Dakwah Provokatif Ustadz Dadakan di Tengah Paniknya Masyarakat Menghadapi Virus Corona - HWMI.or.id

Wednesday 14 July 2021

Dakwah Provokatif Ustadz Dadakan di Tengah Paniknya Masyarakat Menghadapi Virus Corona

Dakwah Provokatif Ustaz Dadakan di Tengah Paniknya Masyarakat Menghadapi Virus Korona

By: Khalilullah

Berdakwah merupakan kebiasaan Nabi ketika menyebarkan agama Islam. Mulai berdakwah secara terang-terangan sampai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Hingga, ajaran Islam dapat diterima dengan hati tanpa paksaan sedikitpun. Nabi kemudian memiliki pengikut (yang biasanya disebut dengan “sahabat”) yang banyak. Termasuk sahabat beliau, di antaranya, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.

Mengutip dari Harakatuna.com, sebagai aktivitas rutin Nabi, dakwah tetap dilakukan sampai sekarang. Biasanya orang yang gemar berdakwah disebut dengan da’i (yang terambil dari bahasa Arab da’i atau orang yang mengajak). Istilah lain dari da’i adalah ustaz (yang terambil dari bahasa Arab juga ustadz atau setara dengan muallim, pengajar). Ustaz di era sekarang menjadi sebutan yang ngetrend, meski sebutan ini disematkan secara bebas tanpa melewati tahap ujian yang ketat seperti orang yang ingin menyandang pangkat sarjana, magister, doktor, bahkan profesor.

Tidak terujinya penyematan ustaz mengantarkan banyak orang tiba-tiba mengaku dirinya sebagai ustaz atau yang lebih akrab disebut dengan ustaz dadakan. Biasanya ustaz dadakan ini hanya bermodalkan hafalan ayat Al-Qur’an dan hadis kemudia mereka berdakwah di depan publik. Mereka tidak peduli apakah yang disampaikan tersebut sesuai dengan maksud Al-Qur’an dan hadis atau belum. Bahkan, ustaz dadakan ini juga merasa pe-de karena memiliki pengikut atau follower yang lumayan banyak, sebut saja, ratusan ribu, bahkan jutaan follower.

Saya tidak mempersoalkan jumlah follower-nya. Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah pesan dakwah yang disampaikan. Sangat disayangkan dengan follower yang banyak, ustaz tersebut gemar memprovokasi massa. Semisal, pada situasi panik Covid sekarang ustaz provokatif masih sempat-sempatnya menyebut Covid adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk menyerang orang kafir. Sedang, orang kafir, yang mereka maksud, adalah para pemeluk agama di luar Islam. Bentuk provokatif semisal ini dapat menghadirkan perpecahan antar pemeluk agama.

Selain itu, uztaz provokatif gemar sekali membodoh-bodohi jamaahnya atau follower-nya untuk menentang keputusan pemerintah terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Mereka menuduh pemerintah sebagai PKI, meski mereka sendiri tidak tahu PKI itu apa dan bagaimana. Ustaz provokatif juga menguatkan ke-PKI-an pemerintah dengan penutupan masjid sementara selama masa PPKM. Mereka membuat narasi bahwa pemerintah melarang orang beribadah.


Narasi provokatif yang disampaikan oleh ustaz provokatif sangat membahayakan mindset masyarakat. Masyarakat tidak akan percaya lagi atau memusuhi pemerintah. Padahal, Islam sendiri memerintahkan pemeluknya untuk taat terhadap pemerintah atau pemempin yang sah selain taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mentaati pemerintah bisa dilakukan dengan mendukung keputusan yang disampaikan oleh pemerintah. Sehingga, peraturan ini berjalan dengan baik.

Ustaz provokatif sangat membahayakan eksistensi suatu negara. Negara akan hancur karena pemerintah dan rakyat sering terjadi chaos. Pertanyaannya, apakah rela Indonesia, misal, hancur karena rakyat sudah tidak mentaati peraturan yang disampaikan pemerintah? Padahal, mentaati pemerintah sama saja dengan mencintai suatu negeri. Kecintaan terhadap negeri adalah bukti balas budi seseorang terhadap tanah airnya di mana ia lahir dan dibesarkan.

Pentingnya menjaga tanah air termasuk bagian dari syariat Islam. Nabi Muhammad ketika meninggalkan tanah airnya Mekkah untuk hijrah ke Madinah, hatinya sedih. Sampai Nabi ditakdirkan kembali lagi ke Mekkah dengan membawa kemenangan. Nabi juga sering mendoakan Mekkah. Berkat doa beliau, Mekkah menjadi tanah haram, tanah yang diharamkan terjadi pertumpahan darah. Mekkah menjadi negeri yang mulia dan subur (baldatun thayyibah wa rabbun ghafur).

Selama hidupnya, Nabi tidak pernah menjelek-jelekkan tanah airnya sendiri. Nabi mencintai Mekkah dengan hati. Bahkan, Nabi tidak pernah melakukan dakwah yang provokatif di Mekkah. Nabi berdakwah dengan cinta. Karena, dakwah yang disampaikan dengan cinta akan diterima dengan cinta pula. Masyarakat Mekkah datang berbondong-bondong masuk Islam. Pengikut Nabi semakin banyak dan Islam semakin kuat.

Saya pikir, ustaz provokatif sesungguhnya tidak pantas menyandang sebutan “ustaz” atau “da’i”. Karena, apa yang mereka perbuat tidak mencerminkan perbuatan Nabi yang ramah, santun, dan lembut. Maka, tidak perlu mendengarkan provokasi yang dikampanyekan ustaz dadakan. Lebih baik, mencari ustaz lain yang perilakunya mencerminkan perilaku Nabi. Nabi adalah teladan bagi semua manusia, maka ikutilah. Yang tidak mengikuti Nabi, meski mengaku ustaz, sesungguhnya falaysa minny, bukan umat Nabi.[] Shallallah ala Muhammad.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda