Ciri-ciri Terorisme Menurut Nabi Muhammad
Mungkin sebagian orang kaget atas peristiwa terorisme. Mereka kaget sambil bertanya-tanya: “Masa orang yang getol mengaku paling shaleh dalam beragama, ternyata paling keras dalam berdakwah?”
Agama memang tidak mengajarkan pemeluknya melakukan tindakan yang menzalimi orang lain. Agama selalu mengajarkan pemeluknya melakukan perbuatan yang baik (amalu ash-shalihat). Salah satunya, menghormati perbedaan antar sesama, mulai perbedaan pemikiran hingga perbedaan keyakinan.
Pentingnya menghormati perbedaan ini telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad. Nabi belum pernah merusak tempat ibadah agama lain. Nabi tetap menjaganya dengan tidak merusaknya. Karena, merusak tempat ibadah merupakan bagian yang dilarang oleh agama Islam.
Aksi-aksi terorisme dengan bom tempat ibadah non-muslim adalah tindakan yang zalim. Pelaku teror ini telah menzalimi sesamanya dengan merusak harta agama mereka. Bukankah menjaga agama adalah sesuatu yang diwajibkan dalam Islam? Mungkin pelaku teror lupa atau pura-pura lupa terhadap perintah agama tersebut?
Mantan narapidana teroris Ali Imran menyebutkan dalam sebuah stasiun televisi kemarin, bahwa masih banyak orang mendaftar menjadi teroris. Mereka berebutan ingin melakukan bom bunuh diri. Tentu, orang ini sudah hilang akal sehatnya. Mereka tidak mampu mengontrol hawa nafsunya untuk tidak menghabisi sesamanya. Mereka, seperti disebutkan dalam surah at-Tin, lebih hina dari binatang.
Orang berbondong-bondong mendaftarkan diri menjadi teroris, lanjut Ali Imran, dilatarbelakangi oleh spirit jihad yang keliru. Mereka menganggap terorisme adalah jihad yang dapat mengantarkan mereka masuk surga, bahkan dapat memberikan syafaat kepada keluarganya.
Sungguh, pemikiran para pelaku terorisme sangat ngawur bin konyol. Merek berpikir tidak menggunakan otak. Mungkin, otaknya diletakkan di dengkulnya. Mereka melakukan sesuatu hanya dikendalikan oleh nafsunya sendiri dan mereka tidak mampu melihat kebenaran yang disampaikan orang lain.
Terkait munculnya terorisme di era mutakhir ini, Nabi Muhammad menggambar ciri-cirinya pada 1400 tahun yang lalu. Pertama, pelaku terorisme adalah pemuda yang semangat sekali dalam beragam. Kedua, mereka bodoh dalam beragama, tapi paling baik ibadahnya.
Ciri-ciri terorisme yang disampaikan Nabi Muhammad tersebut dapat memberikan gambaran untuk mengklasifikasikan orang itu teroris atau bukan. Karena, orang yang baik (bukan teroris) tidak merasa paling shalih dan paling baik. Sehingga, orang ini selalu belajar, meski dirinya tahu. Mereka tidak mudah menganggap dirinya paling baik. Karena, hanya Tuhan yang tahu kualitas ketakwaan hamba-Nya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa teroris sudah muncul pada masa Nabi Muhammad. Pelakunya bernama Dzul Khuwaisirah. Dia yang berani mengklaim Nabi Muhammad tidak berlaku adil dalam membagikan harta rampasan perang (harta ghanimah). Sehingga, tindakan Dzul Khuwaisirah ini membuat Nabi marah.
Kemudian tindakan terorisme mulai tampak di permukaan pada masa pemerintahan Ali Ibnu Abi Thalib. Terorisme mulai berkembang dari mulai satu orang pada masa Nabi, menjadi kelompok pada masa Ali. Kelompok teroris ini disebut dengan Kelompok Khawarij. Kelompok ini getol mengkafirkan Ali dan pengikutnya.
Kelompok Khawarij persis teroris pada era mutakhir. Mereka menghalalkan darah saudaranya sendiri, karena dianggapnya kafir. Mereka merasa paling benar dibandingkan orang lain. Mereka tidak mau mengakui perbedaan.[] Shallallah ala Muhammad
(Khalilullah/harakatuna.com)