Katib Aam PBNU Sebut Tiga Faktor Keberkahan NU - HWMI.or.id

Wednesday, 17 February 2021

Katib Aam PBNU Sebut Tiga Faktor Keberkahan NU

 Katib Aam PBNU Sebut Tiga Faktor Keberkahan NU 

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan, untuk mencapai derajat ulama, seseorang harus mempunyai tiga faktor. Ketiga faktor inilah yang menjadi sumber keberkahan NU sehingga NU hari ini menjadi organisasi terbesar di dunia.     


 "Ketiga faktor NU menjadi berkah adalah ilmu dan dedikasi, ri'ayatul ummah, dan ikhlas," ujarnya.   Hal ini disampaikan pada puncak acara Tasyakuran Tahunan Pesantren Ihya Ulumaddin (PPAI) Kesugihan Cilacap, Rabu (11/2) malam pekan lalu.   Disampaikan, pertama  adalah faktor ilmu dan dedikasi. Seseorang dikatakan sebagai ulama karena punya ilmu dan menjadikan ilmu sebagai jalan hidup (tariqatul ilmi). Mereka belajar bukan sekedar untuk mengisi pikiran. Akan tetapi menjadikan ilmu sebagai jalan hidup dengan totalitas untuk berkhidmah.   


"Seseorang disebut sebagai kiai pastinya memiliki dedikasi kesetiaan terhadap ilmu dan perjuangan yang luar biasa. Mereka tidak menyimpan ilmunya untuk dirinya sendiri melainkan diajarkan kepada orang lain. Jadi intinya, seseorang meraih pangkat kiai bila dia punya ilmu dan mau mengajarkan ilmunya," terangnya.    


Yang kedua lanjut Gus Yahya, adalah ri’ayatul ummah, ngopeni umat. Seorang kiai di samping harus berdedikasi terhadap ilmu juga ngopeni, melayani apa kebutuhan umat. Melayani keluh kesah umat. Jadi tidak hanya mengurus santri tapi juga terjun di masyarakat.    "Yang ketiga adalah ikhlas. Ikhlas artinya adalah ketulusan atau kerelaan. Santri dan guru sama-sama ikhlasnya. Santri belajar karena niat mencari ilmu (talabul ilmi), sedang guru mengajar karena mencari ridha Allah. Maka Ikhlas di kalangan NU sudah menjadi budaya," tegasnya.    


 Gus Yahya pun mengingatkan kepada hadirin agar senantiasa menjaga keikhlasan. Karena ikhlas adalah sumber dari barokah.    “Ojo sering sambat, ndak ora barokah, mergo sumbere keberkahan kuwi ikhlas. Ngaji ora usah angen-angen dadi wong alim, yang penting ngaji mugo-mugo diridhani Allah (Jangan suka mengeluh, nanti tidak barokah. Karena sumber keberkahan adalah ikhlas. Ngaji tak usah berangan-angan jadi orang alim. Yang penting mengaji sambil berharap semoga diridlai oleh Allah)”, tuturnya.   


Berbicara tentang barakah, Gus Yahya menyampaikan bahwa jamiyah yang terbukti barakahnya adalah Nahdlatul Ulama. Sesuatu yang barakah pasti berkembang. Karena arti barakah adalah tambah. Dan keberkahan Nahdlatul Ulama adalah karena didirikan oleh para ulama yang shaleh dan ikhlas.    


“NU berkah karena didirikan oleh orang-orang shaleh yang benar-benar ikhlas dalam mengupyakan maslahat untuk agama dan masyarakat.  Sehingga NU menjadi organisasi besar tidak hanya di Indonesia tapi di dunia,” katanya.   Gus Yahya juga mengingatkan kepada para pengurus NU bahwa kebesaran NU bukan sekadar hasil kiprah para pengurusnya, melainkan berkat wadzifah ulama.    


“NU menjadi besar bukan hasil dari organisasi, melainkan hasil dari wadzifah-wadzifah yang dilakoni oleh kiai NU. Yang mau menjaga husnudzan jamaah terhadap NU yang alhamdulillah masih bisa dilihat hari ini,” pungkasnya.   Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap KH Maslahudin kepada NU Online, Ahad (14/2) mengatakan, mencari orang pinter dan shalih memang banyak, tapi mencari orang pinter dan  muslih yang mau mengajak orang lain shalih dibarengi ikhlas itu yang jarang.    


"Inilah yang diajarkan para ulama sesepuh NU dahulu sehingga NU selalu diberi kemenangan, kesuburan, dan kejayaan," terangnya.    Acara pengajian digelar dengan protokol kesehatan dan disiarkan secara virtual sehingga masyarakat umum bisa mengikuti dari rumah. Bahkan ziarah kubur pun hanya diikuti oleh keluarga pesantren. Kendati demikian, rangkaian agenda acara tetap berjalan lancar.  


Kontributor: Naeli Rokhmah Editor: Abdul Muiz (NU Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda