NU Sebagai Inspirasi Perdamaian Dunia - HWMI.or.id

Sunday 14 February 2021

NU Sebagai Inspirasi Perdamaian Dunia


NU SEBAGAI INSPIRASI PERDAMAIAN DUNIA

[Catatan Dari Talk Show Internasional Harlah NU Ke 98]

Sabtu siang, 13 Pebruari 2021, bersamaan dengan momen Harlah NU ke 98 versi hijriyah, Paseban Darma Nawa Jurangwugu Jedong Malang mendapat kehormatan menjadi tuan rumah acara "Talk Show Internasional" dalam rangka Pra Makesta IPNU-IPPNU UIN Maliki Malang. Hadir sebagai pembicara dalam acara ini Dr. Syaikh Sulaiman Hasan  dari Libya.


Sebagaimana acara seremonial ke-NU-an lainnya, acara diawali dengan Pembacaan ayat suci al-Qur'an, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars IPNU-IPPNU, dan lagu Yalal Wathon. Syaikh Sulaiman, walau tidak sepenuhnya paham arti dari lagu-lagu yang dinyanyikan tetapi beliau terlihat khusyuk dan khidmat.


"Lagu kebangsaan Indonesia Raya ini bukan lagu sembarangan. Ia lahir dari rahim sejarah bangsa Indonesia yang panjang. Lagu ini muncul pada saat para pemuda berkumpul menyatukan tekad dan mimpi, yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Dalam kondisi terjajah, pemuda-pemudi Indonesia berkumpul untuk menyatukan impian kemerdekaan, yang kemudian terungkap dalam lagu ini. Padahal kalau melihat situasi saat itu, sangat mustahil Indonesia bisa merdeka. Namun karena kebulatan tekad para pemuda yang berkumpul saat itu--sebagaimana kalian berkumpul saat ini--sehingga kemerdekaan itu akhirnya bisa digapai." Syaikh Sulaiman memulai pemaparannya dengan mengupas histori lagu Indonesia Raya.


"Seiring perjalanan waktu, akhirnya kemerdekaan bangsa Indonesia bisa diraih. Selanjutnya bagaimana menjaga kemerdekaan ini dari rongrongan musuh. Maka kemudian, seorang ulama NU, yaitu KH. Wahab Hasbullah menggubah syair yang juga monumental, Yalal Wathon. Konten lagu ini membangkitkan semangat seluruh rakyat Indonesia khususnya umat Islam untuk menjaga amanah kemerdekaan yang telah digapai ini. Sehingga sampai saat ini kita bisa menikmati anugerah kemerdekaan yang dulu diimpikan oleh para pemuda dan dipertahankan oleh para pahlawan. Lagu Indonesia Raya dan Yalal Wathon adalah kombinasi semangat membara dalam upaya mewujudkan terbangunnya negara yang adil berdaulat. Karena spirit lagu ini mengobarkan semangat untuk mempertahankan, mencintai, dan berjihad untuk tanah air tercinta." Setelah membahas lagu Indonesia Raya, pakar pemikiran Islam asal Libya ini kemudian mengupas urgensi lagu Yalal Wathon bagi eksistensi bangsa Indonesia.


Setelah mengupas urgensi lagu kebangsaan, Syaikh Sulaiman kemudian memaparkan kekaguman beliau kepada NU. Menurut Syaikh Sulaiman, di dunia ini terdapat banyak organisasi keagamaan  politik, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Namun dirinya justeru lebih tertarik pada NU. Dan untuk mengetahui NU, butuh kajian yang mendalam dan komprehensif.


Sebagai organisasi keagamaan, NU memiliki manhaj (metodologi) dakwah, tarbiyah, harakah, yang berbeda dengan komunitas lainnya. NU mampu mempertahankan eksistensinya di tengah keragaman yang niscaya. Keragaman budaya, bahasa, agama, suku, dan ras menjadi adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh NU. Namun keragaman itu tidak memghalangi nu untuk terus berkhidmah kepada umat, bangsa dan negara.


NU memiliki kiprah dalam upaya mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Walau bangsa Indonesia dulu berada dalam kondisi dijajah oleh Belanda, namun NU selalu konsisten untuk mendidik umat. NU melalukan pendidikan dan pembinaan keagamaan agar umat Islam di negeri ini tetap di jalur Islam Ahlussunnah Waljamaah dan tidak terpengaruh ajaran-ajaran yang mempropagandakan takfir (mengkafirkan), tabdi' (membid'ahkan), takhthi' (gampang menyalahkan), dan tadhlil (menyesatkan) orang lain. Iklim keberagamaan berhaluan Aswaja ini terus dijaga oleh NU sejak zaman penjajahan hingga saat ini.


Dalam rangka membentengi umat dari ancama gerakan destruktif diatas, NU memiliki pegangan kaidah "Al-Muhafadhatu 'alal qodimis sholih, wal ahdu 'alal jadidil ashlah", yaitu menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Artinya, dengan berpegang pada kaidah di atas, NU tidak mudah menyalahkan kebiasaan lama masyarakat yang memiliki nilai positif serta tidak bertentangan dengan syariat.



NU juga memiliki kiprah besar di dalam rangka menjaga umat dan bangsa ini agar tidak terjebak dalam pusaran konflik yang mengakibatkan peperangan, pertikaian, dan perpecahan. Kiprah NU ini ditopang sepenuhnya oleh para Ulama' dan Fuqaha yang melimpah di dalam tubuh NU.


NU juga berkiprah dalam upaya melestarikan adat budaya yang tidak menyalahi syariat dan tetap sesuai dengan nurani kemanusiaan. Disinilah NU mampu menerjemahkan Islam sebagai agama Rahmatan Lil 'Alamin. Karena sejatinya, Islam ini tidak hanya diturunkan kepada satu suku, satu bangsa, atau satu ras tertentu. Tetapi Islam untuk seluruh umat manusia dengan keragaman suku, ras, adat, dan budaya. Sehingga ketika Islam berhadapan keragaman budaya dan tradisi, bukan untuk dibentur-benturkan. Tetapi dicari nilai-nilai positifnya dan tidak bertentangan dengan nurani kemanusiaan. Pelajaran inilah yang dipedomi oleh para Ulama, para Wali, para Sholihin, para kiai NU sebagai pengemban amanah dakwah.


Misalnya dalam berpakaian, yang terpenting adalah menutup aurat. Terkait model dan bentuknya, terserah komunitas penggunanya. Tidak ada kewajiban untuk mengenakan pakaian bangsa tertentu. Karena bisa jadi, pakaian etnis tertentu tidak cocok dipakai oleh etnis lain. Baju untuk daerah tertentu tidak pas jika dipakai ke dalam hutan, dan seterusnya.


Kepiawaian NU di dalam menerjemahkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin, menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak yang memeluk Islam. NU menjadi oase kebangsaan dan keagamaan, tidak hanya di Indonesia, tetapi di dunia. Hal ini karena NU berpegang pada uslub dakwah yang dianjurkan oleh Rasulullah, yaitu dengan hikmah (bijaksana), mau'idzah hasanah (pitutur yang santun), layyin (lemah lembut), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan tawassuth (moderat). Dalam berdakwah, NU tidak merapkan kekerasan.


Konsep dakwah ini juga dicontohkan oleh Sunan Kudus, salah seorang anggota Wali Songo. Dimana beliau tidak mau memotong dan memakan sapi karena tahu masyarakatnya saat itu sangat memuliakan sapi. Sehingga proses dakwah Sunan Kudus tidak mendapatkan pertentangan dari masyarakat sekitar. Contoh kebijaksanaan Wali Songo inilah yang kemudian menginspirasi konsep dakwah NU.


Dalam berinteraksi dengan agama lain, NU sangat menjaga keharmonisan dan toleransi dengan senantiasa menjalin silaturrahmi yang intens. Karena dalam pandangan NU, menyampaikan dakwah itu tidak hanya kepada sesama Muslim, tetapi juga kepada yang non Muslim. Karena bagaimanapun juga, mereka yang non Muslim itu juga umat Rasulullah. Lalu bagaimana kita akan berdakwah dan mengajak mereka kepada Islam jika kita bermusuhan dengan mereka. Bagaimana kita akan menuntun mereka mengenal Rasulullah jika kita membenci mereka. Dalam hal ini NU memiliki tugas untuk mengawal proses hidayah bagi yang non Muslim.


Hubungan NU dengan negara pun berjalan dengan baik. Negara Bangsa yang bernama Indonesia ini menyerupai Negara Madinah yang dibangun oleh Nabi. Karena di dalam Negara Bangsa bernama Indonesia terdapat banyak agama, ras, suku, dan komunitas bangsa. Sebagaimana ketika Nabi membangun Negara Madinah, di dalamnya banyak terdapat suku dan agama. Sehingga merawat Indonesia menjadi kewajiban bersama seluruh elemen bangsa termasuk NU.


Tentang konsep Jihad, NU memiliki konsep yang dinamis. Mengajarkan dan mengenalkan Islam kepada orang lain dengan metode hikmah, mau'idzah hasanah, dan kelembutan adalah jihad yang dijalani oleh NU. Namun dalam kondisi tetentu, NU memiliki komitmen untuk berjihad menolak musuh dan permusuhan. Kondisi ini yang meniscayakan lahirnya Resolusi Jihad yang dikomandani oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari. Tetapi jika dalam kondisi stabil, NU berjihad untuk merumuskan produk-produk hukum aktual melalui forum-forum Bahtsul Masail-nya.


"Walhasil, saya kesengsem kepada NU. Karena NU adalah organisasi keagamaan yang kaya dengan khazanah dan berkomitmen menguatkan tatanan nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. NU tidak hanya menjadi oase bagi bangsa Indonesia, tetapi menjadi inspirasi bagi iklim perdamaian dunia." Syaikh Sulaiman menutup pemaparannya dengan ungkapan kekaguman kepada NU.



Alhamdulillah, acara Talk Show Internasional yang dihelat di Paseban Darma Nawa ini berjalan sukses dan lancar. Diikuti oleh sekitar 50 peserta offline dan 250 perserta online. Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata oleh Ketua IPNU kepada Syaikh Sulaiman sebagai pemateri, dan oleh Ketua IPPNU kepada Bang Oemar sebagai moderator dan penerjemah.


"Nikmat menjadi bangsa Indonesia yang ber-Islam Ahlussunnah Waljamaah adalah anugerah terbesar yang harus disyukuri, sembari menjaga NU sebagai warisan para Ulama' pendiri bangsa." (Bang Oemar)


Yassalam...

(Bang Oemar Hawariy)

Jedong Malang, 14 Pebruari 2021


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda