Habib Jindan: Ramadhan Syahrul Qur-an Bukan Syahru Sinetron - HWMI.or.id

Thursday, 15 April 2021

Habib Jindan: Ramadhan Syahrul Qur-an Bukan Syahru Sinetron

 Habib Jindan: Ramadhan Syahrul Qur-an Bukan Syahru Sinetron



Bulan Ramadhan adalah syahrul Qur'an, bukan syahru sinetron. Bangunlah malam, (jalankan) tahajud, tutup tv dulu. Semoga Allah berikan anugerahnya dan Allah berikan pandangan rahmatnya buat kita sekalian.

Demikian penegasan Habib Jindan bin Novel bin Salim pada kajian tentang Kalam Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi di Yayasan Al-Fachriyah, Tangerang, Banten, Senin (12/4) dikutip dari NU Online. 


 


Ia mengungkapkan bahwa kedatangan bulan suci Ramadhan merupakan rahmat bagi orang-orang yang menghargai.

Habib Jindan sebelumnya menjelaskan, Nabi Muhammad SAW pernah memanjatkan doa pada bulan Ramadhan, Allahumma Sallimna min Ramadhan wa Sallim Ramadhan minna, yang artinya, "Ya Allah selamatkanlah kami dari bulan suci Ramadhan dan selamatkanlah bulan Ramadhan dari kami. Kenapa bisa kita minta diselamatkan dari bulan Ramadhan, padahal bulan tersebut merupakan bulan yang mulia bagi umat Islam?" ujarnya. 


Tidak hanya itu, sambung dia, bulan Ramadhan juga datang membawa kutukan bagi orang-orang yang menodai. "Jangan sampai kita menjadi orang yang menodai Ramadhan hingga bukan dapat rahmat melainkan dapat laknat," ucap murid Al-Habib Umar bin Hafidz, Hadramaut, Yaman itu.

Oleh sebab itu, sebagai umat Islam diharuskan untuk menjaga dan mengagungkan bulan yang mulia ini. Hiasi kesehariannya dengan membaca Al-Qur’an, zikir, dan lain sebagainya. Cari pertolongan hanya kepada Allah melalui shalat dan sabar (bis shobri was sholah). 


 


"Bersyukur sama Allah kita masih bisa hidup hingga kita bisa mengalami malam pertama Ramadhan. Berapa banyak saudara kita tahun lalu bertemu bersama kita di bulan Ramadhan, tapi di tahun ini sudah di dalam tanah terkubur," ujarnya.


Lebih lanjut, Habib Jindan juga mengingatkan untuk selalu menjaga diri dengan hal-hal kebaikan selama bulan Ramadhan. Antara lain adalah menghindari ghibah, namimah, serta menjaga perut dari makanan yang haram.


Ia menjelaskan dengan mengutip beberapa riwayat bahwa dosa ghibah lebih dahsyat daripada tiga puluh perzinahan. "Ngomongin keburukan orang, oh dia pendek, dia hitam, dia jelek, hadza haram, dan itu lebih dahsyat (dosanya) ketimbang tiga puluh perzinaan," tegasnya.


 

Sedangkan perut yang digunakan untuk menahan lapar dan dahaga dalam berpuasa, jangan sampai menjadi sia-sia lantaran berbuka dengan sesuatu yang diharamkan Allah SWT. Perbuatan seorang yang mencerminkan kemaksiatan kepada Allah, bahkan dilakukan ketika Ramadhan, akan mendatangkan malapetaka dan bencana besar baginya. 


 


Bulan Ramadhan, terangnya, sudah umum diketahui bahwa pahala sunnah yang dikerjakan akan dilipatgandakan menjadi pahala wajib. Sedangkan pahala wajib akan dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali lipat. Namun, apabila melakukan kemaksiatan, maka dosa juga dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali lipat. 

"Sebagaimana yang taat dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali maka yang haram dan perbuatan haram juga akan dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali, wal iyadzu billah," jelas Habib kelahiran Sukabumi, Jawa Barat itu. 

Karena itu, Habib Jindan menyerukan agar umat Islam menghindari hal-hal buruk selama Ramadhan. Gunakan kesempatan emas ini untuk melakukan kegiatan positif dan bermanfaat dengan ibadah, zikir, baca Al-Qur'an dan lain sebagainya sehingga kita bisa meraih kemenangan dan kemuliaan di bulan yang penuh berkah ini. 


Editor: Kendi Setiawan

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda