Hizbut Tahrir Indonesia, Keberadaan Dan Misi Yang Sama - HWMI.or.id

Wednesday 2 September 2020

Hizbut Tahrir Indonesia, Keberadaan Dan Misi Yang Sama

 HTI, KEBERADAAN DAN MISI YANG SAMA 



Sejak pertama kali dibubarkan pertengahan Agustus tahun 2019 lalu, sikap intoleransi HTI masih tumbuh kian subur. Sama seperti FPI yang berganti nama menjadi KMPFMUI, PA 212 dan sejenisnya, keberadaan HTI hanya berganti nama dengan misi yang sama.


Idelogi HTI kebanyakan menyasar kepada generasi penerus, berisi benih-benih kebencian kepada pemerintah karena memang tujuannya untuk menghancurkan negara. Konon, mereka memang bukan pembaga agama Islam karena justru ulama-ulama Islam yang menjadi satu dari sekian sasaran mereka, seperti Habib Luthfi bin Yahya.


HTI dikenal memiliki banyak ustad yang baru belajar agama, banyaknya para mualaf yang menjadi ustad. Kenapa demikian, karena memang tujuannya untuk mencuci otak. Tentu lebih mudah mencuci otak orang yang baru belajar agama, daripada yang paham betul agamanya, terutama lulusan pesantren.


Paling tidak, ada tingkatan ilmu agama hingga seorang bisa disebut sebagai alim agama (ustad, kiai). Berbeda dengan HTI, mereka hanya membalikan dengan menggembar-gemborkan fenomena hijrah sebagai landasan utamanya. Rasanya, mereka seperti bukan mabuk agama, tetapi mabuk kebodohan. Janggut lebat, celana cingkrang, cadar, dan poligami suka-suka sudah menjadi jati diri mereka. Kelakuan yang tak ubahnya seperti Arab Jahiliyah tetapi merasa ahli surga.


Sebelumnya banyak diberitakan di media-media bahwa akun Facebook Abdul Halim telah menghina ulama NU, Habib Luthfi bin Yahya (Rabu, 19/8). Ketua PC GP Ansor Bangil, Pasuruan Saad Muafi, berkordinasi dengan Korcab Banser Pasuruan Hariono. Hasilnya. GP Ansor diharuskan tabayun secara langsung kepada Abdul Halim.


Muafi bergerak memimpin aksi tabayun ke rumah Abdul Halim di Rembang pada pukul 10.00 WIB dan tiba pada pukul 10.30 WIB. Dalam tabayun itu, Abdul Halim mengakui semua apa yang dituduhkan PC GP Ansor Bangil, termasuk mengakui penulisan status pada akun facebooknya yang berisi penghinana kepada Habib Luthfi.


Selanjutnya, Banser bergerak ke lembaga pendidikan di Desa Kalisat tempat yang digunakan pertemuan antar anggota HTI, Yayasan Al Hamidy Al Islamiyah. Ketika sedang bernegosiasi dengan Zainulloh, pimpinan yayasan tersebut, PC GP Ansor menemukan foto Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam kondisi dicoret-coret. Matanya dicoret, diberi kumis tambahan seperti bentuk ketidaksukaan HTI sekaligus bullying bagi Jokowi.


Banyak juga ditemukan buletin terbitan HTI. Lokasi tersebut juga tidak terpasang bendera Merah Putih, sekalipun masih dalam momen kemerdekaan, bulan Agustus. Zainullah malah menantang Banser untuk menangani masalah ini ke ranah hukum. Karena apa yang telah diperbuat, PC GP Ansor Bangil berupaya menempuh jalur hukum untuk menutup Yayasan Al Hamidi Al Islamiyah pimpinan Zainulloh.


Semoga penegak hukum kali ini tidak kalah dari tekanan massa pengikut ormas terlarang HTI. Jelas-jelas ormas ilegal ini sudah tidak boleh beredar lagi, apalagi dengan angkuhnya menghina kiai NU sebagai ormas yang diakui negara. Pemerintah harus turun tangan menutup yayasan HTI, jangan sampai ideologi terlarang dibiarkan karena rasa kemanusiaan. Tetapi akhirnya dapat merusak mental generasi mendatang. (Ahn/dakwahnu)

www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda