Tapi bukan HTI namanya, kalau tidak menjilat ludah sendiri.


Sesat Nalar HTI


Di balik film tersebut, terdapat kesalahan penalaran dari kalangan aktivis Hizbut Tahrir di Indonesia (HTI) terkait jejak Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan Usmaniyah di Nusantara. Kesalahan2 itu antara lain;


1) Mereka memaknai jejak khilafah sebagai khilafah itu sendiri. Seolah2 Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan Usmaniyah pernah tegak di Nusantara. Karena itu wajib ditegakkan kembali. Pemahaman ini sangat keliru, irasional dan tidak logis; Sebab, jejak adalah bekas, tilas dan tanda yg menunjukkan keberadaan sesuatu, tapi bukan sesuatu itu sendiri. 


Jejak khilafah bukan khilafah itu sendiri. Jejak khilafah di Nusantara justru menunjukkan tidak ada eksistensi Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan Usmaniyah di Nusantara.


2) Jejak Khilafah yg ditampilkan oleh film tersebut berupa surat, bantuan tenaga pengajar agama Islam dan bantuan militer dari Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan Usmaniyah kepada kesultanan2 di Nusantara dimaknai oleh aktivis HTI sebagai futuhat dan penaklukan khilafah terhadap kesultanan2 di Nusantara. 


Hubungan kerjasama antar negara dianggap sebagai futuhat dan penaklukan. Padahal jejak2 itu menunjukkan hubungan diplomatik antar negara yg lazim di dalam hubungan internasional.


Rasulullah Muhammad saw sebagai kepala negara Madinah pernah mengirim surat ke raja Najasyi, Romawi, Persia, Muqauqis dan kerajaan lainnya. Surat2 dan delegasi yg dikirim Rasulullah saw merupakan jejak2 negara Madinah di kerajaan tujuan. Apakah dg surat2 dan delegasi tersebut menjadikan kerajaan2 tadi tunduk, bergabung dan menjadi bagian integral negara Madinah?!


Rasulullah saw juga pernah menerima hadiah dua orang jariyah pakaian pakaian dan seeokor bughlah (keledai) sebagai kendaraan engkau dari Raja Muqauqis. Hadiah2 tersebut adalah jejak2 Kerajaan Muqauqis di Madinah, apakah itu bukti bahwa negara Madinah telah bagian dari kerajaan Muqauqis?!


Negara Indonesia mengirim tenaga pengajar dan tenaga kerja ke Malaysia, mengirim bantuan ke Palestina, mendirikan masjid di di Maryland, Amerika Serikat, dan di Kabul, Afghanistan, mengirim imam masjid ke Jepang, dlsb.


Ini jejak2 Indonesia di negara lain. Apakah dg jejak2 tersebut, menjadi bukti bahwa Indonesia telah mem-futuh-kan atau menaklukkan negara lain?!


3) Aktivis HTI menjadikan jejak2 khilafah di Nusantara sebagai dalil historis akan tegaknya kembali khilafah di wilayah Indonesia. Padahal yg seharusnya diambil dari suatu fakta dan peristiwa sejarah bukan fakta dan peristiwa itu sendiri, melainkan hikmah, ibrah dan pelajaran di balik fakta dan peristiwa tersebut. 


Secara faktual Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan Usmaniyah tidak pernah tegak di Nusantara. Hikmahnya, Khilafah Tahririyah pun demikian. 


Kemustahilan tegaknya Khilafah Tahririyah di Nusantara diperkuat oleh hadits2 Nabi saw tentang khilafah ‘ala minhajin nubuwwah yakni Khilafah Mahdiyah yg akan berdiri di Arab.


Film Jejak Khilafah di Nusantara menunjukkan HTI miskin nalar dan narasi.Tidak mengandung nilai ilmiah. 


Film itu membajak sejarah Nusantara sebagai propaganda politik yg realitasnya hanya disantap oleh syabab2 mereka sendiri.


✍🏼 Ayik heriansyah


Sumber:

https://www.facebook.com/1983985045028511/posts/3396512333775768/

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda