Waspada! Teliti Memasukkan Anak Ke Pesantren - HWMI.or.id

Monday 7 September 2020

Waspada! Teliti Memasukkan Anak Ke Pesantren

 TELITI MEMASUKKAN ANAK KE PESANTREN

Jangan salah memasukkan anak ke pesantren. Teliti dulu paham keagamaan yang diajarkannya. Jangan hanya karena bangunannya megah, programnya menghafal Al-Qur'an (tahfidz), dan nama pesantrennya mencatut nama para sahabat dan ulama besar Ahlussunah wal Jama'ah seperti Abu Hurairah, Salman al-Farisi, Imam Syafi'i, Imam Bukhori, Ibnu Hajar dan lain-lain, lantas langsung begitu mudahnya mendaftarkan anak untuk belajar di pesantren tersebut. Ternyata setelah beberapa saat kemudian barulah timbul penyesalan orangtuanya karena anaknya telah didoktrin dengan ajaran Wahabi yang akidah dan amaliyahnya banyak yang menyimpang dari paham Ahlussunah wal Jama'ah (Aswaja). 

Sebagaimana kita ketahui bahwa golongan Wahabi seringkali menyebarkan keresahan di kalangan umat Islam dengan berani manyalahkan akidah dan amalan golongan Aswaja dengan cap bid'ah, syirik dan kafir. Padahal tuduhan yang tidak benar itu akan berbalik kembali kepada penuduhnya. Mereka justeru menebarkan permusuhan dan kebencian kepada umat Islam lainnya yang berbeda dengan mereka. Bahkan kebanyakan yang menjadi teroris lewat bom bunuh diri itu ternyata berpaham Wahabi. 

Mereka juga seringkali memahami dan mengajarkan Islam secara sempit, picik, kaku, dan tekstual. Memahami Al-Qur'an dan hadits hanya sebatas apa yang tertulis pada teks atau pakai terjemahannya saja. Ini justeru sangat fatal dan berbahaya. Sebab kedua sumber utama hukum Islam itu harus dipahami dengan keilmuan yang baik, benar dan utuh. Perlu dilakukan pengkajian dari sudut kebahasaan dan kandungan ilmu yang tersembunyi dalam teks-teks dalil tersebut dengan cara penggalian lewat disiplin keilmuan yang dibutuhkan seperti ilmu nahwu-sharaf, manthiq (logika) balaghah (sastra Al-Qur'an), Ushul fiqh (teori hukum Islam),.ulumul hadits dan ulumul Qur'an .

Akidah (keyakinan) yang menyimpang dari mereka sangatlah fatal seperti menganggap ALLAH memiliki anggota tubuh, padahal ajaran Aswaja mengajarkan bahwa ALLAH itu bersifat mukholafatu lil hawaditsi (berbeda dengan makhluk) dan qiyamuhu binafsihi (tidak membutuhkan tempat, penentu, apapun dan siapapun). Bahkan yang menganggap ALLAH sama dengan makhluk bisa dikategorikan kufur. Selain itu juga mereka menganggap orang tua Rasulullah Saw sebagai kafir, haram pula menziarahi kuburan Nabi saw di Madinah, mengharamkan ziarah kubur, tawassul dan tabarruk (ngalap berkah), dan banyak penyimpangan lain yang mereka lakukan. Alhasil, waspadalah dalam memasukkan anak ke lembaga pendidikan. Jangan sampai salah masuk.

Cep Herry Sarifuddin

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda