Peran mbah Kiai Subkhi Merebut Kemerdekaan RI - HWMI.or.id

Friday 14 August 2020

Peran mbah Kiai Subkhi Merebut Kemerdekaan RI



PERAN MBAH KYAI SUBKHI MEREBUT KEMERDEKAAN RI 

Peran serta kyai dan ulama N U dalam merebut kemerdekaan di Indonesia tidaklah bisa dinilai kecil. Ada banyak hal yang dilakukan oleh mereka. Diantaranya adalah mendoakan dan membantu para pejuang, dan langsung ikut berjuang dengan bersenjatakan bambu runcing.

Bambu runcing adalah sebatang bambu berkisar panjangnya kurang lebih dua meter yang dibuat runcing pada salah satu atau kedua ujungnya. Peralatan yang sederhana ini banyak digunakan dan telah menjadi senjata massal pada masa perang kemerdekaan dalam melawan penjajah. Dalam masa perang kemerdekaan senjata tradisional banyak sekali yang digunakan dalam melawan senjata modern milik penjajah.

Sebelum digunakan ke medan pertempuran, bambu runcing “disepuh” dulu oleh para kyai, seperti Mbah Kyai Subkhi di Parakan Temanggung yang memberikan bekal berupa doa kepada para pejuang sambil berbaris dengan bambu runcingnya masing-masing.

Seperti yang diceritakan oleh KH. Istakhori Sam’ani, para pemuda hizbullah (tentara / lasykar santri) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat) berbondong-bondong datang menghadap Mbah Kyai Subkhi untuk memohon gemblengan dan wejangan. Salah satu metode yang digunakan adalah meniupkan di pucuk bambu runcing dengan membaca ayat Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 17 dibaca 3 kali tanpa bernafas. Sebelumnya para pejuang dituntun untuk membaca syahadatain. Setelah mendapatkan wejangan dan berdoa mohon perlindungan dari Allah SWT, mereka juga diberi ijazah doa oleh Mbah Kyai Subkhi, adapun doanya adalah sebagai berikut : BISMILLAHI BIAUNILLAHI 3x, ALLAHU YA HAFIDZU 3x, ALLAHU AKBAR 3x, ILAHANNA YA SAYYIDANA ANTA MAULANA ‘ALAL QAUMIL KAFIRIN.

Menurut riwayat yang pernah di sampaikan oleh KH. Muhaiminan Parakan, kegiatan penyepuhan pada awalnya ditempatkan di kediaman KR. Sumomihardho, karena membludaknya pejuang yang datang ingin meminta wejangan dan “ngalab” berkah doa, maka tempat tersebut tidak lagi dapat menampung orang yang ingin menyepuh bambu runcing, kemudian tempatnya dipindahkan ke rumah Mbah Teguh yang saat itu berfungsi sebagai gedung BMT di jalan Masjid Kauman Parakan.

Karena masih juga tidak mampu menampung dan melayani sendiri orang yang datang, maka KR. Sumomihardho mengadakan musyawarah dengan para kyai sepuh dirumah KH. Abdurrahman Karang Tengah Parakan.

Sumber:https://www.facebook.com/100005844121472/posts/1540982249439898/?app=fbl

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda